"nah ini dia Qi" ucap Vano tersenyum lega sambil menunjuk-nujuk sebuah toko handphone bertulisan 'Ethan ibox' tepat di atas pintu masuk. Qia hanya bisa mengeryitkan alis nya curiga, ia mulai bisa memahami tujuan Vano menarik nya ke tempat ini.
"lo mau beli Hp kak?" tanya Qia polos.
"nggak!" jawab Vano singkat. Qia menoleh ke arah cowok itu.
"ya terus mau ngapain disini?" tanya Qia lagi.
"beli sembako! ya beli Hp lo lah bawel!!" sungut Vano sebal. Qia melepaskan tangan Vano dari tangan nya dengan sebal.
"santai aja dong ga usah ngegas! gue ingetin nih ya, yg salah disini itu elo bukan gue... jadi cowok galak banget lu kek emak-emak narik uang kos" omel Qia kesal. ia sudah tak tahan lagi dengan manusia-manusia es super galak seperti Vano. Vano menghembuskan nafas nya kasar lalu kembali mencengkeram lengan putih Qia.
"ga usah bawel! lo bukan emak gua!!" ketus Vano lalu masuk ke dalam ibox bersama Qia yg di tarik oleh nya.
"bisa-bisa nya cowok nyebelin model begini dibilang most wanted ganteng sama Deeva... udah katarak tuh anak satu" lirih Qia menggerutu sebal.
"gue tau gue ganteng, kenapa? lo ga terima gue ganteng hah?" tanya Vano mengpede. Qia berdecih.
"cih elo ganteng? elo?" tanya Qia dengan tampang tak yakin nya. Vano mengangguk pede.
"iya! menurut riset banyak orang emang gitu, banyak juga emak-emak temen nyokap yg sampe pengen jadiin gue mantu nya" jelas Vano merambat kemana-mana. Qia tertawa renyah.
"ahahhahah modelan singa kutub gini mau di jadiin mantu? ah untung aja nyokap gue enggak gitu" ucap Qia puas menertawakan Vano yg memutar bola mata nya malas.
"banyak durasi! udah ayo ikut" ajak Vano kesal. mereka berdua pun masuk dan Vano mengajak Qia duduk di sofa pojok yg paling dekat dengan jejeran beberapa etalase kaca yg menampilkan macam-macam iPhone keluaran terbaru bulan ini. ada banyak pilihan warna juga.
Vano mengeluarkan iPhone dari dalam tas ransel hitam yg sedari tadi nangkring di punggung nya sementara Qia memilih untuk merebahkan punggung nya di sandaran Sofa.
📞calling Manager Ana....
Vano : anda dimana?
Ana : .......
Vano : bagus! kalau begitu segera keluar. saya ada disini
Ana : .........
Vano : saya butuh Hp baru
Ana : ...........
Vano : iya
tut tut....
Qia hanya diam menyimak obrolan singkat bin padat dari seorang Vano. cowok tampan yg sebenarnya punya bakat menjadi laki-laki manis tapi seperti nya cowok kulkas satu itu lebih suka komuk dingin dan datar daripada tersenyum ceria untuk mengekspos senyum manis nya.
"mau beli Hp kak?" tanya Qia. Vano mengangguk.
"lah emang Hp lo itu kenapa? kek nya baik-baik aja tuh" tanya Qia lagi. Vano mendengus malas.
"buat gantiin punya lo tadi Queenshaaaaaa.... nanya mulu lu kek wartawan kebakaran" gerutu Vano mengomel. Qia hanya ber oh ria saja karena kesal.
"oh"
...****************...
"lo pulang sama siapa?" tanya Deeva random tanpa menyebut nama.
"sama yayang bagas lah" sahut Manda semangat. Deeva memutar bola mata nya malas.
