Awal Ardan sakit hati menjadikannya sering berganti wanita tetapi bukan untuk dipacari melainkan hanya dijadikan mainan dan lebih tepatnya pelampiasan kesakitannya dikhianati oleh sang kekasih.
" Ngapain tadi gue ngasih kartu nama gue ke Mona, apa segitu sakitnya gue sampe ga mampu buat lupain Mona?....Aaaarrrgh nggak gue nggak boleh kaya gini gue udah punya keluarga begitupun Mona, gue harus buang jauh-jauh masa lalu gue" gumam Ardan di ruang pribadinya.
Tok...tok...tok
" Masuk" jawab Ardan tanpa melihat ke arah pintu.
" Hay suami " suara riang Sera sambil membawa Saina dapam gendongannya.
" Sayang...dedek....kok nggak bilang mau kesini" ucap Ardan sambil bangkit menuju kearah istri dan anaknya.
" Kejutan dong daddy.....kalau bilang namanya bukan kejutan" jawab Sera sambil menyerahkan Saina yang sudah ribut menggapai sang ayah.
" Dadad....dadad....." celoteh Saina.
" Iya cintanya daddy...." Ardan langsung menghujani Saina dengan ciuman dan otomatis bayinya pun tergelak dalam gendongannya.
" Heuuuuum dedek doang nih cintanya?" cibir Sera.
Ardan langsung berbalik merengkuh pinggang sang istri dengan tangan yang satunya.
" Ser.....kamu dan dedek adalah hidupku,tentu cinta aku buat kalian berdua dong" ucap Ardan kemudian mencium pipi istri tercintanya.
" Tadi kesini diantar siapa?" tanya Ardan kemudian.
" Sama pak usef, tapi pak usef langsung pulang soalnya mau jemput mama arisan".
" Mama banyak banget ikut arisan, nanti kalo udah tua kamu jangan kaya gitu ya ".
" Apaan sih, namanya mama tuh pasti bosen dirumah terus,biarin aja sih buat kegiatan mama " bela Sera.
" Ck....kan bisa nyusulin papa ke yayasan ".
" Kamu aja sana yang ngomong ke mama, kenapa protes ke aku " sungut Sera sambil berjalan kearah sofa untuk beristirahat.
" Dedek sini sama mommy mimik dulu" panggilnya kemudian ke Saina yang masih dalam gendongan Ardan.
Ardan berjalan kearah Sera,lalu menyerahkan bayi pipi gembul yang sudah mulai bisa jalan dan ngoceh itu.
Sera segera membuka kancing bajunya dan menyusui Saina, Ardan terkesima menatap pemandangan didepannya, wanita yang dulu sangat membencinya kini berubah menjadi sosok ibu yang sangat bertanggung jawab ke anaknya,bahkan selalu membuang egonya ketika sedang bersama putri tercintanya.
Ardan membelai kepala anaknya sambil bersandar pada Sera,matanya tertuju pada bayi kecil yang sedang menyusu.
" Nggak berasa dedek udah besar ya Ser....makin pinter, pinter nguasain kamu dari aku " celoteh Ardan.
Sera tersenyum satu tangannya menggenggam jemari suaminya, " Makanya sekarang harus extra hati-hati kalau nhomong didepan dedek takutnya nanti dia ngikutin yang jelek kan nggak bagus juga buat perkembangannya".
Ardan mengangguk lalu beralih memeluk wanitanya, " Aku sayang banget sama kamu, kamu harus selalu percaya sama aku ya Ser".
" Kamu kenapa dari kemaren ngomong gitu terus? kamu nggak lagi bikin kesalahan kan?" cecar Sera.
" Oke aku jujur, aku nggak sengaja ketemu mantanku disini, dia minta kartu namaku...."
" Terus kamu kasih? kamu kasih dia peluang buat masuk ke kehidupan kamu lagi?".
Ardan menggelengkan kepalanya.
Sera pun meletakkan Saina yang sudah terlelap ke sofa yang sudah dilapisi selimut tebal.
" Aku hargai kejujuran kamu, tapi kamu harus terima resikonya, bisa jadi dia masih penasaran sama kamu atau sebaliknya, tetapi kalau sampai kalian ada hubungan dibelakangku, maaf aku pilih mundur sama dedek!" tegas Sera.
Ardan berjengkit lalu memeluk Sera memohon ampun.
" Maafin aku sayang, aku janji kalau dia telpon nggak bakal aku angkat,pokoknya aku nggak bakal respon dia "
" Aku nggak tau sekarang itu murni dari hati kamu atau bukan, tapi untuk saat ini aku percaya sama kamu " ucap Sera diiringi senyum manisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments