Saat aku selesai memasukkan semuanya ke dalam tasku tiba-tiba Bara memelukku dari belakang. Aku hampir jantungan dibuatnya. Suka banget nih anak bikin orang jantungan.
“Kak.”
“Apa?”
“Aku haus.”
“Kamu haus? Yaudah buruan kamu rapi-rapi, kita beli minum dan makan di kantin.”
“Bukan haus karena mau minum.” Ucapnya membingungkanku. Katanya tadi haus, sekarang gak mau minum. Maunya apa sih dia?
“Terus mau kamu apa? Minum apa?”
“Mau itu.” Menunjuk ke arah dua p*y*d*ara ku. Astaga, nih anak pagi-pagi udah mesum.
“Ah kamu ada-ada aja, masih pagi lho ini.”
“Aku serius, kak. Boleh ya? Pliss pliss pliss!” Ucapnya memohon dengan wajah melas. Duh kok dia serius banget sih mintanya. Ah aku jadi malu kan.
“Hmm.... Yaudah yaudah.” Aku pasrah.
“Asyik!” Ucapnya sambil merubah posisi menjadi duduk.
Aku pun juga duduk dengan posisi selonjoran, dan kepalanya berada dipangkuanku. Sudah seperti bocah kecil yang sedang meminta ASI pada Ibunya. Apa dulu dia belum pernah merasakan ASI dari Ibunya ya? Buktinya dia sangat menyukainya.
Aku mengelus lembut rambutnya, sementara dia tengah asyik mengisap kedua p*t*ng ku secara bergantian sambil memainkannya dengan kedua tangannya. Benar-benar seperti anak kecil yang sedang di susui oleh Ibunya. Aku ini jadinya Isteri atau sebagai Ibunya sih?
“Bar, kamu dulu belum pernah dikasih ASI sama Ibumu ya?” Tanyaku penasaran.
Saat aku menanyakan itu, tiba-tiba dia menghentikan aktivitasnya dan menatapku.
“Enggak, dulu Mama memberiku susu botol setiap hari.”
“Pantas saja kamu suka banget sama punyaku.”
Dia terkekeh dan kembali dengan aktivitasnya yang seperti anak bayi baru lahir. Aku jadi kasihan padanya, aku ingin tahu kehidupannya seperti apa saat masih tinggal di keluarganya.
“Bara, Suamiku.” Aku memanggilnya dengan sebutan berbeda dari biasanya.
Ia mendongak dan menatapku, tapi mulutnya masih terus tidak berhenti pada aktivitasnya. Duh kayak anak kecil sekali sih dia. Suami atau anak sih dia itu? Herman daku.
“Kamu kapan mau ajak aku ke rumah orang tuamu? Aku ingin hubungan ini segera diresmikan. Aku takut jika aku hamil nantinya.”
Tiba-tiba dia langsung menghentikan aktivitasnya dan mengganti posisinya menjadi duduk berhadapan denganku. Buru aku rapikan lagi bajuku.
“Berarti, kita akan punya baby dong kak?”
“Iya sayang, kamu akan jadi Ayah nanti. Dan aku, akan jadi Bunda.” Ia tersenyum lebar menatapku.
Dengan cepat memelukku dengan sangat erat. Aku merasakan ada getaran yang kuat saat dia tengah mencium bibir ku dengan lembut.
Kalau begini, rasanya dia seperti benar Suamiku. Tapi saat dia tengah menikmati ASI ku sama halnya seperti bayi yang baru saja lahir.
“Aku akan mengajakmu ke rumah orang tuaku nanti sore, setelah selesai dengan mata kuliah kelas kakak.” Ucapnya antusias.
Aku sangat senang mendengarnya. Meskipun aku belum hamil, tapi aku sudah mewanti-wanti kalau ini akan terjadi. Sebab semalam Bara melakukan sampai berkali-kali. Hingga sekarang ini sakitnya masih terasa.
“Aku senang mendengarnya.” Aku tersenyum tulus menatap wajahnya.
