Ana bergegas masuk ke dalam kosan dan mengunci pintu dari dalam. Selepas itu ia berlari menghamburkan tubuhnya ke kasur. Ada rasa sakit yang begitu menggebu di dalam hatinya. Sesingkat inikah pernikahannya dengan Bara? Lalu bagaimana jika dirinya hamil tanpa seorang Suami?
“Hiks..... Hiks.... Kenapa seperti ini, Bar? Aku mencintaimu. Apa aku salah? Aku Istrimu, namun Ibumu justru membenciku dan mengusirku dari rumahmu. Hiks..... Hiks....”
“Apa aku pulang kampung saja? Lalu bagaimana dengan kuliahku? Bagaimana dengan perasaan Ibu dan Bapak di kampung nanti? Saat tahu anaknya sudah menikah diam-diam dan hamil tanpa seorang Suami? Hiks.... Hiks.... mengapa ujian-Mu seberat ini ya Allah?”
Ana meratapi nasibnya yang sekarang. Menangis memang tidak bisa menghapus luka. Tapi dengan menangis, perasaanmu mungkin jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Tak terasa, Ana terlelap dalam tangisnya. Sungguh naas pernikahannya dengan Bara. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah Bara akan menepati janjinya? Aku rasa tidak.
Cukup lama Ana tertidur dengan mata yang sembab. Ia pun terbangun karena mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. Bergegas ia bangkit dan mengintip dari dalam gorden jendela, melihat siapa yang bertamu malam-malam begini. Ya, hari sudah malam. Cukup lama Ana tertidur sejak sore tadi.
Alangkah terkejutnya Ana melihat Bara yang datang seorang diri dengan pakaian yang acak-acakan. Ada apa dengan Bara?
Ceklek. Ana membuka knop pintu.
“Sayang!” Bara memeluknya dengan erat. Seperti orang yang sudah lama berpisah. Duh, authornya baper nih. Eh.
“Kamu kenapa, Bar? Kok acak-acakan begini penampilannya?” Tanya Ana keheranan.
“Aku kabur, saat mereka berusaha menjebakku agar aku meniduri Farah. Untungnya aku sadar. Aku langsung teringat sama kamu, Istriku. Maafkan aku yang gak bisa menjagamu Kak, maaf. Gara-gara aku Kakak jadi begini. Hiks... Hiks...” Baru kali ini Bara menangis. Apalagi di depan cewek.
“Kita ngomong di dalam saja, Bar.” Ucap Ana sambil mengajak Bara masuk ke dalam kos dan tak lupa mengunci pintu.
“Cinta sudah makan?” Tanya Bara. Ana menggeleng.
“Aku pesan makanan lewat Go-Food ya cinta. Kamu mau makan apa?” Tanyanya antusias. Rasanya masih gak nyangka kalau Bara bisa senekat ini.
“Apa saja, asal makan berdua sama kamu.” Jawab Ana lesu.
“Hei, kamu kenapa cinta? Aku sudah disini sekarang. Gak ada lagi yang bisa memisahkan kita berdua. Aku gak akan ninggalin kakak.” Ucap Bara bersunguh-sungguh.
“Gak usah berjanji, Bar. Aku takut kalau kamu akan ingkar nantinya.” Lirih Ana berucap.
“Aku gak mau pernikahan kita hanya sebentar, Kak. Aku sudah jatuh cinta sama Kakak. Istriku, cintaku.”
“Aku juga gak mau pisah sama kamu, Bar... Hikss.. Hikss.. Hikss..”
“Aku mencintaimu, Ana.” Ucap Bara sambil menatap dalam mata Ana.
Bara mencium keningnya, agak lama ia menahan. Perlahan mencium bibir manisnya. Ana membalas ciuman itu. Rasanya tak ingin mengingat kejadian yang tadi. Hanya ingin bersamanya saat ini. Itu yang dipikir Bara dan Ana. Bercinta dengan penuh kehangatan dan ketulusan dari lubuk hati yang paling dalam.
Ana terlelap dalam dekapan Bara di dalam selimut yang sama. Mata sayupnya sudah terpejam. Sementara Bara menatapnya sambil membelai lembut rambut indahnya yang berwarna cokelat keemasan bergelombang. Bara benar-benar sudah jatuh hati pada Ana. Sangat sulit untuknya melupakan begitu saja. Apalagi mereka sudah melakukan hubungan Suami Isteri. Sangat sulit bagi Bara untuk melepaskan apalagi meninggalkan Ana. Dia akan pergi sejauh mungkin dari kehidupan keluarganya. Demi keutuhan pernikahannya dengan Ana.
