"eh kita mau kemana sih kak? kenapa masuk ke lorong kelas 12?" tanya Qia menghentikkan langkah nya. Vano yg sedang menyeret tangan Qia pun ikut terhenti langkah nya lalu menoleh ke belakang.
"kelas gue" jawab Vano singkat.
"dih ngapain ke kelas lo?" tanya Qia menghempaskan tangan kekar Vano. Vano mendengus malas karena perempuan satu ini adalah perempuan pertama yg sangat berani dengan nya, bahkan untuk sekedar menurut atau diam saja dia tak mau.
"buat hukuman lo lah, lo udah bikin gua sama temen-temen gua di hukum pagi ini!" sahut Vano datar.
"dih itu kan salah lo sendiri! siapa suruh nantangin gue?" tanya Qia datar pula. Vano mendengus malas.
"ya udah kalo gitu minta maaf!" suruh Vano penuh penekanan. Qia menaikkan sebelah alis nya.
"dih enak banget lo ngomong?" tanya Qia malas.
"elo-" ucap Vano sambil menunjuk wajah Qia. Qia langsung menepis nya dan memotong ucapan nya.
"elo yg salah udah bolos plus nantangin gue! terus kenapa harus gue yg minta maaf? elo nih udah buang-buang waktu gue tau!" semprot Qia mulai bawel seperti biasa.
"dasar cewek rese! gua tandain muka lu" ucap Vano mendengus pasrah. dari pada ia harus berdebat dengan cewek rese dan cerewet ini, lebih baik ia pergi saja.
"eh kak tunggu!!" panggil Qia saat Vano memutar tubuh nya dan hendak pergi.
Vano menoleh dengan satu alis terangkat sebagai isyarat bertanya "apa?"
"gue minta maaf, sorry gue keisengan tadi" ucap Qia meminta maaf karena sebenarnya juga sedikit merasa bersalah. catat! cuma sedikit.
Vano menoleh lalu tersenyum miring.
"enak banget lo ngomong?!" ucap Vano ketus menirukan logat Qia yg menyebalkan tadi. Qia melongo karena itu, sedangkan Vano malah melanjutkan jalan nya begitu saja tanpa menjawab apa ia memaafkan Qia atau tidak.
"eh eh kak serius.... gue minta maaf" cicit Qia mengejar langkah besar Vano yg hendak berjalan ke bawah lagi.
"nggak!" sahut Vano masih dengan ketus nya. Qia berdecak. ia pun memutar jalan tubuh nya menjadi menghadap Vano tapi langkah nya tetap mengejar laju Vano. ia berjalan mundur sambil merapatkan kedua telapak tangan nya, tanda kalau ia benar-benar ingin minta maaf.
"lo gimana si kak? gue seriusan minta maaf nih!!" pekik Qia lagi. ia mulai menggerutu kesal karena merasa kalau senior nya ini sedang mempermainkan diri nya. Vano hanya mengendikkan kedua bahu nya acuh tanpa bicara.
"astaga gue ngomong sama orang atau batu sih? tinggal bilang 'iya gue maafin' aja susah amat" gerutu Qia masih berjalan mundur. Vano masih tak menanggapi nya, ekspresi nya bahkan masih sama saja. tetap datar, dingin dan menyebalkan. kedua mata elang nya menatap lurus kedepan, tepat nya bukan menatap wajah cantik Qia melainkan sesuatu di belakang Qia.
Dugh
"eh" ucap Qia Refleks karena ada sesuatu yg menghalangi kepala belakang nya. kepala Qia hampir saja menerjang bebas ke tiang besar yg berada tepat di tengah jalan, dekat dengan belokan tangga koridor. kepala Qia tak terbentur langsung dengan tembok tiang itu karena telapak tangan kekar Vano lebih dulu menghalangi kepala Qia dari belakang. Vano sudah tau Qia pasti akan menabrak tiang tembok itu makanya dia buru-buru berinisiatif merentangkan tangan nya dari samping.
Qia menoleh lalu baru tersadar kalau kepala nya hampir saja terbentur kalau tak ada tangan Vano yg menghalangi nya. atau mungkin lebih tepat nya melindungi?
"thanks" ucap Qia lirih.
"jalan itu dilihat pake mata! ga usah ngecompros mulu!!" sungut Vano lalu hendak pergi tapi buru-buru di cekal tangan nya oleh Qia.
"kak tunggu.... sorry buat yg tadi, gue minta maaf!" ucap Qia serius. Vano menatap nya datar.
"nggak!"
"sialan gue ga bakal bisa hidup tenang kalo hati gue masih ngeganjel" gerutu Qia lirih. ia membuang tatapan mata nya ke lantai karena tak mau Vano mendengarnya.
