BAB 7B
"Pandu, jadwal tersisa tinggal apa saja?"
Juna baru saja selesai makan siang bisnis dengan pimpinan salah satu perusahaan yang akan memasok bahan baku dalam pembangunan pabrik. Menyandarkan punggung sembari menikmati kopi siangnya di salah satu restoran mewah di daerah Pekalongan.
"Semuanya hampir selesai, lebih cepat dari perkiraan. Hanya tinggal acara ramah tamah saja dengan warga setempat di sekitaran lokasi pembangunan. Lurah setempat sudah mengkoordinir para warga, dan dari kabar yang saya dengar mereka menyambut antusias pembangunan pabrik. Tentu saja ada tuntutan di dalamnya. Meminta diberi jatah pekerjaan di pabrik baru kita nantinya," jelas Pandu yang kemudian memperlihatkan layar ponselnya. Di layarnya tertera pesan dari Pak lurah yang bersangkutan.
Perjalanan bisnisnya kali ini cukup dilancarkan dan dimudahkan. Yang asalnya diperkirakan satu minggu, ternyata dalam kurun waktu tiga hari jadwal krusial telah terlewati. Juna dan Pandu merupakan satu kesatuan solid. Insting tajam Juna membaca peluang berpadu kemampuan Pandu yang teliti menelaah setiap tugas juga cekatan.
"Hmm ...."
Juna bergumam dan mengangguk-angguk mendengarkan. Hal semacam ini sudah dia duga sebelumnya. Lumrah terjadi dalam setiap pembangunan perusahaan maupun pabrik. Para penduduk sekitar pasti menuntut diberi pekerjaan dan Juna juga paham akan keinginan mereka. Tak menampik fakta bahwa simbiosis mutualisme diperlukan di sini. Agar semua pihak sama-sama mendapat keuntungan.
"Berikan jatah empat puluh persen kesempatan kerja bagi warga sekitar. Tapi untuk persyaratan jangan pernah kendor. Kriteria tertentu tetap diterapkan, yang diterima hanyalah yang memenuhi syarat. Aku tidak ingin mobilitas kerja menjadi tidak maksimal karena mengedepankan tuntutan, khawatir berimbas pada kualitas kain yang nantinya tidak sesuai harapan jika kriteria terlampau longgar. Kapan acara ramah tamah?"
"Sore ini, Pak. Pukul enam belas."
Jarum pendek arloji mewah buatan Eropa yang melingkar di pergelangan tangan kirinya menunjuk ke angka satu. Juna mengusap dagu. Tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Pandu, untuk acara ramah tamah bisa kah kamu tangani sendiri? Jika kamu mampu dan berhasil dengan baik menjalankan tugas kali ini, akan kutambah bonus bulananmu," ucap Juna yang kemudian menutup macbook di hadapannya dan mulai berbenah.
"Tentu, saya akan berusaha semaksimal mungkin. Tapi, memangnya, Anda mau ke mana, Pak?" Pandu bertanya keheranan, terlebih lagi saat melihat Juna memasukkan semua benda pentingnya ke dalam tas kerja.
"Aku mau pulang lebih dulu, ada urusan mendesak. Setelah pekerjaanmu di sini selesai, salah satu sopir perusahaan akan aku tugaskan menjemputmu. Aku mengandalkanmu." Juna menepuk pundak Pandu lalu beranjak pergi.
Pandu tercenung sejenak, menatap punggung Juna yang menjauh. "Tumben si bos mendadak ingin cepat pulang? Atau mungkin karena sekarang sudah punya istri yang menanti di rumah? Hei, jiwa jomblo ini meronta!" gumamnya merana seraya mengelus dada.
*****
Anggi menaruh sertifikat rumah ibunya ke dalam tas sebelum masuk ke kamar perawatan. Beberapa saat lalu ia baru saja menyelesaikan pembayaran utang-piutang Ayu. Setelah perdebatan panjang kemarin, Anggi memutuskan membayar semua utang kakaknya. Ibunya pasti bertambah sakit, jika tiba-tiba bangunan penuh kenangan itu tak dimiliki lagi.
Anggi bersedia membayar dengan syarat sertifikat rumah diserahkan padanya, disimpan olehnya. Khawatir Ayu akan menjualnya diam-diam lagi. Anggi menjual beberapa perhiasan yang diberikan keluarga Juna sewaktu pernikahan sebagai sumber dana pembayaran. Awalnya perhiasan tersebut akan dijadikan modal untuk membuka kafe.
Anggi tidak tahu sampai kapan dirinya mampu bertahan dalam lingkaran pernikahan beracun ini. Jika tidak ada alasan untuk bertahan, maka pergi dipastikan menjadi pilihan. Untuk itu dirinya memutar otak mengambil langkah antisipasi, berniat membuka usaha sendiri guna menyambung hidup nantinya. Tak ingin menyiakan selagi ada kesempatan. Akan tetapi sekarang, keinginannya harus ditunda dulu, hanya satu kata yaitu 'sabar' yang digaungkan isi kepalanya.
Ia menarik napas dan berusaha memasang raut manis sebelum mendorong pintu kamar perawatan ibunya.
"Aku datang, Bu."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Nanda Lelo
rindu bos??? 🤗🤭
2023-02-06
1
HNF G
ahahahaha.... ada yg lg kangen nih
2023-01-25
0
Yantisejati
juna mulai bucin tuh
2023-01-24
0