" Ser....aku mau ngomong, titip dedek ke mama dulu ya " ucap Ardan ketika menghampiri Sera yang sedang bermain dengan Saina.
" Apaan sih...kalau mau ngomong ya tinggal ngomong aja, ngapain pake nitipin dedek ke mama?" bantah Sera.
Ardan meremas rambutnya, " Ini penting Ser, bisa ngga sih kasih waktu buat aku, aku ini suami kamu lho bukan orang lain".
Sera menatap kearah Ardan lalu beralih ke Saina sambil membuka diapers anaknya yang sudah penuh, " Nih gantiin baju dedek dulu, aku mau buang popok bekas dedek" perintah Sera.
Ardan melongo tetapi dia memilih memakaikan baju anaknya dari pada Sera marah.
Setelah Saina beres, Sera pun memilih menitipkan bayinya pada mama mertuanya dengan alasan mau membereskan kamarnya, Mama mertuanya pun sangat senang ketika menerima cucu montoknya karena selain lucu dan menggemaskan cucunya adalah sumber kebahagiaan dikeluarga Mahendra.
Didalam kamar....
" Sini Ser jangan jauh-jauh" panggil Ardan meminta Sera duduk dekat dengannya.
" Udah sini aja aku sambil beresin baju dedek " jawab Sera sambil merapikan baju anaknya.
Ardan menatap kagum pada Sera, walaupun masih sekolah istrinya tidak pernah sekalipun lalai mengurus putri kecil mereka, terkadang Ardan merasa bersalah sudah membuat gadis manis itu terpaksa menghabiskan waktu mudanya demi anaknya.
" Ser...Dito sama Muel tahu hubungan kita, maafin aku yang tledor" ucap Ardan melemah.
Sera menatap tajam kearah suaminya.
" Kok bisa? kamu gimana sih? bukannya kamu udah janji buat rahasiain sampai aku lulus sekolah, kamu sadar ngga sih kalau kamu itu udah nyalahin perjanjian kita?" cerocos Sera kesal.
" Aku ngga tahu Ser...., setelah aku tanya tahu dari mana katanya mereka lihat bingkai foto kita bertiga yang aku taruh dimeja kerjaku di cafe, jadi aku udah ngga bisa ngelak Ser....mereka sahabat aku jadi pasti diantara kita harus jujur, justru aku yang udah bohongin mereka selama ini demi kamu" ucap Ardan.
" Terus...kamu nyesel? kamu lebih milih sahabat kamu dari pada aku? sedangkan aku istri kamu!" hardik Sera.
" Istri?...yakin kamu istri aku?sedangkan disini hanya aku yang memberi nafkah,kamu engga...jadi kamu masih berani nyebut diri kamu istri?" Ardan tersenyum kecut.
Sera menatap pias kearah Ardan, Sera mengakui selama ini hubungan mereka hanya sebatas status suami istri, sedangkan untuk menjalankan kewajibannya sama sekali belum pernah dilakukannya,bahkan ketika tidur satu ranjang pun mereka hanya tidur sewajarnya saja.
" Apa? mau aku ingetin lagi?....udah 1 tahun lebih kita hidup bersama, tapi kamu seolah hanya hidup dengan Saina, sedangkan sama aku?, aku yakin pasti kamu ngga kepikiran sama sekali, apalagi tentang perasaanku" , melihat kebungkaman Sera,Ardan pun terpaksa mengungkapkan perasaan yang dipendamnya selama ini, jauh dari kata romantis yang sudah dirancangnya.
" Perasaan..." lirih Sera.
" Iya Ser...aku cinta sama kamu, perasaan nyaman ini berubah jadi cinta makanya aku suka marah-marah ngga jelas kalau kamu tatap muka disekolah".
" Itu kan yayasan milik Papa lho...masa kamu masih cemburu ngga jelas" bela Sera.
" Makanya diperjelas hubungan kita itu apa? jangan ngegantungin aku" desak Ardan.
" Ya mau gimana lagi, kita bukan lagi pdkt atau pacaran kok, kita udah nikah malah udah ada dedek juga apalagi yang mau diperjelas? emang buku nikah itu masih kurang jelas?" Sera memperjelas dengan menunjukkan buku nikah mereka berdua yang terpajang rapi dikamar.
" Bukan itu Sera....aku mau semua orang tahu kalau kita suami istri, keluarga, orang tua dari dedek Saina" jawab Ardan lirih.
Sera terpaku, bibirnya tidak mampu berucap, memandang lurus kearah suaminya yang berdiri didepannya.
"Aku......
................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments