BAB 9b
*****
"Anggita!"
Juna dilanda panik. Meraup Anggi supaya bersandar padanya. Baru kali ini istrinya tampak tak berdaya ditambah demam tinggi pula. Tak biasanya Anggi serapuh ini.
Anggi yang malas membuka mata akhirnya mengerjap juga. Mencoba menepis tangan Juna yang meraup tubuhnya juga meraba seluruh wajahnya lantaran takut diserbu lagi. Akan tetapi karena amat tak bertenaga, Anggi tak mampu mengelak. Kepalanya juga makin berdenyut hebat, efek dari sulur cahaya matahari yang merasuki netra. Anggi memilih menutupkan kembali kelopak matanya demi mengurangi rasa sakit di kepalanya.
"Mas, Aku lelah. Kumohon jangan dulu, biarkan aku beristirahat sebentar lagi," pinta Anggi lirih sembari meringis merasakan raganya remuk redam.
"Aku tidak berselera bercinta dengan orang sakit. Kamu sedang demam. Jadi diamlah!" Juna bersandar di kepala ranjang dan menyandarkan Anggi di dadanya, merangkul dalam pelukan. Mengambil ponsel di meja samping tempat tidur guna menghubungi temannya yang berprofesi sebagai dokter.
Tiga puluh menit kemudian pintu diketuk. Seorang wanita berambut pendek dan berkacamata diantar Bik Tiyas masuk ke kamar utama sesuai titah Juna.
"Wulan, tolong cepat periksa istriku. Pagi ini dia tiba-tiba demam. Padahal semalam baik-baik saja," pinta Juna yang berusaha tenang. Namun nada bicaranya tidak bisa berbohong. Ajuna sedang panik sekarang.
Dokter Wulan mengangguk. Tanpa banyak kata langsung melakukan prosedur pemeriksaan. Anggi hanya pasrah saja. Membiarkan Dokter Wulan sigap memeriksa secara keseluruhan. Bahkan untuk sekadar menggerakkan kaki saja rasanya Anggi tak sanggup.
Dokter Wulan adalah istri dari salah satu teman akrabnya yang juga berprofesi sebagai dokter. Mereka sudah seperti saudara. Biasanya, Juna akan memanggil Dokter Haidar suami Wulan jika ada masalah kesehatan yang dirasakannya.
Akan tetapi, berhubung yang sakit adalah Anggi, Juna meminta Dokter Haidar untuk mengirim istrinya saja ke rumah. Tidak ingin dokter laki-laki yang memeriksa. Masih belum sadar akan sifat posesifnya yang diikat paksa terhadap Anggi merupakan refleksi dari debaran rasa menggelitik di hatinya.
Dokter Wulan menyudahi pemeriksaan dan mengalungkan stetoskop di leher. "Juna. Ada hal penting yang harus aku sampaikan," ucap wanita seumuran Juna itu serius. "Sebaiknya kita bicara di luar."
Juna mengangguk. Merebahkan Anggi perlahan memastikan berbaring nyaman dan mengikuti Dokter Wulan keluar kamar.
"Kamu sudah gila!" umpat Wulan sambil bersedekap begitu pintu tertutup.
"Yang sakit itu istriku. Kenapa malah mengataiku gila?" decak Juna mendengus.
"Apa kamu melakukannya semalaman tanpa memedulikan dia lelah atau tidak? Kesakitan atau tidak? Kamu tidak beradab Juna! Anggi itu istrimu, bukan boneka ****!" hardik Wulan, menatap Juna menyalak tajam. Sebagai sesama wanita dia tengah geram kini.
Juna menyugar rambutnya kasar. Memijat pangkal hidung dan membuang napas berat. "Ya, semalam aku lepas kendali." Juna mengaku jujur. "Aku melihatnya bertemu mantan pacarnya di kantin rumah sakit tempat ibu mertuaku dirawat. Bertemu di belakangku diam-diam! Juna mengepalkan tangan. Sisa kemarahan berkilat di netra hitamnya.
"Aku tidak peduli tentang masalah intern kalian. Tapi yang jelas kamu sudah melakukan kekerasan fisik! Lain kali cobalah saling bicara baik-baik jika istrimu diperkirakan berbuat salah. Bukan mengumbar amarah," saran Wulan penuh penekanan di setiap kata-katanya.
"Ini resep obat untuk istrimu. Ada salep oles untuk bagian pergelangan yang membiru. Juga beberapa obat yang diminum serta ada obat yang harus dibubuhkan untuk berendam, minimal satu kali sehari. Supaya bengkak di bagian kewanitaannya segera mereda. Dilarang menggaulinya selama satu bulan ke depan! Kecuali jika ingin istrimu berbaring di ranjang rumah sakit. Tiga hari lagi aku akan datang untuk memeriksa kondisinya. Rawat dia dengan baik. Aku permisi," pesan Wulan panjang lebar yang lebih banyak berisi peringatan, kemudian menyerahkan selembar kertas resep sebelum meninggalkan kediaman Juna.
"Bik Tiyas, Bik."
Bik Tiyas tergopoh menghampiri begitu mendengar tuannya memanggil.
"Iya, Pak. Ada yang diperlukan?" tanyanya sopan.
"Buatkan bubur lengkap untuk Anggi juga segelas susu hangat dan antar ke atas. Minta sopir untuk membeli obat ini. Kalau bisa cepat. Anggi harus segera meminum obatnya," perintah Juna tegas, yang setelah selesai menyerahkan kertas resep kembali bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya.
Satu IRT lain yang sedang mengepel lantai menghampiri, lantas berbisik kepada Bik Tiyas. "Mbakyu, tumben si bapak perhatian sama Bu Anggi?"
"Hush! Kerjakan saja tugasmu. Dilarang bergosip."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
ANGGI SAKIT, DI PERKSA DOKTER WULAN, JUNA DI MARAHIN JNGN DI TIDURI 1 BULAN SUPAYA SEMBUH 😰
2024-04-11
1
Ita Mariyanti
syukurin puasa 1bln.....kapok mu Jun 😁😁 mkc Thor d bkn Juna "puasa" ☺️☺️
2024-01-02
0
Mak sulis
keanehan Juna tertangkap juga oleh ART..jadi bahan gosip pastinya
mendengar puasa sebulan outo panik..penasaran..panik gara2 puasa ato gara2 Anggi sakit 🤔
2023-06-27
0