BAB 2a
Ruang perawatan terbaik bernuansa serba putih itu kini terasa lebih tenang juga damai setelah Masayu Jelita alias Ayu kakaknya Anggi pergi dari sana.
Sebuah kursi ditarik Anggi mendekati sisi tempat tidur di mana ibunya terpejam damai. Selang infus terpasang di punggung tangan sementara selang kateter tersambung ke bagian alat vital.
"Ibu, aku datang," lirihnya pelan pada wanita paruh baya yang terlelap itu. Digenggamnya tangan sang ibunda yang mulai keriput walau kini tak sekurus sebelum tindakan pembedahan transplantasi dilakukan.
Ningrum, itulah nama ibunya. Pasca operasi transplantasi ginjal, kondisinya semakin membaik kendati masih belum bisa keluar sepenuhnya dari rumah sakit. Tepat satu minggu setelah pernikahannya, ibunya mendapatkan pendonor yang tentu saja dicarikan dan didanai oleh Juna juga mertuanya.
Anggi amat bersyukur, kendati semua itu harus dibayar mahal ibarat menggadaikan jiwa dan raganya. Tercabik hanya dipandang sebelah mata sebagai sebuah barang penukar rupiah oleh pria yang menikahinya, bukan dianggap sebagai seorang istri yang sepatutnya meski tak dicinta.
Walaupun demikian, saat kenyataan hidupnya setelah menikah berbanding terbalik dengan dongeng Cinderella si upik abu yang berbahagia kala dipersunting pangeran tampan, Anggi tak sepenuhnya marah maupun menyalahkan Arjuna. Ia malah banyak merenung, mungkin semua ini adalah balasan setimpal atas niat awalnya menerima pinangan keluarga Arjuna.
Tawaran yang disajikan sulit untuk ditolak. Siapa yang tidak tergiur. Seorang pangeran tampan beserta keluarganya datang ke tempat tinggalnya dengan membawa asa pernikahan setelah dirinya dicampakkan juga bersedia mengusahakan kesembuhan ibunya yang sakit-sakitan, membuat keinginan mengiyakan secepatnya semakin memuncak akibat dari rasa marah setelah dikhianati oleh kekasih dan rekan kerjanya sendiri juga harapan indah akan kesembuhan ibunya. Satu-satunya orang tersisa yang paling ingin Anggi perjuangkan setelah sang ayah lebih dulu berpulang sewaktu dirinya masih duduk di bangku SMA.
Segala kelebihan yang membalut Arjuna juga Marina yang merupakan pemilik perusahaan di mana ia mengais rupiah, mengundang terbersitnya niat tak mulia yang menodai sucinya ikatan sakral pernikahan, menggunakannya juga sebagai ajang pelarian serta balas dendam kepada orang-orang yang pernah menyakitinya.
Anggi bersorak-sorai memamerkan keberhasilannya menggaet pewaris Royal Textile demi memuaskan amarah di jiwa. Namun sayang, niat tak terpujinya harus dibayar mahal dengan hanya dijadikan pelampiasan tanpa mampu melepaskan diri. Saat dikhianati sang kekasih yang dicintai sepenuh hati tak dipungkiri dendam ikut merecoki, meskipun ia tahu bahwa dendam hanya mengotori hati.
Seorang perawat masuk ke ruang perawatan membuyarkan lamunannya. Si perawat menyapa ramah dan Anggi mengangguk sopan.
"Bagaimana perkembangan Ibu saya, Suster?" tanya Anggi pada si perawat yang sedang menggantikan cairan infus dengan botol baru.
"Semakin membaik, Mbak. Selera makannya juga mulai meningkat. Hanya saja menurut pengamatan para dokter, ginjal yang satunya lagi kemungkinan berpotensi mengalami kegagalan serupa seperti yang telah ditransplantasi. Dokter sudah menyampaikannya kepada Kakak Anda dua hari lalu."
"Apakah sekarang dokter yang merawat Ibu sedang di tempat? Saya ingin berbicara langsung." Anggi meremas jemarinya khawatir. Ketakutan menyergap, sebelumnya ia sering menyaksikan ibunya kepayahan akibat sakit ginjal yang diidapnya dan itu membuatnya meringis perih.
"Berhubung ini hari Minggu, kemungkinan Dokter Desi sebagai dokter penanggung jawab Ibu Ningrum hanya akan datang nanti sore untuk kontrol periksa pasien yang dirawat. Kalau mau leluasa berkonsultasi, lebih baik besok saja, Mbak. Setelah jam makan siang."
"Apa Ibu juga harus cuci darah secara rutin lagi?" tanyanya resah.
Anggi mendedikasikan seluruh hasil kerjanya untuk obat-obatan juga cuci darah ibunya setahun terakhir. Uang bisa dicari. Seperti saat ini pun ia merelakan dirinya dijadikan pelampiasan semata disertai tertekan batin juga salah satu alasannya demi kesembuhan sang ibu. Hanya saja Anggi sering kali tak tega, menyaksikan ibunya yang ringkih kepayahan selepas proses cuci darah dilakukan.
Sebetulnya proses cuci darahnya sendiri tidak terasa sakit, akan tetapi efek samping setelahnya. Ibunya bahkan tak kuat turun dari tempat tidur selama beberapa hari, mengeluh kepalanya sakit disertai badan lemas juga mual muntah hebat.
"Jika memang terdiagnosa demikian. Kemungkinan cuci darah rutin sudah pasti harus dilakukan kembali. Saya permisi, Mbak."
Si perawat yang telah menyelesaikan tugasnya undur diri, meninggalkan Anggi yang termangu menatap nanar wanita lemah yang telah melahirkannya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Harri Purnomo Servis Kamera
bagus
2025-01-17
0
Vivo Smart
sungguh besar pengorbanan mu demi bakti ke orang tua Anggi, semoga derita dan rasa sakitmu segera berganti kebahagiaan tanpa batas
Aamiin
2024-05-23
3
Mutyanti Ummu Al Ghozi
kasihan Anggi
2 sahabat nya ketemu pasangan yg mencintai
ini malah di awal episode,udah babak belur
nasib2 Anggi😁
2023-11-02
2