"apa?" tanya Vano yg justru malah mendengar suara kecil Qia. Qia menoleh lalu menggeleng.
"yahh kak please maafin gue dong... lo dosa loh kalo ga mau maafin kesalahan orang" ucap Qia sampai refleks menunjuk muka Vano.
"ga usah ceramah! basi!!" sungut Vano malas.
"huffftttt yodah yodah gue bakal kasih lo satu permintaan gimana? tapi lo harus maafin gue" ucap Qia mengalah.
"tiga" ucap Vano yg malah berequest ria. Qia menggeleng.
"ya udah, ga usah!" jawab Vano bahkam sebelum Qia berbicara. buru-buru lagi Qia mencekal lengan Vano agar tak pergi lebih dulu.
"eh eh dua gimana?" tanya Qia nego sambil menyodorkan tangan nya untuk berjabat tangan dengan Vano, jika ia setuju. dan Vano menerima nya.
"oke deal!" jawab Vano tersenyum miring.
"hufffttt akhirnya" lirih Qia menghembuskan nafas nya lega karena beban di hati nya agak berkurang sekarang.
"sekarang ikut gue buat permintaan pertama" ucap Vano langsung meraih tangan Qia dan menarik nya kembali ke arah kelas nya, 12 MIPA 2.
"ke kelas lo lagi?" tanya Qia.
"iya"
Karena ini bagian dari janji yg ia buat sendiri, maka Qia pun menurut saja dan mengikuti kemanapun arah kaki Vano membawa nya. dan masuk sebuah ruang kelas bertuliskan 'XII MIPA-2' di atas pintu.
Vano terus menarik Qia hingga berhenti di satu bangku di pojok kelas. semua pandangan siswa-siswi kelas yg sedang jamkos itu menatap aneh ke arah Vano karena baru kali ini dia menggandeng perempuan.
"tunggu bentar" ucap Vano ia lalu berjalan mendekat ke arah Dita, sekertaris kelas nya. Vano agak akrab dengan Dita karena dia adalah sepupu Adam.
"dit pinjem buku catatan tadi pagi" tanya Vano. Dita yg awal nya sedang sibuk menulis pun menoleh.
"tuh fisika, ada tugas nya dikit di kumpulin besok sebelum jam sembilan" ucap dita menunjuk buku tulis hitam di depan buku yg sedang ia tulis. Vano pun mengambil nya.
"lo udah?" tanya Vano. Dita mengangguk.
"udah barusan, kalo mau nyalin ya salin aja tuh" suruh Dita santai. siapa disini yg cita-citanya punya temen kek Dita? yg pinter dan ga pelit!
"oke, thanks dit" ucap Vano, Dita mengangguk. kemudian Vano kembali menarik Qia dan keluar dari kelas.
"kok keluar lagi?" tanya Qia heran.
"diem cerewet!" sahut Vano singkat. ia masih terus melanjutkan langkah nya, ia menuju ke arah tangga Rooftop.
"diim ciriwit" ulang Qia menye menirukan ucapan cowok dingin menyebalkan itu.
sementara di kelas Vano...
"sar tadi siapa tuh cewek yg di bawa sama Vano?" tanya Dewi, teman sekelas Vano.
"sialan berani-berani nya dia deketin Vano!!" sungut Sarah ketus. Dia memang menyukai Vano dari lama, tapi tak pernah mendapat respond baik dari Vano.
"kek nya dia anak baru deh, gue baru liat tuh" celetuk wulan. teman sandra yg satu lagi.
"bener tuh lan, gue juga ga pernah liat sebelumnya" sahut Dewi lagi.
"kita harus cari tau kelas nya dimana, gue usut sampe tuntas! enak aja dia baru masuk udah nyerepet Vano" gerutu Sarah mengepalkan tangan nya geram.
...****************...
"ini tas punya kalian semua?" tanya Qia mengeryitkan alis nya. ada enam tas saling bertumpukan di sebuah kursi sofa di atas Rooftop. Vano tak menanggapi nya, ia langsung bergerak mengambil sebuah buku dari masing-masing tas. total ada 7 buku yg sekarang ada di dekapan tangan nya, satu milik dita dan 6 lagi adalah punya Vano dan teman-teman nya yg tadi di hukum.
"nih kerjain semua nya!" suruh Vano sambil menyodorkan setumpuk buku di tangan nya.
"hah?" tanya Qia cengoh.
"lo udah bikin gue sama temen-temen gue ketinggalan materi, jadi lo harus tanggung jawab dengan salin semua materi nya dan kerjain semua tugas nya" jawab Vano enteng.