“Kamu kenapa sih Bar, kok bisa tiba-tiba datang waktu aku lagi makan bakso di kantin waktu itu?” Tanyaku.
Pertanyaan yang selama ini menjadi teka-teki akan terjawab sekarang.
“Waktu itu, aku lagi ke kantin mau cari Arka. Tapi gak ada, dan gak sengaja aku lihat kakak duduk sendirian sambil makan bakso. Awalnya aku iseng buat deketin, aku kira kakak bakal antusias nyambut aku. Gak tahunya malah cuek banget. Malah asyik sendiri sambil ngunyah bakso.” Gerutunya.
“Hahaha, aku kesal aja sih tiba-tiba ada orang sok kenal sama aku. Udah tahu aku lagi makan malah diganggu.”
“Tuh kan, kakak orangnya memang cuek. Ku kira kakak sengaja ngelakuin itu.”
“Ngapain juga disengaja-in?”
“Iya, siapa tahu aja pengin aku lebih ngejar-ngejar kakak.”
“Untungnya apa buat aku memangnya kalau kamu ngejar-ngejar aku?”
“Untungnya bisa punya cowok ganteng sekampus.” Ucapnya bangga, sambil nyengir gak jelas.
Heleh, ganteng mbahmu. Iya sih ganteng, tapi kayak bocah. Eh.
“Ih, pede banget ya kamu.”
“Iya dong. Banyak cewek-cewek yang ngejar-ngejar aku, tapi sayangnya mereka gak bisa.”
Haish nih bocil makin lama halunya bikin kesal juga ya.
“Kenapa gak bisa? Harusnya kamu seneng kan, dikejar-kejar sama cewek-cewek cantik dikampus.”
“Kakak cemburu ya? Ciee Isteriku cemburu haha!” Ish, kenapa malah jadi begini sih.
Mukaku pasti udah kayak tomat nih. Duh, Baraaaa!!
“Siapa juga yang cemburu!” Ucapku sambil membuang muka.
Singkat cerita, aku telah menyelesaikan mata kuliahku hari ini. Bara juga sudah menunggu didepan kelasku. Aku melihat senyumnya yang mengembang.
“Hai, sayang!” Ucapnya padaku. Aku yang dipanggil begitu jadi malu.
“Ssstt! Jangan berisik, nanti mereka dengar kalau kita udah nikah.” Kataku berbisik.
“Ya, gak apa-apa dong kak. Malah bagus, jadi mereka tahu kalau kita udah jadi Suami dan Isteri. Iya kan?” Ucapnya sambil menaikkan kedua alisnya.
Dasar bocil. Dia ngerti gak sih? Kalau mereka sampai tahu, berita ini bakalan masuk ke telinga Dosen dan Rektor. Aku takut mereka berpikiran kalau kita telah berzina, makanya tiba-tiba jadi nikah. Duh, aku takut.
“Udah, kakak gak perlu khawatir lagi. Semua itu aku yang urus nanti. Kakak cukup layani aku aja sebagai Suami kakak, gimana?” Ucapnya sambil melingkarkan tangannya ke pinggangku.
“Kamu mau minta jatah?”
“Heem. Yuk, kita ke kosan dulu. Baru setelah itu kerumah orang tuaku, gimana? Hehe.”
“Kalau aku gak bisa bangun gara-gara perbuatanmu gimana? Kamu mau gendong aku?”
“Ya mau dong, Isteriku. Kamu kan wanitaku, mau aku gendong atau dipanggul sekalian juga boleh.” Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya.
Dasar genit.
“Ah kamu, itu sih maunya kamu.” Ucapku sambil berjalan lebih dulu meninggalkan dia di belakang. Dengan cepat dia menyusul dan menyamakan posisiku berjalan.
Aku masih ngambek lho ini, Bar!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO NOVEL YG KUBACA ORTU BARA GK SETUJU, KLO TK SALAH IBUNYA YG GK SETUJU
2024-02-23
0
Karebet
👍👍👍
2022-02-16
1
Erni Johan
lanjutkan dkos
2022-01-29
0