Dinikahi Bocil

Dinikahi Bocil

BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN

Dia bernama Ana Bella, seorang gadis rantau. Berasal dari daerah Jawa Timur, yang nekat pergi ke ibu kota Jakarta seorang diri. Demi melanjutkan pendidikannya yang sempat tertunda. Ana memilih kota Jakarta, karena ingin mendapat banyak pengalaman baru. Juga, kampus utama pilihannya ada di kota itu.

Gagal ujian berkali-kali demi mendapatkan PTN ternama. Namun, lagi-lagi harus mengalami patah hati kedua. Melihat teman-temannya yang sudah lebih dulu diterima di PTN impiannya. Sementara Ana sendiri gagal berulang kali.

Ana mulai mendapat pencerahan, setelah bersikeras untuk bangkit kembali. Memohon izin pada kedua orang tuanya untuk merantau ke Jakarta.

"Bu, Ana ... boleh, kan? Kuliah ke Jakarta?" Tutur Ana ragu-ragu pada Bu Ani. Ibu kandung Ana.

"Loh, memangnya harus ke Jakarta toh, Nduk? Apa ndak ada tempat lain? Ibu khawatir, kamu disana sendirian. Ndak ada orang tua, keluarga, apalagi saudara," sergah Bu Ani, menolak keinginan Ana. Wajah Ana langsung tertunduk sedu.

"Kalau itu keinginan Ana, apa boleh buat toh, Buk? Jangan terlalu memaksakan pada anak sendiri. Takutnya, dia malah jadi tertekan." Sanggah Pak Agi. Yang kerap disapa Bapak, oleh Ana.

"Bapak ini lho, Ana itu anak perempuan kita satu-satunya," sambung Bu Ani.

"Lha, anak kita bukannya dua toh, Buk? Itu, si Abi," tukas Pak Agi.

"Maksud Ibu, Ana 'kan anak perempuan. Bahaya, kalau dia merantau sendirian ke Jakarta. Disana tuh keras, Nduk. Kehidupan Jakarta berbeda dengan di desa kita." Bu Ani sepertinya kukuh menolak permintaan Ana.

Namun, setelah memohon berulang kali, akhirnya Bu Ani pun menyetujui. Meski dengan terpaksa. Bagi Ana, ini adalah awal perjalanan karier hidupnya. Dan sekarang, sudah berbulan-bulan sudah. Ana menjalani kehidupan di kampus baru ini.

Walaupun sama sekali tak mempunyai teman dekat. Tapi Ana begitu giat memperoleh nilai IPK yang tinggi. Demi mewujudkan harapan kedua orang tuanya yang berada di kampung halaman.

.........

Selesai mengikuti kelas hari ini, rasanya masih belum cukup. Bila tidak menikmati makanan yang ada di kantin kampus. Ana berniat untuk memakan semangkuk bakso. Makanan favoritnya setelah ayam goreng. Dahaga nya terasa kering dan haus. Meminum segelas es jeruk, mungkin bisa melepaskan semuanya.

"Bu, pesan bakso satu mangkuk, ya! Sama es jeruknya juga," pinta Ana pada ibu warung di kantin itu.

"Siap, Kak! Mohon ditunggu sebentar, ya!" Ana lantas mengangguk pelan seraya tersenyum ramah.

Sembari menunggu, Ana memilih untuk mencari tempat duduk di sekitarnya yang masih kosong. Pandangannya melihat-lihat sekelilingnya yang tampak begitu ramai. Masing-masing orang mempunyai circle nya sendiri.

Hanya Ana sendiri, yang sudah sejak awal memijakkan kakinya di tempat ini, masih juga sendirian.

Tanpa teman, atau pula pacar.

Apa itu pacar? Ana tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. Bahkan saat SMA pun, Ana belum pernah berpacaran.

"Pesanan bakso nya sudah siap!" Ucap Ibu kantin sembari membawa semangkuk bakso beserta es jeruk di nampan besar yang ada di kedua tangannya.

SET!

"Terima kasih, Bu." Tutur Ana.

"Sama-sama, Kak! Mari..." balasnya seraya pergi.

Tinggallah Ana sendiri, memulai makan siangnya dengan satu porsi bakso itu.

"Nyam... nyam... nyam..." gumamnya mengunyah bakso yang ada di dalam mulutnya.

Sedang asyik-asyiknya mengunyah bakso, tiba-tiba seseorang datang mendekati Ana. Lelaki muda dan tampan, memberanikan dirinya duduk di sebelah Ana. Tampaknya, anak itu usianya lebih muda jika di bandingkan dengan usia Ana.