"gue ga nanya elo Mandut!! gue sih udah tau lo bakal sama cowok lo... gue nanya ke Ratu" ucap Deeva. Manda terkekeh tanpa dosa sementara Ratu yg sedang memasukan buku-buku ke dalam tas pun menoleh.
"gue mau jalan kaki aja" jawab Ratu ngawur.
"seriously?" pekik Deeva tak percaya. Manda tertawa terbahak-bahak.
"bwhahahaha lo gampang banget di tipu! Ratu cuma lagi males ngomong tuh, mana mungkin di jalan kaki sampe rumah" ucap Manda menepuk-nepuk pundak Deeva.
"Deeva basa-basi nya terlalu basi! angetin dulu biar doyan lagi" ucap Ratu lalu mendahului keluar dari kelas dengan tas nya.
"lah emang omongan bisa di angetin? pake apaan Man?" tanya Deeva polos. otak lemot nya mulai menyerang lagi. Manda tertawa lagi.
"Ratu cuma bercanda Deevaaaaa... udah ah yuk turun! ayang gue pasti udah nungguin"
...****************...
"ini dia tuan muda Ethan, pesanan anda. iPhone 12 pro max warna silver, full set lengkap, sudah di aktifkan dan bisa langsung di pakai" ucap Manager Ana sambil menyerahkan paperbag ibox berisikan pesanan Vano tadi. Vano menerima nya sambil mengangguk.
"terimakasih, ini pake kartu saya" ucap Vano beralih pada dompet nya, ia mengeluarkan sebuah Black Card lalu di serahkan kepada Managet ibox itu.
"eh tidak usah tuan, ibox ini kan punya tuan besar Ethan Axellio.... anda tidak perlu membayar di toko milik ayah anda sendiri" tolak Manager Ana tak mau menerima uluran kartu atm Vano. Vano hanya memasang ekspresi datar nya sejak tadi.
"tapi saya bisa bayar sendiri" ucap Vano datar.
"tapi tuan besar sudah berpesan seperti itu, kalau-"
"SAYA TIDAK MENERIMA PENOLAKAN!" potong Vano menekankan setiap kata nya. Manager Ana sampai harus menelan ludah nya susah payah karena takut. Qia sendiri agak kaget karena mendengar gertakan sarkas dari cowok di sebelah nya itu.
"ayo cepat ambil!" suruh Vano lagi. akhirnya dengan sedikit ragu, manager Ana mengambil kartu Vano dan pamit undur diri.
"pantesan di beliin langsung, toko aja milik papa sendiri" celetuk Qia setelah manager Ana mengilang dari samping Vano.
"mata lo katarak?! itu tadi gue juga bayar tuh" sahut Vabo menyebalkan seperti biasa.
"bisa ga sekali aja ga usah galak sama orang! bawaan lo kek nya ngajak ribut mulu ya!! kasar banget jadi coowok" ketus Qia menggerutu kesal.
"bisa" jawab Vano singkat.
"nah good boy" ucap Qia manggut-manggut. Vano melirik Qia dengan salah satu sudut bibir tertarik ke atas.
"tapi sayangnya itu ga berlaku buat lo" celetuk Vano tersenyum miring.
"lah kok gue? kenapa?" tanya Qia melongo.
"karena lo bukan orang!" sahut Vano santai sambil merebahkan punggung nya yg terasa pegal di sandaran sofa.
"heh emang lo pikir gue setan dedemit apa hah?!!" semprot Qia ngegas. Vano mengendikkan bahu nya acuh tak peduli. ia bahkan dengan santai nya memejamkan mata dengan tangan bersidekap dada.
"iya, 11 13 kelakuan nya haha" ledek Vano tertswa garing. Qia melayangkan tangan nya di udara, awal nya berniat ingin menggeplak kepala Vano yg seenak jidat mengatai nya setan. tapi di urungkan oleh nya karena Qia melihat sisi kegantengan Vano yg benar-benar tampak nyata ketika cowok menyebalkan itu sedang tertidur.
