Setelah menempuh perjalanan hampir 17 jam di dalam pesawat, Celine dan kedua anak kembarnya melangkah turun. Celine menenteng koper sendirian. Sama seperti anak-anak seusianya yang masih aktif, Jaden dan Julian pun berlarian kesana kemari.
"Sayang jangan lari-lari," teriak Celine agar Jaden dan Julian tidak menjauh darinya.
Bug
Tubuh kecil Jaden menabrak seorang pria tampan. Jaden mendongak ke atas. Pria itu menunduk. "Hey hati-hati kawan," sapa pria itu dengan lembut sampil mengacak rambut Jaden.
"Maafkan adik saya om," Julian berkata dengan sopan.
"Tidak apa, mana orang tua kalian?" tanya pria itu.
"Jaden, Julian," Celine mendekati anak-anaknya. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Celine seperti mengenal pria yang berada di samping anak kembarnya. Diingat kembali wajah tampan itu.
"Devon??" Celine ragu mengatakannya.
"Kenapa bisa kebetulan sekali?" Batin Celine dalam hati.
"Ya Celine ini aku Devon, apa kabar?" Sapa Devon menyadarkan Celine dari keterpakuannya.
"Baik lama tidak bertemu," Celine tersenyum.
"Mommy siapa dia apakah dia ayah kita? Kenapa wajahnya mirip?" celetuk Jaden.
"Bukan sayang," Celine mengelus rambut Jaden.
"Apa mereka anak-anakmu Celine?" Tanya Devon.
Pria itu tidak heran Celine sudah memiliki anak karena waktu itu Devon juga mengetahui keadaan Celine yang hamil di luar nikah.
"Iya, mereka kembar. Bagaimana denganmu?" Celine menanyakan kabar temannya itu.
"Tidak baik Celine," Devon pura-pura memasang wajah sedih.
"Kenapa Devon apa kamu punya masalah?" tanya Celine khawatir.
"Aku tidak baik semenjak kau meninggalkanku sendirian di sini," Devon berusaha menggoda.
Blush
Wajah Celine memerah. Celine tahu waktu SMA Devon menyukainya. Celine pun demikian tapi sayang karena kejadian malam itu membuat kesempatan Celine untuk menjadi pacar Devon hilang sudah. Devon pasti sudah menganggapnya wanita kotor. Tapi tidak disangka rasa sukanya bertahan sampai saat ini.
"Ehem... ehem... mommy," protes Julian dan Jaden karena merasa terabaikan.
"Uh maafkan mommy sayang mommy lupa memperkenalkan kalian pada teman mommy, Devon ini Jaden dan Julian,"
"Jaden"
"Julian"
Anak kembar itu menjabat tangan kekar Devon.
"Celine mau aku antar ke tujuan kalian?" Devon menawarkan bantuan.
"Sesungguhnya aku baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia setelah 6 tahun, rencananya aku mau cari tempat tinggal dulu."
"Bagaimana kalau kalian menginap di hotel milik keluarga ku," ajak Devon
"Baiklah, Julian, Jaden apa kalian mau?" tanya Celine kepada anak kembarnya.
"Let's go mom," seru Jaden dan Julian.
"Lewat sini kita ambil mobil dulu," Devon mendahului untuk menunjukkan jalan. Tidak lupa dia mengambil alih koper milik Celine dan membantu membawanya. Celine menggandeng anak kembarnya.
Devon membukakan pintu mobil untuk Celine, Jaden dan Julian.
"Mom omnya baik ya," Jaden memuji kebaikan Devon. Devon pun membalas dengan senyum.
"Ah paling ada maunya," batin Julian melihat Devon dengan seksama.
Devon menyalakan mesin dan melajukan mobilnya santai.
"Celine kenapa selama kau di Perancis kau tidak menghubungiku?" tanya Devon penasaran.
"Tidak apa-apa Devon, aku minta maaf," jawab Celine.
"Oh ya kebetulan sekali ya aku bisa bertemu denganmu?" kata Celine.
"Mungkin ini yang namanya jodoh," jawab Devon.
"Seandainya saja aku tidak ternoda aku pun ingin sekali berdampingan denganmu Devon," batin Celine.
Kenangan lama itu seperti berputar kembali. Mana mungkin dia bisa melupakan hal yang membuatnya trauma seumur hidup. Bahkan untuk sekedar dekat laki-laki Celine merasa amat takut. Kecuali dekat dengan anak-anaknya. Berbeda dengan Devon, ia adalah malaikat bagi Celine di saat tidak ada orang yang membantu Devon datang menawarkan bantuan untuk Celine dan ibunya.
1 jam kemudian mereka dampai di sebuah hotel. "Danz Smith" Julian menyebut nama hotel itu ketika mereka turun dari mobil.
"Ayo turun," Devon membukakan pintu mobil untuk Celine.
Mereka berempat berjalan memasuki hotel. Kemudian berhenti di depan meja resepsionis.
Darren yang saat itu berjalan bersama asistennya menghentikan langkahnya sejenak ketika tidak sengaja melihat Devon menarik koper yang diikuti oleh seorang wanita dan dua anak kecil.
"Siapa mereka?" Tanya Darren penasaran.
"Apa perlu saya selidiki tuan muda?" Kata Bagas asisten Darren yang sedari tadi mengekor di belakang.
"Tidak perlu, mungkin dia hanya membantu seseorang yang akan menginap di hotel ini," jawab Darren.
Darren melanjutkan langkahnya menuju mobil. Sebenarnya Darren penasaran karena tidak biasanya Devon membawa wanita meski itu wanita yang sudah memiliki dua anak tapi di mata Darren anak-anak itu seperti adiknya dikarenakan usia Celine yang memang masih sangat muda.
Julian sekilas melihat wajah Darren dari kejauhan. "Om Devon memang mirip dengan kami tapi kenapa om itu lebih mirip dengan kita Jaden, hey hey... kamu dengar tidak?" Julian sedikit meninggikan volume suaranya.
"Ada apa sayang?" tanya Celine kepada putranya.
"Tidak mommy, kami cuma capek," Julian berpura-pura untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ayo aku antar ke kamar kalian," Devon mengantarkan mereka ke kamar 201.
"Terima kasih banyak Devon kau telah banyak membantu." ucap Celine.
"Sama-sama Celine hubungi aku kalau kau butuh bantuan, jagoan om pergi dulu ya," Devon mengacak rambut keduanya.
"Bye om," Jaden dan Julian melambaikan tangan.
...***...
"Bagas apakah kamu melihat wajah wanita itu?" tanya Darren pada asistennya di dalam mobil.
"Tidak tuan muda, tapi saya sempat melihat anak kecil tadi tuan, mereka nampaknya anak kembar, tapi yang saya herankan kenapa wajah mereka mirip dengan tuan muda?" Bagas berfikir sejenak.
"Apa?? Apa mungkin mereka anak-anakku?" Jadi wanita itu?" Darren bertanya dalam hati.
"Kalau begitu selidiki mereka," titah Darren pada Bagas.
"Dasar bos plin plan tadi ditawari gak mau sekarang suruh nyelidikin, ck." Bagas mencebik dalam hati. Mana mungkin dia menolak permintaan Darren.
"Baik tuan muda, sekedar mengingatkan tuan siang ini anda ada janji bertemu dengan nona Rachel di restoran," kata Bagas sambil menscroll tablet yang ada di tangannya.
Darren memutar bola matanya jengah. " Ya ya ya kenapa sampai sekarang aku belum menemukan wanita yang aku cari hingga harus memacari mereka satu per satu."
Kring kring
Tak lama kemudian ponsel Darren berbunyi. "Hallo Lusi sayang, emm sebentar lagi aku sampai," Darren menutup ponselnya.
"Tuan tuan kapan kau akan sembuh dari penyakit playboymu?" batin Bagas dalam hati.
"Malas sekali rasanya setiap hari seperti ini?" kata Darren yang diam-diam curhat pada Bagas.
Tiba-tiba Darren mengingat kejadian 6 tahun lalu saat dia menodai anak gadis orang yang tidak di ingat sedikit pun wajahnya. Dia hanya mengingat ada tanda lahir di bahu kirinya dan sebuah anting yang tertinggal di kemejanya saat itu.
"Aku yakin aku akan menemukanmu dalam waktu dekat, perasaanku mengatakan demikian," batin Darren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Renireni Reni
itu darren sm devon kakak adik ya??
2023-01-07
1
Phoetry Punya
asisten Bagas kayaknya hampir sama ya karakternya sama Bayu, secara mereka kakak adik😁
2022-07-24
1
Dian Chua
Lanjuuttt
2021-10-05
1