“Hey, Kakak cantik? Sendirian aja, Kak?” tanyanya menyapa Ana secara tiba-tiba.

“Iya," jawab Ana singkat, lalu kembali melahap bakso yang sudah dia pesan tadi.

“Teman nya emang kemana, Kak?” tanyanya lagi sambil memperhatikan Ana yang tengah mengunyah bakso.

“Gak ada!” cetus Ana berdecak sebal, tanpa menoleh dan menatap wajahnya.

“Pacarnya?” pungkasnya lagi yang membuat Ana jengah dan buru-buru menghabiskan semangkuk baksonya.

“Bisa diam gak sih?!” cerca Ana ketus, sambil berdiri dan meninggalkan bocah kecil itu.

Lama-lama bisa emosi dibuatnya, kalau tidak buru-buru pergi.

Tapi sayangnya dia malah mengikuti Ana sampai ke depan pintu kelas. Mau tidak mau, Ana pun duduk di kursi koridor depan kelasnya. Agar dia tidak mengikuti sampai masuk ke dalamnya. Sampai akhirnya, Ana sendiri yang lebih dulu angkat bicara.

“Mau kamu apa sih? Dari tadi ngikutin melulu? Kamu tahu, nggak? Kamu tuh gak ada bedanya dengan pembuntut. Suka buntutin orang tanpa sebab,” tutur Ana tanpa langsung ke intinya. Spontan justru dia malah cengengesan.

Apa sih? Cringe banget. Dasar bocil!

“Kakak baru semester satu juga, ya?” lanjutnya bertanya, membuat wajah Ana berubah merah merona seketika, menahan malu.

Memang tadinya, Ana pun juga sudah berkuliah, namun karena keadaan yang tidak memungkinkan memaksanya untuk berhenti dan kembali melanjutkannya lagi sekarang. Di usianya yang sudah berumur 20 tahun. Seharusnya mungkin ia sedang mengerjakan skripsi. Tapi kini memulai semuanya dari awal lagi.

Nasib memang tidak ada yang tahu, bukan? Kapan dan mengapa hal itu harus terjadi pada kita. Kendatipun demikian, kesuksesan bukan hanya milik mereka yang lebih dulu berjalan. Tapi juga milik semuanya. Orang-orang yang enggan untuk menyerah.

“Emang kenapa, kalau aku baru semester satu? Ada masalah sama kamu?” sungut Ana sedikit emosi, sambil berkacak pinggang menghadap ke arahnya.

“Ya bagus dong Kak, aku bisa setiap hari datang kesini. Sambil meminta ajarkan tugas-tugasku," jawabnya sambil menyengir kegirangan.

Aneh 'tuh anak!

“Emangnya kita satu fakultas? Kenal juga enggak!” lanjut Ana sambil mengalihkan pandangannya ke arah lantai.

“Ya memangnya kenapa, kalau beda fakultas? Nggak ada yang melarang juga, kan? Makanya kenalan, setelah kenalan terus jadian. Setelah jadian, terus lamaran, dan kemudian, kita menikah. Lalu ... kita ehem-ehem. Hehe!" celotehnya sambil menyengir dan mengedipkan sebelah matanya.

Wajah Ana berubah tidak berekspresi. Tatapannya menatap datar ke arah anak itu. Bahkan hidungnya tampak kembang kempis sekarang. Tidak habis pikir, ia bisa bertemu dengan pemuda narsis sepertinya.

Belum apa-apa udah ngomongin nikah? Heh, kuliah saja dulu yang rajin.

Ana menghela napas panjang. Tangannya terangkat dan memijat keningnya. Kepalanya pusing, tiba-tiba bertemu dengan lelaki menyebalkan seperti pemuda yang ada di hadapannya saat ini.

“Udah, ngomongnya? Aku mau masuk kelas lagi,” kata Ana, sambil bangkit dari tempat duduk dan melangkah masuk ke dalam kelas. Namun, belum sampai depan pintu, langsung di tahan pergelangan tangan Ana olehnya.

"Apaan sih?! Jangan sentuh aku!" sentak Ana berdecak kesal.

“Tunggu dulu, Kak! Kita belum saling tukar nomor ponsel,” pungkasnya menghentikan Ana sambil menengadahkan ponselnya pada Ana.

Ponsel canggih nan mahal yang lagi viral seharga puluhan juta rupiah. Tampaknya, pemuda itu bukan berasal dari keluarga berlatar belakang biasa. Berbeda dengan Ana yang dari kampung pedalaman. Bahkan tampilan style bajunya begitu modis. Layaknya anak-anak hitz Jakarta Selatan pada umumnya.

