BAB 6b
Gedoran kencang di pintu terdengar ke dalam kamar Ayu yang memang terletak di bagian paling depan. Sesiangan ini dia masih tergolek malas mengukir jejak di tempat tidur. Seperti induk ayam yang mengerami telurnya.
"Ganggu banget sih! Gak tahu apa ini masih pagi!" dengusnya kesal.
Dengan langkah malas Ayu terhuyung menuju pintu. Membuka kunci sambil bersungut-sungut tanpa memerhatikan siapa yang datang.
"Lain kali kalau mau bertamu itu jangan pagi-pagi. Ganggu orang tidur aja!" serunya sembari menggaruk rambut dengan mata memicing.
"Masih pagi?" sergah Anggi dengan suara meninggi terbungkus kemarahan. Tangannya terkepal di sisi tubuh, berusaha mengelola emosi yang mendesak ingin meledak.
"Mbak bilang masih pagi? Ini hampir tengah hari!" teriak Anggi kesal bukan kepalang. Baru kali ini ia tak mampu mengontrol diri.
Ayu menggosok mata celingukan dan benar saja di luar hari sudah terik.
"Pelankan nada bicaramu! Aku ini Kakakmu. Sebagai adik harusnya kamu bersikap hormat padaku. Bukannya malah jadi adik durhaka!" balas Ayu dengan nada lebih tinggi seraya menoyor dahi sang adik.
Anggi menepis kencang tangan Ayu dan menatap tajam. "Persetan dengan sikap hormat! Ini apa, Mbak? Ini Apa!" Anggi mencabut kertas yang menempel di kaca jendela dan menunjukkannya tepat ke depan wajah Ayu. "Jelaskan maksud semua ini!"
"Aku ini sedang kesulitan keuangan! Aku punya hutang sama Bu Meri yang sebentar lagi jatuh tempo. Kalau bukan dengan menjual rumah ini dari mana aku bisa membayar!" Ayu merebut kertas yang bertuliskan 'RUMAH INI DIJUAL' dari tangan Anggi. Mulai gugup, tetapi menutupinya dengan sikap congkak.
"Bu Meri? Bu Meri rentenir yang sering mencekik peminjam dengan bunga selangit?" sahut Anggi sengit.
"Ya iyalah. Cuma dia yang bersedia pinjamkan aku uang tanpa ribet dalam jumlah banyak. Memangnya ada berapa Bu Meri lagi!" Ayu menjawab ogah-ogahan sambil memainkan kuku.
"Kenapa sampai harus berhutang, bekas apa? Biaya perawatan ibu semuanya di handle Mas Juna. Setiap bulan aku mengirim sepuluh juta rupiah sebagai uang transport bolak-balik ke rumah sakit juga untuk kebutuhan Mbak sehari-hari. Apa itu masih tidak cukup? Bahkan gajiku dulu satu bulan tidak mencapai angka itu! Seharusnya Mbak bersyukur, bukan malah menghambur-hambur!"
"Heh, mikir dong. Zaman sekarang uang segitu mana cukup! Aku juga butuh ke klinik kecantikan, butuh beli baju bagus. Bukan cuma makan! Kamu enak udah jadi Nyonya besar. Jangan sok menceramahi. Kamu enggak tahu apa-apa!" elak Ayu tak mau kalah.
"Tapi menjual rumah ini tidak dibenarkan! Dua minggu lagi ibu akan pulang, dan kalau rumah ini dijual, ibu mau tinggal di mana, Mbak!" Anggi tak habis pikir. Dadanya tersengal kembang kempis dan butiran bening mulai menggenang di sudut mata. Air mata kemarahan yang menumpuk dari sana sini.
"Belikan saja ibu rumah baru, Gampang 'kan? Habis perkara. Minta sama suamimu yang kaya raya itu dan bilang kalau rumah butut ini sudah tak layak ditinggali!"
Ingin rasanya Anggi mencakar wajah kakaknya. Ayu bukannya menyesal maupun meminta maaf, malah makin menjadi-jadi. Di tengah perseteruan datanglah tiga orang laki-laki berseragam yang bertamu.
"Betul ini rumahnya Ibu Ningrum?"
"Benar, Pak. Bu Ningrum ibu saya," jawab Anggi berusaha ramah dan meredam amarah. Sementara Ayu kini menciut, sangat kentara dari bahasa tubuhnya yang gelisah.
"Maaf, kalau boleh tahu, bapak-bapak ini dari mana?" tanya Anggi sopan.
"Begini Mbak, saya dari pihak PLN."
"Saya dari Telkom."
"Dan saya dari PDAM."
Mereka bertiga menyahuti satu persatu, kemudian menyerahkan masing-masing amplop yang mereka bawa kepada Anggi. Selesai membaca Anggi mengeraskan rahang. Kepalanya nyaris meledak. Bagaimana tidak, ternyata baik listrik, air, maupun fasilitas wifi semuanya menunggak dalam jumlah membengkak selama beberapa bulan padahal Anggi sudah mengirimkan dana lain untuk membayar setiap bulannya.
Kesabarannya benar-benar diuji. Di dalam hati ia berteriak putus asa. Sampai kapan kah hidupnya harus begini?
TBC
Happy Weekend.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
AYU KETERLALUAN, MAU JUAL RUMAH IBUNYA, PADAHAL SUDAH DI KASIH UANG BULANAN SAMA ANGGI 😡😡😡.
TAPI TERNYATA UANG 10 JUTA YANG DI KASIH DI PAKAI HURA², BAHKAN PLN, PDAM, WIFI GAK PERNAH DI BAYAR, PINJAM UANG KE RENTENIR JUGA 😡😡😡
2024-04-08
0
Ita Mariyanti
gemes pk bgt nih sm ayu 😡😡😡
2024-01-01
0
Elfin Carolina Arikalang
jika punya kakak sperti ini apa adik harus tunduk dn d.bilang adik durhaka😂😅 sma sekali tdak thooorr
2023-06-27
1