"Mom aku lapar," Jaden mengelus perutnya.
"Oke kita cari makan di luar," saat Celine hendak membuka pintu, tiba-tiba bel kamar hotelnya berbunyi.
Ting tong
Celine membukakan pintu,"Selamat malam nona, tuan muda Devon menunggu anda di lobi, mari saya antar," tubuh pelayan itu menepi memberikan jalan untuk Celine dan putranya.
Sesampainya di lobi Devon menghampiri Celine. "Hai, mau makan malam bersama?" ajak Devon.
"Ehem dasar orang dewasa, apa kalian melupakan kami, mentang-mentang tubuh kami pendek," Julian sedikit kesal.
"Hai jagoan mau makan apa malam ini, om yang traktir," Devon menunduk seraya mengedipkan sebelah matanya pada Julian.
"Makanan khas Indonesia ya om kami belum pernah memakannya," sahut Jaden bersemangat.
"Siap boss," Devon memberi hormat pada si kembar.
"Mari kita ke mobil," ajak Devon. Celine mengangguk. Mereka pun mulai memasuki mobil. Tidak lupa Devon membukakan pintu untuk ketiga tamu spesialnya itu.
"Kita akan kemana?" tanya Celine kepada Devon.
"Ke rumahku, aku akan menyuruh koki ku memasakkan makanan khas Indonesia khusus untuk kalian," Devon melihat dari spion depan si kembar bermain sendiri di jok belakang.
"Celine apa yang akan kau lakukan selama di sini?" pertanyaan Devon mengingatkan tujuan Celine kembali ke Indonesia.
"Ah benar aku sampai lupa, aku harus mencari ayah si kembar," batin Celine.
"Emm sebenarnya aku ingin mencari ayah kembar, karena mereka tidak dapat bersekolah selama mereka belum memiliki akta kelahiran," terang Celine sedikit ragu menceritakan hal itu pada Devon.
"Kemana kau akan mencarinya?" tanya Devon.
"Entahlah,dunia ini begitu luas aku bingung harus mulai dari mana?" sahut Celine.
"Emm kalau ayah mereka tidak ketemu aku bersedia menjadi ayaah mereka," Devon menggoda Celine.
Blush
Lagi-lagi Celine dibuat malu oleh Devon. Celine pun memukul pelan pundak Devon.
"Aku serius," kata Devon sambil terkekeh.
"Baiklah aakan aku pertimbangkan nanti," Celine asal bicara.
"Celine kita sudah sampai," kata Devon.
"Yee..." Julian dan Jaden turun terlebih dahulu.
Di depan pintu sudah ada penjaga yang bersiap menyambut kedatangan Devon. Julian dan Jaden berlari memasuki rumah megah milik keluarga Danz Smith.
Jaden dan Julian mengedarkan pandangannya. "Wah ada piano," mata Julian bersinar setelah mendapati piano yang ada di ruang tengah.
"Hey boy tangkap ini," Julian melempar ponsel miliknya ke arah Jaden.
"Rekam aku kita akan live streaming sekarang," ucap Julian pada saudaranya.
"Om bolehkan kita meminjam pianonya?" tanya Jaden mewakili saudara kembarnya.
"Tentu," Devon mempersilakan.
"Tunggu di sini sebentar ya aku akan meminta tolong pada koki untuk memasak," Devon menuju ke belakang.
Sementara Celine melihat-lihat pajangan foto yang ada di rumah tersebut. Dia pun menatap salah satu foto anak kecil yang dibingkai indah.
"Foto ini mirip sekali dengan kembar. Siapa anak dalam foto ini? Apa ayah mereka ada di sini?" Celine bertanya-tanya dalam hati.
Julian mulai memainkan piano.Jari jemari kecilnya yang lentik sangat lihai memainkan tuts-tuts piano. Bahkan Julian mampu menghafal nada lagu yang dimainkan di luar kepala.
"Siapa yang memainkan piano di bawah?" tanya Darren kepada asistennya. Darren mendengar seseorang memainkan piano dengan merdu dari ruang kerjanya yang ada di lantai atas.
"Maaf tuan muda saya tidak tahu," jawab Bagas.
"Belum pernah ada yang bertamu ke rumah ini, siapa yang dengan lancang memasuki rumahku," kata Darren.
Darren pun beranjak dari kursinya. Kemudian dia keluar ruangan karena penasaran. Terlihat dua orang anak kecil bersama seorang wanita.
