Fatih telah samapi di Amerika, walau habis melakukan perjalanan yang begitu lama. Dia melangkah dengan berjalan cepat, karena ingin cepat-cepat bertemu sama sepupunya itu. Dilihatnya pintu bertuliskan 'Ruangan CEO', dia langsung masuk. Dan di sana Alex sedang duduk di kursi kebesarannya dibalik meja yang bertumpukan dokumen yang menggunung.
"Mana salamnya Fatih?" Alex tersenyum sambil berdiri dan berjalan menuju Fatih dan merentangkan tangannya.
Bukan salam dan pelukan yang didapatnya, tapi pukulan diwajahnya yang didaratkan oleh Fatih menggunakan tangan kanannya dengan kekuatan penuh.
"Apa-apaan kau! Datang-datang main pukul!" Alex tidak terima saudaranya memukul tanpa sebab.
"Heh, Bajing*an apa yang kamu lakukan di hotel waktu di Bali, Eman tahun yang lalu!" Dengan penuh emosi Fatih mencengkram kerah kemeja Alex.
"Apa maksudmu!" Alex mulai tersulut emosinya. Mendorong Fatih sampai terlepas cengkramannya.
Fatih menyerahkan beberapa lembar foto. Dilihatnya gambar yang tercetak disana seorang anak kecil laki-laki.
"Maksud foto ini, apa?" Alex merasa nggak ada yang aneh dengan foto itu.
"Itu foto siapa?" tanya Fatih.
"Kau bodoh, atau apa? Jelas-jelas itu fotoku waktu masih kecil!" Alex malah merasa geram dengan kelakuan saudaranya itu.
"Apa kamu yakin itu foto kamu waktu masih kecil?" Fatih kembali bertanya.
"Tentu saja, emang kamu lupa sama wajah aku waktu dulu." Rasanya Alex ingin menjitak kepala saudaranya.
"Coba lihat baik-baik!"
"Apanya yang mesti di—" Alex tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi saat melihat salah satu lembar foto yang terasa ganjil.
Dibelakang foto bocah itu ada Fatih yang berdiri dibelakangnya tersenyum lebar, sambil menggendong gadis kecil.
"Mana mungkin?" Matanya tak percaya dengan apa yang sedang dilihat olehnya.
Wajah Alex langsung pucat, melihat wajah kedua anak kecil itu. Yang satu mirip dirinya dan yang satu lagi mirip mendiang ibunya.
"Apa kamu memperkosa seorang gadis waktu pergi ke Bali saat itu?" Fatih masih dengan suara tingginya dan terdengar sangat frustasi.
Alex masih tidak percaya, dia menggelengkan kepalanya. Wajahnya langsung berubah pucat. Bahwa kejadian malam itu ternyata membuahkan hasil. Dirinya teringat saat sakit, Jacky memberi tahu kalau dia seperti terkena Sindrom Couvade.
"Katakan yang sejujurnya padaku, Al!" pinta Fatih.
Kali ini Fatih memelankan suaranya, sambil memperhatikan Alex yang terduduk lemas.
"Akan aku ceritakan padamu, yang terjadi pada hari itu."
* * * * * * *
Bali, Eman tahun yang lalu.
Terlihat dua orang laki-laki sedang berjalan disisi pantai sambil tertawa-tawa, sambil melakukan tindakan-tindakan konyolnya. Mereka menghentikan tawanya saat handphone salah seorang diantara mereka berbunyi.
"Assalammu'alaikum, Alif. Ada apa?" Fatih langsung bertanya sama asistennya itu.
["Cantika, sakit."]
"Baiklah aku kembali sekarang," jawabnya lagi. Kemudian dia mematikan panggilannya.
"Ada apa? " tanya Alex.
"Salah satu karyawan aku sakit."
"Aku pergi dulu!" Fatih langsung berlari menuju Hotel.
Saat Alex baru melanjutkan jalan-jalannya dia melihat George. Dia sempat berbincang-bincang. Dan sepakat mereka akan makan malam bersama.
Waktu yang telah mereka janjikan telah tiba. Alex, begitu terkejut saat George datang dengan dua orang wanita yang seksi. Dimana dia mengenali salah satunya. Dan itu membuat dia tidak suka.
"Maaf aku ngajak mereka. Kebetulan bertemu tadi di lift, nggak apa-apakan? " tanya George, karena dia tahu Alex selalu menjaga jarak dengan wanita.
"Sepertinya kita makan malam lain waktu saja," jawabAlex. Dia pun hendak berdiri.
"Oh, ayolah ... jarang banget kita bisa bersantai seperti ini. Kamu mau mengingkari janji!" George memanasi Alex.
Akhirnya Alex duduk kembali lagi, "oke, tapi lain kali jangan minta tolong apapun sama aku. Mau itu urusan pribadi atau bisnis."
Tentu saja kata-kata yang diucapkan Alex langsung menohok hati George. Belum sempat membalas ucapannya, beberapa orang pelayan datang membawa banyak hidangan ke meja mereka.
"Makanlah aku sudah memesan beberapa menu kesukaanmu!" Alex langsung saja mengambil piring yang berisi Ayam Betutu dihadapannya.
Alex cepat-cepat menghabiskan makanannya. Rasanya ingin cepat pergi dari sana . Apalagi seorang yang dikenalinya terus memperhatikan dia. Setelah minum dia langsung berdiri pamit undur diri.
Saat dia berjalan ke arah lift, ada karyawan Hotel yang menyerahkan setelan bajunya dari laundry. Dari tubuh karyawan itu tercium sesuatu bau yang sangat menyengat yang membuat kepalanya pusing. Saat di dalam lift tubuhnya makin terasa aneh.
Dia jalan terhuyung sambil memegang kepalanya. Begitu masuk kamar dia menyimpan baju bersihnya di sofa. Langsung saja merebahkan dirinya di kasur.
Beberapa saat memejamkan mata, dirinya merasa ada yang aneh disampingnya. Dilihatnya ada seorang perempuan berwajah begitu cantik kulitnya mulus warnanya agak kemerahan. Bibirnya agak pucat. Rambut hitam panjangnya tergerai indah di atas bantal.
Alex mengulurkan tangannya, menyentuh wajah itu terasa panas dan lembut. Saat sepasang mata berbulu lentik itu terbuka terlihat warna netranya yang berwarna coklat tua. Jantung Alex langsung berdetak cepat. Apalagi saat melihatnya tersenyum, terasa ada ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
"Sangat Cantik!" itu kata yang di ucapkan Alex tanpa sadar mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.
"Apa ini yang disebut Bidadari?" Jari jempolnya mengusap lembut bibir pucat itu.
"Apa aku sedang bermimpi?" Sebab, dia yakin, mana mungkin ada orang yang berani masuk ke kamarnya.
Bisikan setan terus menggodanya, untuk menyentuh wanita itu. Akhirnya, dia pun kalah oleh nafsunya. Dia berpikir mungkin nggak apa-apa melakukannya, karena ini di dalam mimpi.
Tapi apa yang dirasakan setelah selesai melakukannya, dia merasa ini benar-benar nyata.
Dini hari itu, dia dibangunkan suara dering telponnya dan harus cepat kembali ke Amerika, karena Daddy-nya masuk Rumah Sakit. Saat melihat adanya seorang wanita disisinya dia sangat marah. Dia mengira perempuan perawan itu adalah hadiah yang dimaksudkan oleh George.
Dengan perasaan jengkel dia, cepat-cepat pergi, apalagi ada sopir yang menunggunya dibawah.
* * * * * * *
Alex menceritakan semua yang dialaminya pada hari itu. Dan Fatih hanya menggelengkan kepalanya.
"Apa kau tahu, kalau kamu itu salah masuk kamar Hotel!" kata Fatih dengan mata penuh selidik.
"Apa maksudmu?" Alex tidak mengerti.
"Karena kamar yang kamu masuki adalah kamarnya karyawan aku yang sedang sakit. Dan aku sendiri yang memesankan kamar disebelah mu , agar aku mudah mengawasinya karena takut terjadi apa-apa" Fatih memberitahu.
"Mana mungkin aku—" Alex tidak melanjutkan kata-katanya, karena waktu itu dia masuk begitu saja ke kamarnya tanpa melihat nomor kamar yang dimasuki.
"Siaaallll ...!" Alex merutuki dirinya sendiri karena keteledorannya.
"Dan akibat dari perbuatan mu itu, telah merusak masa depan seorang gadis baik-baik." Fatih menguar rambutnya menggunakan kedua tangannya.
"Terus sekarang dia dimana? Bagaimana keadaanya?" Al merasa bersalah.
"Dia sekarang baik - baik saja bersama anak - anaknya. Hanya saja aku mau kamu bertanggung jawab pada mereka. Karena bagaimanpun, mereka berhak tahu siapa ayahnya. Apa kau tahu betapa tegar dan kuatnya wanita itu? Sendirian menjalani hinaan dan cemoohan, bahkan dari keluarganya sendiri!" Fatih bicara panjang lebar, mengeluarkan kekesalannya.
"Bisakah aku bertemu dengan mereka?" tanya Alex dengan suara mencicit sedih.
"Ya, itu yang kuharapkan. Dan kalian bisa melakukan tes DNA, walau tanpa itu pun sudah kelihatan jelas." Fatih berdiri pergi.
"Besok aku pulang ke Indonesia, hari ini mau nginap di rumah Grandfa, ajak Daddy-mu untuk menghadiri pesta pernikahanku. Maka kalian akan bertemu sama mereka," lanjutnya lagi.
* * * * * * *
Jangan lupa kasih aku like, favorit, hadiah, sama vote nya. Biar aku makin semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Ita rahmawati
dasar si bolex
2025-02-11
1
Marsha Andini Sasmita
🤭
2022-11-07
1
Marsha Andini Sasmita
🤭🤭🤭🤭
2022-11-07
1