BAB 2 : FITNAH KEJI

"Apaan, sih! Mau gendong aku? Kita tuh, bukan mahrom, Dek." Cerca Ana berdecak sebal.

“Berarti kalau udah jadi mahrom, boleh dong, aku gendong Kakak?"

“Enggak.”

“Loh, kan tadi Kakak bilang, boleh. Kalau udah sah jadi mahrom.”

“Iya, kalau yang menggendong aku itu, Suamiku. Jodohku kelak.”

“Kalau Suami Kakak itu aku, bagaimana?”

Dasar mvrit!

“Aku mau pulang, kamu jangan ikuti aku. Awas, kalau sampai ngikutin aku lagi!” Ana beralih topik dengan gertakan pada Bara.

“Kalau aku ikutin lagi, emangnya kenapa?”

“Aku bakal block nomor kamu, dan kita gak akan pernah ketemu lagi.”

“Iya, iya. Aku diem deh, nggak lagi-lagi ngikutin Kakak." Bara tersenyum menyeringai menatap Ana.

Entah apakah perkataannya bisa dipercayai atau tidak. Yang jelas, Ana sudah muak berada di dekatnya.

“Ya udah, kamu diam disini. Sampai aku menjauh dari pandanganmu, baru kamu boleh pergi.”

“Iya, Kakak cantik," balasnya memuji Ana, sambil menyengir memamerkan gigi putihnya.

Ana pun berjalan dengan langkah cepat, agar bisa secepatnya tiba di kosan. Lelah sudah ia berjalan jauh menghindari Bara, siapa lagi kalau bukan bocah kecil dan tengik itu. Tanpa terasa, lima belas menit sudah Ana berjalan, akhirnya ia pun tiba di depan pintu asrama putri. Buru-buru Ana membuka gerbang itu dan masuk ke dalamnya. Namun, ketika ia berbalik badan dan hendak menutup pintu gerbang, Ana di kejutkan dengan kehadiran bocah itu lagi.

Lebih tepatnya, Bara.

'Astaghfirullahal'adzim! Anak itu benar-benar. Dia sebenarnya paham nggak, sih? Ocehan aku tadi? Kenapa masih ngikutin lagi, coba?' gerutu Ana dalam hati tersentak emosi.

“Kamu! Ngapain kamu ngikutin aku lagi sampai kesini? Kan, tadi udah buat perjanjian kalo-" ujar Ana terpotong oleh perkataan Bara.

“Sssttt! Kakak jangan berisik, dong. Aku mau menumpang ke toilet sebentar, boleh ya?” pintanya.

"Nggak bisa! Ini kamar kosan aku, bukan kosan kamu. Sana balik lagi ke kampus! Di sana kan, ada banyak toiletnya." Sergah Ana menolaknya mentah-mentah.

“Gak bisa Kak, ini udah diujung tanduk. Please! Boleh, ya? Aku janji gak akan macam-macam. Berani sumpah, deh!" tutur Bara dengan tatapan seriusnya. Tubuhnya meronta-ronta seperti orang yang sedang menahan pipis.

Seperti sejak awal, Ana memang orang yang tidak tega-an. Dan akhirnya, Ana memberi izin Bara untuk menumpang sebentar ke dalam toilet kamarnya.

"Huh, oke. Tapi jangan lama-lama, hanya lima menit aja. Dan lagi, jangan berisik. Kalau suaramu kedengaran sampai ke telinganya Ibu kos disini, aku juga yang bakalan di usir."

“Ibu kosnya juga tinggal disini, Kak?”

“Iya. Tuh, disampingku tempat tinggalnya. Yaudah buruan, aku mau istirahat soalnya."

Pov Ana

Mau tidak mau aku pun memberikan izin Bara untuk buang hajatnya di toilet dalam kamar kos ku. Dengan berat hati, aku mengizinkannya. Meskipun aku tahu resikonya. Kalau sampai ketahuan dengan ibu kos, tentu aku bakalan di usir dari kosan ini.

Lagian kenapa juga, aku bisa-bisanya mau menerima dia masuk ke dalam kamar kos ku? Entahlah, aku juga tidak tega untuk menyuruhnya balik lagi ke kampus dengan kondisi yang sudah diujung tanduk.

Pov End.

“Jangan lama-lama, Bar.” Panggil Ana yang kini tengah duduk di ruang tamu, menunggu Bara keluar dari toilet kamarnya.

Pintu kamar kosnya sengaja Ana tutup, supaya tidak ketahuan kalau Ana membawa laki-laki masuk ke dalam kamar ini. Ana tidak mau menjadi panjang masalahnya jika sampai ketahuan.

Beberapa saat kemudian, Bara muncul dari bilik toilet kamar Ana. Rambutnya tampak basah seperti sehabis mandi. Ia lantas berjalan mendekati Ana. Senyumnya kembali mengukir pada bibirnya. Ana tertegun menatapnya, sosok lelaki yang begitu menyebalkan itu kini seratus persen berubah menjadi pemuda tampan.

'Apa karena rambutnya yang basah? Dia jadi berubah tampan begitu? Kyaaaaa, aku mikir apaan sih?!' gumam Ana dalam hati berteriak kagum pada Bara.

Cie, kesemsem. Ehem!

“Duh, lama banget sih kamu, Bar? Aku takut Ibu kos nya dengar suara kamu disini," lirih Ana sedikit resah.

“Aku diam aja kok dari tadi, Kakaknya aja yang mengoceh mulu.”

“Kamunya yang buat aku jadi mengoceh melulu. Kan, udah aku bilang. Jangan ganggu hidupku, dan jangan ngikutin aku lagi. Tapi kamu malah ingkar janji.” Bara hanya diam tertunduk, lalu ikut duduk disamping Ana yang kini tengah selonjoran di bawah sana.

Namun...

Tok

Tok

Tok

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ana terperanjat tak percaya. Degupan jantungnya berdebar tidak karuan. Ia gugup dan ketakutan sekarang.

“Ana! Kamu bawa siapa masuk ke dalam kosan?” panggil orang yang ada di luar sana, dan ternyata ialah ibu kos pemilik kos-kosan ini.

“Tuh kan, gara-gara kamu sih! Kamu sembunyi, buruan!" titah Ana memberikan perintah pada Bara untuk bergerak cepat.

“Kok aku sih, Kak? Aku mau bersembunyi dimana? Disini nggak ada tempat untuk bersembunyi.”

Iya juga sih, ruang tamu kosan ini kan hanya berukuran sepetak. Itu juga gak ada barang-barang apapun disini selain karpet dan meja belajar.

“Ana!!! Saya hitung sampai tiga kalau kamu gak jawab, saya dobrak pintu ini!” Teriaknya dari luar mengancam. Ana semakin panik dan gemetar ketakutan. Ia benar-benar takut sekarang.

“Gimana, dong? Aku takut di usir dari sini," tutur Ana panik disertai wajah sedu nya.

“Tenang aja, Kak. Kalau Kakak di usir, kita pindah ke apartemen. Aku yang akan bayar semuanya," ucap Bara santai. Tapi, pintu kamar Ana semakin di dobrak dengan paksa Lalu tiba-tiba...

BRAKKK!

“Astaghfirullah! Ana! Kamu bawa lelaki masuk ke dalam kamar kosan? Habis ngapain saja kamu, hah?!" umpat ibu kos itu memaki Ana dengan suara lantang. Rupanya, dia tidak datang sendirian. Melainkan sudah bersama dengan warga kos yang lain.

“Astagfirullah, usir aja Bu! Malah jadi bikin sial disini. Lihat tuh, rambut cowoknya basah. Pasti dia habis berbuat mesum, kan? Ayo ngaku kalian!" sambung seorang ibu-ibu berkata yang dia tujukan untuk Ana dan Bara.

“Gak bisa dibiarkan Bu, kita harus panggil RT setempat.” Cerca yang lainnya mengompori ibu kos itu.

“Baiklah, saya akan telepon Pak RT untuk datang kesini."

Ana yang di pergok habis-habisan oleh ibu kos dan juga tetangga sebelah tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya tertunduk malu. Bara pun hanya berdiam diri dan tak bergeming. Seolah pasrah dengan keadaan ini. Walau sebenarnya, mereka berdua tidak melakukan apapun.

'Ini semua gara-gara dia, kalo dia gak maksa aku buat masuk ke dalam kamarku, kejadian ini gak akan terjadi,' gumam Ana menyesal karena sudah membiarkan Bara masuk ke dalam kamarnya.

Beberapa saat kemudian...

Datanglah sejumlah orang mendatangi kosan ini. Seorang lelaki paruh baya bersama dengan wanita dewasa, serta anak kecil di sebelah mereka. Ana tidak bisa membela dirinya. Sebab semua orang disini tak akan ada yang mempercayainya. Bahkan mereka memandang Ana begitu jijik.

Layaknya orang yang baru saja berbuat zina.

“Sebaiknya kita nikahkan saja mereka, dari pada nantinya akan berdampak kesialan pada penghuni kosan lain dan warga sekitar," ucap seorang lelaki paruh baya itu. Yang ternyata ia adalah Pak RT di sekitar warga sini.

'Aku bahkan dibuat kehabisan kata-kata. Masa iya aku harus menikah sama Bara?' gumam Ana dalam hati tidak terima.

“Tunggu dulu Pak, saya bisa jelaskan kejadian yang sebenarnya. Kalau saya dan Bara itu tidak melakukan hal-hal diluar pernikahan. Kita hanya-" tutur Ana mencoba membela diri. Namun perkataannya tidak sampai habis. Sebab langsung di potong oleh ibu kos itu.

“Diam kamu! Sudah berbuat mesum masih saja membela diri, seakan tidak terjadi apa-apa. Sudah, Pak RT buruan kita nikahkan mereka," bentak Ibu kos memotong ucapan Ana. Dan beralih berbicara pada Pak RT.

'Hatiku bagai tertusuk duri ketika diperlakukan seperti hewan yang habis tercebur got lalu terlihat oleh manusia. Bara juga sedari tadi hanya diam saja dan tidak membela sama sekali. Apa dia senang mau dinikahkan denganku? Ini kan yang dia mau?! Pak, Bu, maafkan Ana' tutur Ana dalam hati sedu.

“Mari semuanya, kita akan pergi ke rumah Ustadz setempat. Saya pun sudah memberitahu beliau mengenai hal ini," ujar Pak RT sambil memboyong Ana dan Bara keluar dari kosan menuju rumah Pak Ustadz yang jaraknya tidak jauh dari sini dengan berjalan kaki.

“Bara, kok kamu diam aja sih?! Kamu senang, kan? Iya, kan?! Aku kecewa sama kamu!" sentak Ana sambil berjalan mengekor di belakang mereka semua.

Tanpa sadar, bulir bening itu luruh dengan sendirinya. Ana menitikkan air matanya. Menangis tanpa bersuara, hal yang begitu menyesakkan di dadanya. Tiba-tiba saja, tangan Bara terangkat dan mengusap air matanya. Tapi Ana sama sekali tidak luluh dengan tindakannya.

“Maafkan aku Kak, semua salahku." Bara menyesal karena sudah membuat Ana malu.

Tidak ada yang berguna jika semuanya sudah menghakimi keduanya. Sebab mulut manusia mudah sekali memberikan racun pada manusia yang lain. Seperti ular yang berbisa. Karena itulah, hati-hati dengan perkataan. Jika semua itu tak benar, maka akan menjadi fitnah. Dan dosa jariyah untuk yang sudah memfitnahnya.

“Permintaan maaf mu tidak berguna. Semuanya sudah terlambat," tutur Ana seraya memalingkan pandangannya, menatap lurus ke depan.

Terpopuler

Comments

🌶 unyu🌶

🌶 unyu🌶

anak perempuan kalo menikah jika ayah kandungnya masih hidup, maka walinya harus ayah kandungnya, klo bukan ayah kandungnya nggah pernikahannya😌

2022-03-02

1

Sulminah Dir

Sulminah Dir

kok bara diam aja sih,?

2022-02-05

0

Dicky Hana

Dicky Hana

apa plagiat yah

2022-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2 BAB 2 : FITNAH KEJI
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 UPDATE! Q & A
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103. MUSIM KEDUA
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 157 Episodes

1
BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2
BAB 2 : FITNAH KEJI
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
UPDATE! Q & A
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103. MUSIM KEDUA
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!