Nak Jaksel kah, dia?

“Nomorku cuma satu, kalau di tukar-tukar, aku jadi gak punya nomor lagi, dong?” sergah nyeleneh. Menolak keras untuk memberikan nomor ponselnya pada pemuda itu.

“Ya udah, kalau gitu di sebutkan aja nomornya berapa?” sambungnya berkata dengan wajah serius.

Dari tatapannya, dia sepertinya tidak main-main. Peluh keringat bercucuran pada keningnya. Ana yang tidak tega-an, tentu saja akan mudah luluh. Dan memberikan nomor ponselnya secara cuma-cuma. Tentu hanya ingin membuat orang itu pergi dari hadapan sekarang.

“Kamu sakit, ya?” tanya Ana sedikit khawatir sekaligus mengalihkan topik. Meskipun tiga menit lagi waktunya akan habis. Tampaknya Ana masih kekeh dan enggan memberikan nomor berharganya pada bocah itu.

“Eng-nggak, udah berapa nomornya Kak? Aku juga ada kelas soalnya,” titahnya lagi sambil menatap ponselnya kali ini.

Ana menatapnya dengan tatapan iba. Benar saja, hati kecilnya luluh. Tidak tega dengan bocah kecil itu. Alhasil, dia pun menyebutkan nomornya pada lelaki itu.

"Udah, kan? Udah sana, hus hus hus!" usir Ana.

Hati-hati Ana, awas jatuh cinta! Ehem.

“Thanks, Kakak cantik! Nanti aku telepon diangkat ya, Kak?” ujarnya ceria, sambil melambai-lambai tangan ke arah Ana yang sekarang sudah berada di depan pintu kelasnya.

Ana terpaku menatap kepergian pemuda itu. Kedua matanya mengedip berulang kali. Bisa-bisanya dia bertemu lelaki narsis. Bahkan tingkahnya seperti anak kecil. Manja dan kekanakan.

Selepas dia pergi dari pandangan Ana, ia pun memulai kelas keduanya. Mata kuliah di jam terakhir. Yang begitu membosankan, sebab di pukul segini, rasa kantuk mulai datang dan menyerang. Namun, Ana segera menepisnya. Dengan meminum air mineral yang sempat dia beli sewaktu di kantin tadi.

Beberapa menit setelahnya...

Kelas telah berakhir, dan Ana berniat untuk pergi ke perpustakaan terlebih dulu untuk meminjam beberapa buku yang akan dijadikan referensi dalam makalahnya. Dalam sekejap, Ana mengecek ponselnya. Ada sebuah panggilan tidak diketahui namanya.

Ana mengacuhkan panggilan itu. Buru-buru ia mengambil beberapa buku yang sudah dia pinjam, dan pergi mendekati loker untuk mengambil tasnya. Sebab hari sudah mulai senja. Ana harus segera pergi dari sana.

Ketika Ana hendak membuka lokernya, tiba-tiba ada suara yang berdehem tepat berada di belakangnya. Sontak, Ana pun menoleh kebelakang.

“Astaghfirullahal'adzim!” ujar Ana kaget.

Bocil itu lagi?

“Emangnya aku setan, Kak?” celetuknya dengan raut wajah yang datar.

“Ih, kamu lagi, kamu lagi. Gak bosen? Ngintilin aku terus?" sambung Ana seraya berbalik badan untuk mengambil tasnya yang masih berada di dalam loker.

“Kakaknya tiba-tiba menghilang. Aku tadi ke kelas Kakak. Tapi udah nggak ada siapapun disana," celotehnya menjelaskan.

“Aku gak nyuruh kamu buat nungguin aku, loh. Oh, itu nomor kamu? Ku kira nomor nyasar tadi,” ucap Ana sambil memasukkan semua buku yang sudah dia pinjam tadi ke dalam tasnya.

“Sini, aku bantu, Kak?” katanya. Tapi tidak di gubris oleh Ana.

Cie, di acuhin. Uhuk!

“Gak perlu, aku lagi buru-buru nih,” sergah Ana menolak.

“Kemana? Aku antar ya, Kak?” kilahnya yang kini berjalan berdampingan dengan Ana sekarang.

"Ya pulang, lah. Mau kemana lagi emangnya? Udah sana, kamu juga pulang. Aku gak suka di ikutin terus sama kamu," tutur Ana seraya berjalan pergi meninggalkannya di perpustakaan itu. Namun...