"oh iya, lo kelas apa?" tanya Vano lagi. Qia masih menatap heran ke arah tumpukan buku yg kini ada di tangan nya.
"11 MIPA 5" jawab Qia. Vano menganguk.
"Bintang sama Gabby itu sekelas sama lo, lo pasti udah tau kan tugas mereka? ya udah kerjain! besok gue tunggu semua tugas nya jam 8 pas pergantian jam di deket tangga! ngerti lo?" tanya Vano penuh penekanan. Qia melirik nya.
"bentar deh, kok jadi gue yg harus ngerjain ini?" tanya Qia polos.
"kan kalian dari awal emang niat mau bolos? kenapa jadi gue yg nanggung?" tanya Qia mulai nyolot. otak nya sudah mulai connect saat ini.
"tapi ini permintaan pertama gue sebagai ganti permintaan maaf lo! lo mau ingkar janji?" tanya Vano lagi. Qia mendengus sebal.
'sialan gue di kerjain.. awas aja lo besok!' batin Qia menyimpan dendam kesal nya pada cowok batu ini.
"mau ga?" tanya Vano menyadarkan Qia dari lamunan nya.
"hmm iya" sahut Qia.
"ya udah kenapa masih disini? balik ke kelas lo sana!" suruh Vano seenak jidat. Qia mendelik.
"emang ini sekolah punya bapak lo?! ya terserah gue lah mau kemana juga... gue juga bayar disini" semprot Qia sebal.
"dih kok marah? ya udah serah!" sahut Vano mengendikkan bahu nya acuh.
"dasar es batu ga ada akhlak!" ketus Qia lirih. tapi lagi-lagi untuk kesekian kali nya Vano bisa mendengar suara kecil itu.
"apa lo bilang?" tanya Vano mengeryitkan alis nya.
"gak!" ketus Qia lagi. Vano tersenyum miring menatap wajah cantik berbau judes khas Qia. ia melirik sekilas nama tag yg ada di dada kanan Qia.
'Queensha Qianne R. cewek jahat dan nyebelin, cuek dan angkuh, beda dari yg lain... ternyata masih ada ya cewek yg biasa aja berhadapan sama gue' batin Vano agak tertarik dengan kepribadian Qia yg berbeda dari yg lain. kalau biasa nya perempuan lain akan melongo dan mengagumi ketampanan nya, maka cewek di depan nya ini tidak. ia tak memandang fisik sama sekali, ia nampak sangat kesal dengan sifat Vano yg memang sering memancing emosi.
"heh! ngeliat apaan lo?!" tanya Qia panik dan langsung refleks menutupkan buku di dekapan dada nya. ia menatap tajam ke arah Vano yg malah menatap nya dengan wajah polos tanpa dosa.
"dih enggak... mesum amat lu jadi cewek?" tanya balik Vano. kedua mata hitam Qia makin membulat besar. Qia menunjuk wajah Vano dengan salah satu jari telunjuk nya.
"HEH!! elo yg ngeliatin aneh-aneh ya kak... kenapa jadi gue? dasar cowok mes-"
prok prok prok
"widihhhh ada apa gerangan nih berduaan disini?" tanya Adam menggoda dua manusia yg sedang berdebat itu. tangan Qia perlahan turun, ia mengatur emosi nya untuk sejenak.
"pertanda apaan nih pak ketua jadi mau deket sama cewek?" sahut Bagas juga ikutan mengompori keadaan.
"gue kira lo udah balik ke kelas sama Ratu sama Deeva Qi" celetuk Manda yg ikutan naik ke Rooftop bersama anak-anak Ghosterion yg lain.
"paan si berisik!" gerutu Vano dan Qia bersamaan. real satu feeling! bukan settingan. Vano dan Qia pun menoleh dan saling pandang. heran? tentu saja heran! bisa-bisa nya mereka mengucapkan kata yg sama, bahkan gaya bicara dan intonasi nya juga tepat dan sama. tentu saja ketidaksengajaan itu makin memancing gemuruh riuh kejulidan dari Adam, Bintang, Bagas, dan Manda. kalo kalian tanya Sam dan Gabby bagaimana? mereka hanya menyimak dengan senyum tipis di wajah tampan nya, bahkan hampir tak terlihat sama sekali kalau mereka sedang tersenyum.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA KAK🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
qüệệń A'L™
malas ny di bab yg ini si qia ngemis maaf
2021-09-10
2
kenzha
"ngecompros" 😆😆😆😆😆😆
2021-08-31
3
itsm_easa
Lanjut dong kak! ceritanya seru apa lagi Qia sifatnya the best
2021-08-31
3