“Aku akan melakukan apapun untukmu, kak. Istriku yang cantik dan penyayang. Aku tidak pernah jatuh cinta secinta ini dengan seseorang sebelumnya. Tapi sama kakak, aku benar-benar telah jatuh paling dalam. Dan tak bisa untuk mencari jalan keluar.” Bara bergumam dalam hati sambil mengelus lembut pipi Ana. Sementara Ana sudah berada di alam mimpinya.
Tak sadar bahwa mereka belum sempat makan, karena sudah kelelahan akibat aktivitas tadi. Sampai akhirnya mereka sama-sama terlelap dalam dekapan. Pernikahan mereka sudah berjalan selama dua minggu lamanya. Sebentar lagi memasuki minggu ketiga. Belum genap sebulan, namun masalah sudah datang silih bergantian. Masalah Ibu mertua yang tak menganggapnya.
~~
Pagi menjelang, mereka terbangun. Tumben bangunnya barengan. Apa karena lapar kali ya? Ana mengucek-ngucek matanya yang kebi. Sementara Bara masih betah berada di dalam selimut sambil menatap Ana yang celingukan mencari pakaian.
“Kamu mau mandi?” Tanya Bara. Ana mengangguk pelan.
“Ini pake sarung aku aja.” Sambil menyodorkan sarung punyanya yang tergeletak diatas meja. Ana pun mengambil dan memakainya.
“Kamu gak mandi juga?” Tanya Ana.
“Kamu duluan aja, aku takut khilaf lagi kalau mandinya berdua. Kasihan kamunya.” Duh pengertiannya Bara. Author mau dong suaminya kayak Bara. Eh.
“Terima kasih ya, kamu sudah pengertian.” Ucap Ana sambil tersenyum menatapnya. Yang ditatap malah salting. Duh gusti!
~~
Waktu berjalan begitu cepat. Sudah dua bulan berlalu usia pernikahan Ana dan Bara. Dan Bara pun menepati janjinya yang tetap akan bersama dengan Ana. Bara benar-benar melupakan keluarganya yang arogan. Tak ada yang tahu kalau mereka berdua tinggal di kosan ini.
Kosan yang terletak di seberang kampus mereka. Terkecuali Arka yang juga mengetahuinya. Dan rupanya, diam-diam Arka mencintai Ana. Tanpa sepengetahuan Bara. Sebetulnya Arka sudah menyukai Ana saat pertemuan di kantin waktu itu bersama Bara.
Arka melihat Ana sebagai wanita yang mandiri dan penyayang akan sikap keibuan. Tapi ternyata, Bara lebih dulu mendekatinya. Saat Arka melihat Ana tengah menyuapi Bara di kantin, rasanya seperti ada sesuatu yang membuatnya ingin marah. Dengan manjanya Bara pada Ana, membuat Arka semakin muak melihatnya. Sepertinya Bara memang benar-benar sangat dekat dengan Ana, pikir Arka saat itu.
“Sayang, kamu gak ngampus kah? Kok masih bobo? Tumben banget kamu habis sholat ketiduran gitu.” Ucap Bara saat melihat Ana yang tertidur di atas sajadah yang masih mengenakan mukenah. Tapi, Ana belum juga bangun.
Dengan sigap, Bara menghampirinya.
“Sayang, bangun.” Gumam Bara sambil mengelus pipi Ana. Tetap saja, Ana masih belum juga bangun.
“Ana sayang, bangun. Kamu kenapa? Astaga! Aku harus bawa ke rumah sakit sekarang.” Ucap Bara khawatir.
Dengan ekstra panik, Bara menelepon Arka agar menjemputnya di depan kosan. Untungnya Arka mengangkat panggilan itu. Tak berapa lama kemudian, mobil Arka sudah terparkir di halaman kosan. Dengan sigap Bara menggendong tubuh Ana dengan keadaan masih memakai mukenah untuk masuk ke mobil Arka.
“Kak Ana kenapa, Bar? Lo apakan dia?” Tanya Arka emosi.
“Nanti aja gue jelasin, sudah cepat bantu gue ke rumah sakit sekarang!” Jawab Arka cepat.
Tanpa membalas perkataan Bara, Arka melajukan mobilnya dengan cepat untuk sampai ke rumah sakit terdekat. Perjalanan yang tak membutuhkan waktu lama untuk sampai kesana. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan persis pintu masuk. Dengan cepat, Bara membawa Ana masuk ke dalam diikuti juga dengan Arka yang ikutan panik.
“Sus, tolong Istri saya. Cepat periksa dia!” Ucap Arka panik.
Dengan cepat para suster dan perawat membawa Ana masuk ke dalam ruangan agar segera di periksa. Dengan setia Bara menemani disampingnya, sementara Arka menunggu di luar ruangan.
“Istri saya kenapa dok?” Tanya Bara panik.
“Istri anda tidak apa-apa. Hanya kelelahan dan kurang minum vitamin saja. Nanti akan saya berikan resep obatnya.” Jawab dokter itu dengan santainya.
Sebenarnya Ana kenapa sih? Tinggal jawab aja susah banget sih dok. Hewran...
“Maksudnya ini gimana sih dok? Kok pake vitamin segala. Emang Ana kenapa?”
“Masnya belum tahu? Ya ampun, saya kira masnya sudah tahu.” Ucap dokter dengan terkekeh.
“Tahu apa? Ya makanya saya nanya dok. Yang jelas kalau jelasin penyakitnya kenapa. Gak usah bertele-tele!” Ucap Bara emosi. Duh author nya juga emosi nih bang. Eh.
“Istri anda hamil mas. Saya pikir dia Kakak mu hehe.” Ucap dokter itu terkekeh. Dokternya saja bisa menilai. Untung dokternya ganteng, masih author maapkeun. Eh.
“Ha.. Hamil dok?” Bara tergagap dengan ucapannya. Sontak dengan wajah yang terkejut.
“Iya, sudah jalan 2 minggu. Dia hanya kelelahan dan kurang vitamin. Jangan di goyang terus mas, Isterinya kasian. Hehe.” Ni dokter ngeselin juga ya lama-lama.
“Gak usah bahas yang lain dok. Saya pasien disini!” Tegas Bara.
“Maaf, saya terbawa suasana. Ini resep obat yang harus ditebus. Jangan lupa beri dia minum susu hamil, agar bayi nya tetap sehat.”
“Ok makasih. Kalau gitu saya permisi.” Pamit Bara sambil menggendong Ana yang masih dalam keadaan tak sadarkan diri.
Bara membawa Ana ke ruangan inap untuk memulihkan keadaan Ana yang masih lemah. Dengan setia, Arka juga mengukuti mereka. Dengan terpaksa, tiga manusia ini absen matakuliah hari ini.
“Gimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Arka penasaran.
“Dia cuma kelelahan aja. Lo gak perlu khawatirkan dia. Kan ada gue Suaminya.”
“Ya gue tau lo Suaminya. Gue cuma mau tahu aja keadaannya kenapa bisa sampe pingsan gitu.”
“Dia hamil. Gue gak tahu kalo dia hamil. Kata dokter dia kelelahan juga.” Sontak Arka terkejut tak menyangka kalau Ana akan beneran hamil.
“Ha.. Hamil?”
“Iya. Kenapa?”
“Ngg.. Nggak, gue cuma kaget aja. Apa lo sering making love sama dia?” Pertanyaan yang bodoh. Dasar Arka. Polos banget sih kamu.
“Menurut lo? Apa perlu gue jelasin berapa ronde yang gue lakuin sama dia tiap malamnya?” Dasar cumi, kasihan tahu babang Arka.
Yang sabar ya tampan, author doakan biar cepat ketemu jodohnya
Wajah Arka memerah disertai getaran panas dihatinya. Mau cemburu pun tak berhak, karena Arka sadar akan posisinya. Bara lebih berhak untuk Ana dibanding dengan dirinya yang bukan siapa-siapa. Entah sampai kapan perasaan itu akan tetap ada untuk Ana. Yang jelas, Arka masih mencintai Ana. Meskipun saat ini tengah ada benih yang ditanam oleh Bara di rahimnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
ARKA ATAU ARYA YAA, KLO GK SALAH, ARYA PUN MNYUKAI ANA, 2 KK BRADIK INGIN JDI PEBINOR
2024-02-23
1
Sulaiman Efendy
KLO LO GK MAU PISAH, LO HRS TEGAS..
2024-02-23
1
🖤 Ara-Ae...
mungkin Bara maksud author....
2022-02-03
1