"Bukankah mereka yang bersama Devon waktu di hotel," batin Darren.
Plok plok plok
Suara tepukan itu berasal dari seorang pria tampan yang menuruni anak tangga.
"Wah hebat sekali kau anak kecil," Darren gemas dengan anak kecil yang ada di depannya, dia pun mengacak rambut Julian.
"Hentikan paman, kita bukan anak kecil," kata Julian tidak terima.
Jaden mulai menurunkan ponselnya ketika menyadari bahwa lelaki dewasa yang ada di depannya itu mirip sekali dengan dirinya.
"Siapa kau paman?" tanya Jaden.
Belum sempat Darren menjawab Celine keburu memanggil putranya,"Julian,Jaden."
Darren menoleh ke sumber suara. "Cantik" Darren tanpa sadar mengatakan itu di depan Celine. Dari segi manapun Celine terlihat cantik. Bahkan Devon tergila-gila pada Celine sejak SMA. Rambut hitam panjang yang agak curly serta kulit putih mulus membuat aura kecantikan Celine memancar.
Namun Darren merasakan sesuatu yang berbeda saat berjumpa dengan Celine. Tidak seperti kebanyakan wanita yang dipacarinya selama ini.
"Kenapa jantungku berderbar kencang?" batin Darren sambil memegangi dadanya.
Celine pun tiba-tiba terpaku saat melihat Darren.
"Wajah itu rasanya tidak asing bagiku," gumam Celine.
"Nona apakah kita pernah bertemu?" Darren mengajukan pertanyaan kepada Celine.
"Tidak tuan kita belum pernah bertemu denganmu sebelumnya," jawab Celine.
"Aku rasa kita pernah bertemu nona wajahmu sangat familiar bagiku," Darren kali ini agak memaksa.
"Bos emangnya bos ingat dengan wanita yang bos kencani?" tanya Bagas dalam hati.
"Tidak," Devon yang melihat Darren mendekati Celine merasa cemburu.
"Dia temanku yang baru saja pulang dari Perancis. Kau tidak mengenalnya, jangan ganggu dia." Devon memberi penegasan.
"Hey tenanglah aku tidak akan mengganggu tapi aku rasa wanita cantik ini sudah mulai mengganggu pikiranku," Darren mengedipkan sebelah matanya.
Devon memutar bola matanya jengah. "Sudahlah mari kita makan malam tidak usah hiraukan kakakku yang playboy ini." kata Devon
Devon mengantar Celine dan putra kembarnya menuju ruang makan. Darren mengikutinya. Devon mulai malas dengan tingkah kakaknya yang mulai cari perhatian di depan Celine.
"Kenapa tidak ada yang mengajakku makan malam?" Darren duduk mendahului sambil memasang celemek di pangkuannya.
"Paman kenapa kau terus mengikuti kami?" protes Jaden.
"Hey anak kecil sejak kapan aku menikah dengan bibimu?" Darren agak kesal.
"Mungkin saja om Devon akan menikahi mommy kami jadi kau pantas disebut paman?" Julian asal bicara.
Celine,Devin, dan Darren sama-sama menghentikan aktivitasnya.
"Tidak akan kubiarkan," batin Darren sambil menggenggam keras sendok yang ada di tangannya.
"Julian," Celine melihat ke arah putranya seakan mengisyaratkan kalau tidak boleh berkata seperti itu.
Tiba-tiba Darren berdiri lalu meninggalkan meja makan.
"Sialan bocah itu, kenapa hatiku rasanya tidak terima saat bocah itu mengatakan demikian, apa yang membuatku cemburu seperti ini?" batin Darren.
"Aku sudah tidak berselera makan." Darren sedikit kesal dengan perkataan Julian.
Bagas masih setia mengekori Darren sedari tadi.
"Biarkanlah dia mari kita makan, Jaden Julian apa kalian suka dengan masakan koki rumah ini?" tanya Devon.
"Emm enak sekali tidak kalah dengan masakan mommy," puji Jaden.
"Syukurlah." kata Devon.
Celine mengunyah makanannya dengan pelan. Ia masih memikirkan laki-laki yang baru saja pergi. "Perasaan apa ini?" pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Renireni Reni
ada sesuatu celline....kasihan devon...yg menolong celine tpi yg dpt derren
2023-01-07
0
Dian Chua
Baguuuusss
2021-10-05
2