“Kak, tunggu!" sanggahnya memanggil Ana dari belakang. Dengan terpaksa, Ana menghentikan langkah kakinya.

“Apalagi? Aku lagi capek dan sensitif loh ini. Kamu mau? Aku tinju kamu sampai babak belur, hah?!" ancam Ana sambil menoleh ke belakang. Lalu sekarang jarak Ana dengannya hanya berjarak dua jengkal dan saling berhadap-hadapan satu sama lain.

Lelaki itu menatap Ana dengan tatapan aneh. Seraya tersenyum menyeringai tidak jelas. Sesekali, dia memainkan alisnya yang di naikkan ke atas.

Heh, dasar buaya bocil! Kecil-kecil sudah bertingkah genit. Ngeselin!

“Kakak cantik, deh. Hehe!" pujinya tiba-tiba memuji Ana, sambil mengangkat satu tangan kanannya yang ingin mengelus pipi Ana. Tapi keburu di tepis tangan itu olehnya.

“Don't touch me! Kamu ngerti nggak, sih? Berapa kali aku bilang, untuk stop ikutin aku?! Udah sana, pulang! Mama kamu pasti lagi nungguin kamu," decak Ana sembari memasang ekspresi jutek.

Banyak pasang mata yang menatap mereka berdua secara bergantian. Spontan, Ana terdengar menghela napasnya panjang. Ia tidak ingin dirinya menjadi pusat perhatian orang disini. Dan anak itu, hampir membuatnya emosi.

“Aku belum tahu namamu, Kak. Namaku, Bara," ujarnya sambil mengangkat sebelah tangan kanannya, berniat untuk menyalami Ana. Memperkenalkan dirinya seperti orang-orang pada umumnya.

“Aku Ana," balas Ana. Pandangannya tampak celingukan memperhatikan sekitarnya. Ia lantas sedikit berjalan mendekati emperan yang dekat dengan pohon. Ana pun duduk dibawah sana.

“Pegal ya, Kak? Mau aku gendong, nggak? Kosan Kakak dibelakang kampus ini, kan?” celotehnya mulai bertanya lagi.

Yah, tidak ada bedanya seperti emak-emak yang sedang menginterogasi anaknya yang sehabis di bawa pulang sama cowok.

Eh.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

NOVEL INI HMPIR MIRIP DGN NOVEL YG PERNH KU BACA, SI TOKOH BRONDONG ORTUNYA GK SETUJU KLO DIA NIKAH SAMA TU CWEK, TRUS KLO TK SALAH, ENTAH ABANGNYA,, SPUPUNYA ATAU ATASN T4 DIA BKERJA TU MNYUKAI ISTRI SI BOCIL BRONDONG, HINGGA GUNAKN CARA LICIK TUK JADI PEBINOR, HINGGA TU SI BOCIL BRONDONG DN ISTRINYA PERGI JAUH KLUAR KOTA,, DN MMBUKA USAHA HINGGA AKHIRNYA SUKSES..

2024-02-23

0

Dhika Ahmad

Dhika Ahmad

ha ha ha. bisa ngelawak juga ni bocil

2022-08-20

1

Dhika Ahmad

Dhika Ahmad

cugotep

2022-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2 BAB 2 : FITNAH KEJI
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 UPDATE! Q & A
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103. MUSIM KEDUA
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
134 BAB 133
135 BAB 134
136 BAB 135
137 BAB 136
138 BAB 137
139 BAB 138
140 BAB 139
141 BAB 140
142 BAB 141
143 BAB 142
144 BAB 143
145 BAB 144
146 BAB 145
147 BAB 146
148 BAB 147
149 BAB 148
150 BAB 149
151 BAB 150
152 BAB 151
153 BAB 152
154 BAB 153
155 BAB 154
156 BAB 155
157 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 157 Episodes

1
BAB 1 : BERTEMU DI KANTIN
2
BAB 2 : FITNAH KEJI
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
UPDATE! Q & A
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103. MUSIM KEDUA
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132
134
BAB 133
135
BAB 134
136
BAB 135
137
BAB 136
138
BAB 137
139
BAB 138
140
BAB 139
141
BAB 140
142
BAB 141
143
BAB 142
144
BAB 143
145
BAB 144
146
BAB 145
147
BAB 146
148
BAB 147
149
BAB 148
150
BAB 149
151
BAB 150
152
BAB 151
153
BAB 152
154
BAB 153
155
BAB 154
156
BAB 155
157
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!