'arghhh sial! dia menyebalkan, tapi terlalu tampan untuk ku tendang oh god!!' pekik menjerit Qia dalam hati nya. tanpa ia sadari, perlahan ia menurunkan kembali.
"kenapa? mau nabok gue? tabok aja" suruh Vano yg tau tapi masih tetap memejamkan mata nya.
"dih" sahut Qia ogah. Vano tertawa kecil.
"kenapa? lo ga tega kan karena gue ganteng haha?" tanya Vano tertawa garing. Qia mendengus malas.
"udah galak! nyebelin! kasar! kepedean pula" cibir Qia memutar bola mata nya malas. Vano bergeming kecil.
"tapi emang gue ganteng" Qia sedikit mendengar nya tapi dia memilih untuk diam saja. karena merasa sepi tak mendengar ocehan Qia, Vano sedikit membuka mata nya dan melirik ke arah cewek itu. Qia tidak tidur, rebahan pun tidak. dia hanya sibuk memainkan jari jemari nya. Vano juga melirik paper bag ibox yg tadi belum di berikan kepada Qia.
"ekhemmmm" dehem Vano beringsut bangun dan meraih paper bag lalu mengulurkan nya pada Qia.
"nih ganti Hp lo tadi, sorry tadi gue beneran ga sengaja" ucap Vano tulus. Qia mengeryitkan alis.
"nggak usah deh kak, ga enak... gue bisa beli sendiri kok" tolak Qia.
"tapi ini wujud tanggung jawab gue!" kekeuh Vano masih menyodorkan paper bag tadi.
"tapi-"
"stop! ga usah bawel bisa ga? diminta nurut sehari aja susah banget" omel Vano yg akhirnya membuat Qia dengan malas meraih paper bag itu.
"gue sih ga masalah sama Hp nya, tapi sama data di dalem nya... mana gue baru selesai mindahin data lama seminggu yg lalu juga" gerutu Qia malas saat mengingat diri nya nanti pasti harus memindahi data lama lagi. tapi Vano tidak menatap sedikitpun ke arah wajah Qia, ia lebih fokus pada tangan kanan Qia saat tangan mulus berplaster itu hendak menerima paper bag dari nya.
"eh tangan lo kenapa?" pekik Vano menjatuhkan paper bag dari tangan nya ke sofa, dan refleks menggenggam punggung tangan Qia yg berbalut plaster tadi.
"mata lo katarak? udah tau di plester, pake nanya lagi lu" balas Qia ketus dan nyolot. skakmat! 1 - 1 karena Qia bisa menirukan kata-kata keras Vano yg tadi. aku menyebutnya, cantik dan berani.
"kasar banget jadi cewek... halusan dikit sama orang bisa nggak?" tanya Vano malas
"bisa kalo sama orang lain, tapi itu sebuah pengecualian buat lo! karena lo makhluk halusssss" sahut Qia rese hingga memonyongkan bibir nya saat mengucapkan kata 'halus' yg memanjang.
'gilak! cakep juga ini cewek, galak tapi imut' batin Vano tanpa sadar.
"ga usah cerewet!" balas Vano sambil menonyor kepala Qia hingga mundur beberapa centi ke belakang.
plak
"ga usah nonyor! kepala gue di fitrahin!!" omel Qia galak sambil menabok kaki paha Vano yg ada di samping nya. Vano mengelus-elus bekas tabokan Qia yg terasa panas, sangat berdamage!
"huuuu anak motor, di tabok doang. lebay amat!!" ledek Qia garang tanpa berdosa sedikitpun.
"lo stalk gue?" tanya Vano.
"hah?" tanya Qia cengoh.
"lo anak baru tiga hari, gimana bisa tau gue anak motor?" tanya balik Vano. Qia mendengus malas.
"tuh jaket yg lo pake udah bisa jawab semua nya kali" jawab Qia santai meskipun sebenarnya dari sebelum pindah ke SMA AIRLANGGA pun Qia sudah tau mengenai Ghosterion dan ketua nya.
"lo belum jawab pertanyaan gue, ini tangan lo kenapa?" tanya Vano sambil masih menggenggam erat tangan mulus dan cantik itu.
"kejedot" jawab Qia ngawur.
"sakit lu sampe ngelantur gitu? mana ada kejedot sampe di plester gini?" tanya Vano meragukan kewarasan Qia. Qia mengenduskan nafas nya kasar, Vano ini galak, cuek dan kasar tapi di saat bersamaan juga dia overprotektif.
"kejedot pisau maksud nya" ucap Qia membenarkan. Vano terdiam lagi, ia teringat soal cerita mama nya semalam.
'pisau? mama bilang semalam yg nolongin dia itu cewek, terus kena sabetan pisau juga kan? apa mungkin dia orang nya?' batin Vano bertanya-tanya sambil terus menggenggam tangan Qia.
"woyy masih siang ngelamun mulu!!" ucap Qia mengagetkan Vano. Qia juga menarik kembali tangan nya yg sedari tadi berada di tangan kekar cowok itu.
"kok lo bisa kena pisau?" tanya Vano lagi. rupa nya dia masih penasaran soal luka itu.
"karena gagal fokus dan ga bisa menghindar" sahut Qia ngelantur lagi. Vano menatap datar ke arah cewek berambut hitam itu.
"gue serius Queensha!!" ucap Vano penuh kesal.
"gue juga serius Devano!!" balas Qia menirukan gaya datar Vano.
"lo-" desis Vano menunjuk Qia.
"tuan muda, ini dia nota dan kartu anda. terimakasih sudah berkunjung" ucap Vano terpotong karena manager Ana sudah kembali bersama sebuah nota pembayaran dan black card milik Vano.
"makasih" ucap Vano menerima kartu nya kembali.
"sip udah selesai, time to go home!" ajak Qia semangat berdiri tegak sambil menepuk-nepuk belakang rok pendek nya. ia sudah berada di ujung emosi karena bersama Vano sedari tadi.
"dih siapa yg ngizinin lo pulang?" tanya Vano menarik kembali Qia hingga kembali terduduk di samping nya. sepersekian detik jarak kedua nya sangat dekat karena tarikan Vano yg terlalu menghimpit. melihat pemandangan ini, manager Ana jadi tak enak hati kepada bos nya lalu pamit undur diri.
"baik kalau begitu, saya pamit undur diri" manager Ana pun pergi setelah itu. sementara Vano dan Qia sama-sama sedikit memundurkan posisi agar tak terlalu dekat.
"lo pulang sama gue karena gue juga yg udah ngajak lo kesini!" pungkas Vano berkeputusan bulat.
"nggak usah! gue bisa di jemput sama sopir" tolak Qia. Vano tersenyum remeh.
"Hp lo itu baru! emang lo hafal nomor sopir?" tanya Vano skakmat!
"ya udah gue bisa pesen grab" elak Qia lagi. Vano menggeleng.
"gue bisa nganterin lo Queenshaaaaa... udah ada yg gampang, kenapa harus nyari jalan susah sih?" tanya Vano mendengus kesal.
"ya terserah gua lah... hidup gua ya gua sendiri yg ngatur" balas Qia nyolot.
"cukup! pokoknya LO - PULANG - SAMA - GUE!!" ucap Vano penuh penekanan di setiap kata nya. tanpa basa basi lagi ia menarik tangan Qia keluar dari ibox menuju parkiran mall.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA KAK🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🖤리카𝘌𝘓𝘍98🖤
Owalah kirain toko hpnya milik Vano, ternyata milik papanya toh🤭🤭🤭
2021-09-30
3
sugiarti aza
lanjut
2021-09-15
1
Ghendis
next mba
2021-09-15
1