Acara kelulusan akan diadakan 3 hari lagi, di sekolah akan diadakan pensi dan hiburan dari band sekolah, Ardan yang tadinya ikut andil dalam band tersebut terpaksa harus mundur karena kesibukan barunya yakni mengasuh putri kecilnya disaat pulang sekolah, Sera yang menyusui lalu Ardan yang mengajaknya bermain, itulah perjanjian mereka.
" Ser....kamu mau datang ke acara kelulusan nanti?" tanya Ardan sambil mengasuh Saina.
Sera yang sedang mengerjakan PR nya menjawab tanpa menatap kearah suaminya, " Iya pasti karena kan aku ikut ngisi acara ".
" Karena ada Leo kan?".
" Kok karena kak Leo, maksudnya gimana?" jawab Sera berbalik kearah Ardan.
" Iya lah kan kamu pacarnya Leo, pasti kamu datang buat Leo, buat menarik perhatian Leo kan? inget anak Ser....jangan kecentilan " cecar Ardan, entah apa yang ada dipikirannya saat ini, yang jelas dia memiliki perasaan posesif pada Sera.
Sera melotot tajam menatap Ardan.
" Pikiran kamu itu kotor ya...coba dibersihin biar ngga kotor kaya gitu, kamu pikir aku sama kaya kamu yang suka tebar pesona?, asal kamu tahu aku udah putus sama kak Leo semenjak aku home schooling, kalau kamu mikir aku kecentilan lalu kamu apa? aku cuma ikut sekolah kesetaraan bukan yang tiap hari sekolah, sedangkan kamu sekolah tiap hari pasti kamu lebih banyak kesempatan buat tebar pesona ya kan?!".
Sera berjalan kearah Ardan dan putrinya, lalu Sera mengambil Saina dan menggendongnya.
" Jangan sok ngajarin aku buat ngurus dedek, karena aku lebih banyak waktu sama dedek ketimbang kamu" pungkas Sera kemudian membawa Saina ke kamar baby disebelah kamar mereka.
Ardan tercekat, bibirnya terasa kelu dan susah bergerak.
Dia sudah salah mengira tentang istrinya tersebut, jauh dari pemikirannya ternyata Sera lebih dewasa dibanding dirinya, sungguh ucapan Sera seolah mengoloknya yang hanya memiliki sedikit waktu untuk Saina, bahkan dia tidak pernah memikirkan Sera yang juga butuh kasih sayang.
Ardan keluar menuju kamar Saina untuk meminta maaf pada Sera tetapi ternyata pintu terkunci dari dalam.
Tok..tokk...tooookkkk....
" Ser....buka pintunya ".
Tidak ada sahutan dari Sera.
" Ser....buka, aku mau ngomong Ser jangan kaya gini deh ".
Tetapi ternyata Sera tetap tidak membuka pintunya, kalau sudah begini fix Sera marah dan itu artinya Ardan siap didiamkan selama Sera mau mendiamkannya, karena Sera pernah mendiamkan Ardan hampir satu bulan kalau saja Saina tidak demam maka Sera tidak akan mengajaknya berbicara.
Ardan beringsut meninggalkan kamar Saina lalu menuju dapur untuk menyeduh kopi guna menenangkan pikirannya.
" Bikin kopi sendiri Dan....Sera mana?" tanya Mamanya.
Ardan hanya mengedikan bahunya.
" Berantem lagi? " jiwa kepo Mamanya bergejolak.
Ardan mengangguk lalu menghela nafasnya kasar.
" Pasti kamu yang salah, ya kan?".
" Mama apaan sih maen nyalahin Ardan aja" sungut Ardan tidak terima.
" Ardan, Mama ini orang yang mengandung kamu, melahirkan kamu, tentu Mama tahu bagaimana kelakuan kamu, dan satu lagi mulut kamu yang suka nyerocos itu pasti yang jadi penyebabnya " ucap Mamanya kesal sambil memotong sayuran.
" Tahu ah Ma...cewek emang susah dimengerti, Ardan jadi capek sendiri " keluh Ardan sambil menikmati kopinya di meja makan.
" Itu kamu tahu, trus kenapa masih kamu ajak ribut? makanya punya mulut dijaga jangan sembarangan".
" Orang Ardan cuma nanya, dia aja yang sensi jadi marah ".
" Emang kamu nanya apa? " tanya Mama semakin kepo.
" Tentang pacarnya, tapi Sera malah marah, trus langsung bilang udah putus kan aneh?" bela Ardan.
Mama hanya mampu mengelus dadanya lalu mendekati putra semata wayangnya itu.
" Begini Ardan, cewek itu paling sensi kalau udah ditanya soal mantannya apalagi kamu pasti nanyanya bukan beneran tanya tapi pasti nuduh, Mama tahu banget kamu itu gimana".
Ardan tertunduk lesu, lalu menatap kearah kamar Saina yang masih tertutup rapat.
" Huh....kali ini berapa lama ya Ma, Sera bakal diemin Ardan" tanya Ardan.
" Tergantung kamu, kalau kamu bisa ambil hatinya ya pasti dua atau tiga hari udah baikan, tapi kalau kamu malah ikut diemin ya pasti bisa lama " .
Ardan lalu berjalan meninggalkan Mamanya menuju kamar Saina, lalu ketika dia mau mengetuk pintu sayup - sayup terdengar suara orang sedang berbicara melalui ponsel sambil bercanda, tentu saja darah dikepalanya serasa mendidih, lalu dengan bodohnya Ardan justru menendang pintu kamar bayinya kemudian meninggalkannya.
Sera terjengkit kaget, lalu memeluk Saina yang terbangun karena kaget, tangisnya begitu kencang, Mama mertuanya pun segera berlari kekamar Saina setelah dibukakan pintu dilihatnya cucu cantiknya sedang menangis kencang bahkan diberikan asi pun tidak mau.
" Ma....ada apa? kok kaya ada yang nendang pintu kamar dedek " tanya Sera sambil berusaha menenangkan Saina.
................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments