BAB 19

Inilah yang Ana khawatirkan sebelumnya akan terjadi. Dan benar saja, semua bayangan buruk itu benar-benar terjadi sekarang. Bahkan Ana sudah tak ada lagi harga dirinya dimata sang Ibu mertua. Dianggap miskin dan kampungan. Rasanya benar-benar hina. Apa semua orang kaya memang begitu? Memperlakukan orang miskin dengan cara merendahkannya? Kekayaan tak akan selamanya digenggam. Namun perbuatan baik akan selalu terbawa sampai dalam keadaan mati sekalipun.

Bara dan Ana sudah berada di dalam kamar sekarang. Dengan ukuran yang lebih besar dari kamar kosan mereka. Sangat mewah dan luas tentunya. Bahkan untuk ukuran kamar mandi saja juga besar.

Ceklek

Bara mengunci pintu kamarnya. Sementar Ana sudah duduk di atas ranjang yang besar dengan sprei motif captain amerika. Seperti anak kecil saja ya dia. Kamarnya masih nuansa anak-anak lelaki pada umumnya.

“Sayang, kamu jangan pikirkan ucapan Mamaku tadi ya. Aku gak mau kamu jadi kepikiran.”

“Enggak, Bar. Mamamu benar, aku memang gak pantas jadi Istrimu.” Ana berkata lirih. Berusaha menahan tangis, tapi tetap saja tak bisa. Air mata yang dibendung kini luruh begitu saja.

“Sayang, maafin aku. Gara-gara nikah sama aku, kamu jadi begini. Maafin aku cintaku.” Ucap Bara berusaha menenangkan sambil membawa Ana ke dalam dekapannya.

Tetap saja, naluri wanita saat hatinya rapuh akan sulit untuk dibujuk. Meski dengan kata-kata maupun perbuatan yang manis sekalipun.

“Ka-kamu gak salah kok, sayang. A... Aku yang salah. Aku memang gak pantas untukmu. Aku hanya orang biasa, Bar. A.. Aku tak sekaya dirimu. Aku ikhlas, kalau memang harus melepasmu pergi. Hiks... Hiks... Hiks.” Ucap Ana tersedu-sedu.

“Kamu ngomong apa sih, Kak? Aku sayang sama Kakak. Aku cinta sama kamu. Istriku itu hanya kamu, cintaku. Aku gak mau sama yang lain.” Bara kekeh dengan pendiriannya untuk mempertahankan pernikahan ini.

Saat mereka tengah dalam kebimbangan untuk mempertahankan hubungan yang tak direstui oleh sang Ibu mertua Ana. Tiba-tiba ada suara ketukan pintu kamar.

Tok tok tok

“Bara, cepat keluar nak. Ini ada Farah calon Istrimu, Mama tunggu lima menit buat siap-siap keluar.” Ucap Ny. Kertajaya dengan nada berteriak. Mungkin dia sengaja begitu agar Ana mendengarnya dan segera pergi dari sana.

Ana yang mendengar Ibu mertuanya memanggil Bara begitu sontak langsung melepas pelukan Bara dan menghapus air matanya. Ia merapikan penampilannya yang agak kusut.

“Pergilah, Bar.” Ana berusaha terlihat baik-baik saja dan menerima dengan lapang dada.

“Kalau aku pergi, kamu juga harus ikut. Aku gak mau keluar kamar sementara kamu sendirian disini.” Ana mengangguk.

Mereka berdua keluar dari kamarnya Bara dengan wajah kusut. Apakah seperti ini pernikahan yang diidam-idamkan setiap wanita? Ana masih tak menyangka bahwa bayangan buruk yang selalu menghantui pikirannya benar-benar terjadi didepan matanya.

Saat mereka sudah berada di bawah, Ana di perlihatkan dengan calon wanita yang Ibu mertuanya pilihkan untuk Bara. Gadis cantik dengan rambut terurai berwarna hitam bergelombang. Memakai dress selutut berwarna hitam. Ana hanya tertunduk malu.

“Bara, ini Farah. Kamu masih ingat kan? Dulu kalian pernah menjalin hubungan bukannya? Bulan depan pernikahan kalian akan segera dilangsungkan. Dan minggu depan akan dilaksanakan pertunangan tukar cincin.” Ny. Kertajaya berkata tanpa rasa iba sedikit pun pada Ana.

Memang dasar tak punya hati wanita itu. Dasar nenek lampir. Seenaknya saja merencanakan pernikahan untuk Bara.

“Apa? Nikah dengannya, Ma? Gak. Aku gak mau!” Bara menolak dengan tegas.

“Apa-apaan kamu, Bar? Dia kekasihmu dulu kan? Semua sudah Mama siapkan pernikahan untukmu. Kamu gak bisa mengelak lagi. Karena Mama sudah membayar semuanya!”

“Mama gak bisa begitu, seenaknya sendiri membuat keputusan tanpa bertanya lebih dulu padaku. Aku sudah putus dengannya, Ma. Aku juga sudah menikah dengan, Ana!” Tegas Bara sambil melirik ke arah Ana yang diam saja sedari tadi.

“Bara, kamu sudah menikah sama dia? Hah? Haha. Kamu yakin? Wanita udik kayak gini? Dia bukan type kamu, Bar. Aku tahu type kamu tuh kayak apa.” Ucap Farah bangga.

Dasar plakor! Enak saja kamu ngatain Ana udik. Kamu tuh yang udik! Baju kurang bahan dipakai segala.

“Diam kamu! Ana itu Istriku. Sampai kapan pun aku gak akan mau menikah denganmu! Camkan itu!” Untuk pertama kali, Bara berkata dengan nada tinggi yang menggelegar.

Membuat Farah seketika terkejut kaget. Termasuk dengan Mamanya juga. Sementara Ana, tetap diam seperti tak dianggap ada.

“Cukup, Bara! Mama sudah habis kesabaran karenamu. Hei, kamu! Wanita kampungan! Ayo sana pergi, jangan ganggu putra saya lagi. Kamu butuh uang berapa? Saya akan transfer untuk biayamu pulang ke rumah mu. Ayo sebutkan nomor rekeningnya.” Ucap Mamanya Bara merendahkan Ana.

Kali ini kesabaran Ana pun sudah habis. Mungkin memang sudah seharusnya dia tak memaksa Bara untuk ke rumah orang tuanya, kalau tau begini jadinya.

“Tidak perlu mengusir saya pun saya akan pergi dari sini, Nyonya. Maaf sudah mengganggu kalian. Saya tak butuh uang darimu, Nyonya. Terima kasih. Saya permisi.” Ucap Ana berlalu lalang meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu.

Sementara Bara yang ingin menyusul Ana tak bisa, karena ditahan oleh Mamanya dan Farah.

Jahat sekali mereka.

Ana pergi meninggalkan kediaman rumah Bara dengan perasaan hancur. Hati yang telah jatuh pada orang yang tak seharusnya ia jatuhkan. Orang yang berbeda kasta dengannya. Tentu saja akan berakhir menyakitkan. Seperti sekarang ini yang sedang ia alami. Ana menyusuri jalanan dengan berjalan kaki sambil sesekali memberhentikan angkutan umum. Namun tak ada yang mau berhenti. Sampai ketika, ada sebuah mobil yang berhenti disampingnya. Ia pun menoleh ke arah mobil itu.

“Kak Ana ya?” Ana tertegun kaget melihat Arka. Temannya Bara. Buru-buru Ana menghapus air matanya.

“Iya, kamu Arka ya?”

“Iya kak. Kakak kok bisa ada disini?”

“I.. Iya, aku sedang cari angkutan umum. Tapi dari tadi gak ada yang mau berhenti.”

“Ya sudah, bareng sama aku saja Kak. Yuk naik!” Ajaknya. Sikapnya tak berbeda jauh dari Bara. Sama-sama baik dan perhatian.

“Terima kasih, Arka.” Ucap Ana tersenyum.

“Sama-sama, Kak.” Ana duduk di kursi depan bersebelahan dengan Arka.

Sesekali Arka melihat Ana yang tengah melamun dengan wajah yang sayu seperti habis menangis.

“Kakak kenapa? Bara kemana? Tumben dia gak sama Kakak. Kalau ada apa-apa cerita saja sama aku.” Arka berkata sambil mengendarai mobilnya.

“Bara ada dirumah nya, Ar. Aku gak kenapa-kenapa kok. He he he.” Ana berusaha menyembunyikan semuanya dari Arka.

“Kakak yakin gak ada apa-apa? Cerita saja sama aku Kak. Bara itu sahabat dekatku. Kakak gak perlu sungkan kalau perlu apa-apa. Siapa tahu Kakak butuh bantuan?”

“Terima kasih, Ar. Aku gak apa-apa kok. Eh nanti turunin aku di kosan yang di seberang kampus kita ya?” Ana mengalihkan topik.

“Kakak pindah ke kosan itu? Kapan?” Ternyata dia belum tahu. Apa Bara sengaja tak memberitahunya?

“Hm baru dua mingguan ini, Ar."

“Oh. Hm aku boleh tanya soal Bara gak kak? Maaf sebelumnya lancang, he he.”

“Boleh, gak apa-apa kok Ar.”

“Hm aku mau tanya tentang ucapan Bara yang waktu itu di kantin Kak. Apa benar, kalau kalian berdua sudah menikah?”

“I.. Iya, Ar. Aku sudah menikah dengan Bara.” Ana menjawab lirih.

“Jadi, itu beneran kak?” Tanya Arka seolah tak percaya.

“Iya, Arka.”

“Kok bisa sih kak? Kalian saja baru bertemu kan ya?”

“Panjang ceritanya, Ar.”

“Terus kalian sudah berhubungan badan kah? Maaf, kak. Aku gak bermaksud gimana. Tapi khawatir kalau suatu waktu Kakak hamil terus Bara di jemput paksa orang tuanya.” Tapi kenyataannya memang begitu sekarang, Ar.

“Hm. Bara memang sudah di ambil oleh orang tuanya kembali, Ar.” Ucap Ana lirih sambil sesekali membuang muka menatap ke arah jendela.

“Aku sudah tebak itu Kak. Keluarga mereka benar-benar detail kalau soal menjodohkan anaknya. Apalagi Bara anak satu-satunya penerus keluarga Kertajaya.”

“Hm, aku paham dan sadar itu kok Ar. Memang sudah seharusnya aku gak perlu menikah dengannya waktu itu.”

“Kakak karena hal apa bisa sampai menikah secara tiba-tiba begitu? Orang tuanya Bara gak tahu soal pernikahan kalian kan?”

“Karena salah paham, Ar. Ibu kos yang di kosan ku dulu menganggap aku dan Bara telah berzina. Padahal sebenarnya tidak. Bara hanya menumpang ke kamar mandiku sebentar. Tapi justru mereka malah salah paham, dan akhirnya menikahkan aku dengan Bara. Iya, orang tuanya gak tahu. Orang tuaku pun gak tahu kalau aku sudah menikah.”

“Ya ampun, Kak. Maaf, aku gak tahu kalau masalahnya serumit itu.”

“Gak apa-apa kok, Ar. Memang begitu faktanya.”

“Kalau kakak butuh sesuatu, Kakak telepon aku aja. Ini nomor telepon ku Kak.” Arka menyerahkan gadgetnya padaku. Bermaksud untuk memberikan nomornya agar aku save dalam ponselku.

Apa ini gak berlebihan ya? Arka terlalu baik.

~~

Singkat cerita, Ana sudah sampai di depan kosan. Arka tidak turun, dan langsung pamit pergi. Ana hanya melambaikan tangan mengucapkan terima kasih atas tumpangannya.

Buru Ana membuka pintu kamar kos ini. Untunglah Bara tadi menyimpan kuncinya di dalam tas ku. Bara, Ana rindu padanya. Rasanya Ana belum siap untuk kehilangan dia.

"Apa memang begini nasib orang miskin sepertiku?" Gumam Ana.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KLO GK SALAH, SIARYA ABANGNYA ARKA NNTI YG INGIN JDI PEBINOR..

2024-02-23

0

Marthi S

Marthi S

sedih Banget

2022-03-12

1

U'voo Hartana

U'voo Hartana

bara, lemah. harus punya sikap tegas.

2022-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2 BAB 2 : FITNAH KEJI
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 UPDATE! Q & A
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103. MUSIM KEDUA
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 157 Episodes

1
BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2
BAB 2 : FITNAH KEJI
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
UPDATE! Q & A
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103. MUSIM KEDUA
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!