DAN
Tinggallah kini keduanya di dalam kamar dengan penerangan yang cukup jelas, Zino tak henti hentinya menatap Cessa dengan mata birunya yang indah.
Masih merasa takut dengan apa yang sedang berada di atas nakas, benda yang memiliki pelatuk itu menunggu di sana dengan santainya.
Entah orang di hadapannya ini akan menggunakan benda itu lagi atau dengan apa ia mengancam, membuat detak jantung Cessa tak karuan.
"Hei kemarilah.. Kenapa jauh jauh?" Ucap Zino membuyarkan lamunan Cessa.
"I.. iya tuan.. " Perlahan tapi pasti Cessa berjalan mendekat, masih beberapa meter lagi maka Cessa akan sampai di dekat Zino yang sedang duduk di pinggir ranjangnya.
"Mari minum denganku. Minuman ini apa namanya, kamu yang menghantarnya pasti tau kan??" Zino menunjuk dua botol yang di hantarkan Cessa beberapa waktu yang lalu.
"I.. Itu Anggur merah tuan.." jawab sopan Cessa demi menyelamatkan dirinya.
"Oohh kau tau rupanya." Zino bangkit dari duduknya dan menuangkan minuman tersebut ke dalam dua gelas yang juga di bawa Cessa tadi.
Zino maju ke arah Cessa membawa kedua gelas tersebut. Zino menyerahkan satu gelas minuman itu pada Cessa.
"Minumlah denganku.." Zino menyodorkan gelas itu tepat di depan Cessa, aroma yang kuat dari minuman itu masuk dalam indra penciuman Cessa. Dan Cessa benar benar tidak suka dengan bau yang sangat menyengat tersebut.
"Maaf tuan saya tidak bisa minum minuman ini tuan." Tolak Cessa dengan lembut membuat Zino makin tertarik dengan wanita di depannya ini.
"Baiklah kalau begitu." Zino kembali menaruh kedua gelas itu di nakas lagi.
Zino kemudian berjalan menuju sofa yang terdapat di dalam kamar yang Zino pakai.
"Mari duduk di sini denganku." Zino menepuk nepuk sisi sofa di sampingnya meminta Cessa untuk duduk di situ.
Mau tak mau, bisa tak bisa Cessa harus mematuhi tuan yang ada di depannya ini.
Cessa kemudian berjalan mendekati Zino yang sudah menunnggunya di sofa tersebut.
Dengan pelan Cessa mendudukkan dirinya di samping Zino. Jujur dirinya masih takut dengan benda yang masih berada di atas nakas itu. Kadang kadang Cessa melirik benda tersebut takut takut benda tersebut bergerak dari tempatnya.
Zino memperhatikan Cessa yang tidak fokus padanya, malah terus melirik lirik nakas tempat ia meletakan senjata hitam miliknya.
"Hei" Zino maraih dagu Cessa agar melihat ke arahnya. "Sudah puas mengamati benda itu." Zino menunjuk benda yang dari tadi Cessa lirik dengan dagunya.
"Kalau belum puas... " Zino bangkit meninggalkan Cessa sendiri di atas sofa dan berjalan ke arah nakasnya, meraih pistol miliknya dan kembali berjalan ke arah Cessa dengan membawa pistol tersebut.
Bukan main paniknya Cessa saat melihat Zino membawa benda itu. Ingin lari tapi tenaganya seakan hilang direnggut pistol itu. Wajah Cessa pucat pasi berusaha untuk tetap tenang. Sangkin berusahanya Cessa sampai meremas sofa yang ia duduki.
Zino yang mengamati Cessa sangat takut saat ia membawa benda itu lebih dekat merasa geli hati dengan tingkah Cessa. Betapa pucatnya, paniknya, tapi berusaha tetap biasa biasa saja.
"Kau belum puaskan lihatnya, ini aku perlihatkan dengan lebih dekat." Zino menyodorkan pistol di telapak tangannya ke arah Cessa.
Tapi dengan terus berusaha tetap tenang Cessa tersenyum lalu menggeleng "Tidak perlu tuan, sebaiknya tuan simpan dulu benda itu. Saya takut tuan."
"Takut?? Apa yang kamu takuti? Apa benda ini akan mamakanmu?" Ledek Zino.
Senyum polos saja yang Cessa berikan pada Zino. Zino hanya mengelengkan kepalanya dan menaruh pistolnya kedalam sebuah kotak di dekat sofa ini tadi.
Kemudian Zino kembali duduk bersama dengan Cessa.
"Jadi kamu tidak bisa minum minuman itu tadi?" Tanya Zino memulai pembicaraan lain.
"I... Iya tuan." Jawab Cessa dengan singkat karna ia tidak tahu harus menjawabnya bagaimana.
"Lalu apa yang bisa kamu minum? Susu?"
Hanya bisa menjawab dengan anggukan yang bisa Cessa lakukan membuat Zino tersenyum puas bukan main.
"Ooohh apa susu itu yang alami atau yang instan..?" Zino terus memancing Cessa, sementara Cessa sendiri tidak paham dengan apa yang Zino maksud.
Sungguh Zino sudah hilang akal mungkin. Kini ia mulai berpikiran mesum terhadap Cessa.
"Sudahlah kalau kau tidak paham tentang susu susu... Nanti saja kita lanjutkan tentang susu susunya. Sekarang aku ingin tahu sudah berapa lama kamu berkerja di tempat ini?" Tanya Zino lagi.
"Sekitar 2 atau 3 tahun tuan.. "Cessa menjawab dengan seadanya saja.
"Oohhh sudah lumayan lama ya... Boleh tau siapa namamu?"
"Namaku... "
TOK TOK TOK..
Ucapan Cessa terpotong dengan suara ketukan pintu kamar Zino dan Cessa kini. "Iisshh... Siapa lagi yang ganggu ini.. " Zino bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.
Zino hanya mengeluarkan kepalanya saja untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata anak buahnya yang tadi sempat ia perintahkan mengambilkan sesuatu.
"Ini tuan yang anda minta sudah saya bawakan." Ucap anak buah Zino tersebut.
"Ooohh iya aku tadi lupa kalau aku memintamu mengambil ini. Baiklah kau boleh pergi." Zino masuk lagi ke dalam kamarnya dan berjalan menuju nakas tempag ia menaruh anggurnya tadi.
Zino kemudian memasukan apa yang anak buahnya berikan kepadanya ke dalam salah satu gelas yang berisi anggur dan meneguknya sampai tandas tak bersisa.
Awalnya Cessa mengira minuman yang telah Zino masukan pil itu untuk dirinya tapi ternyata bukan, malah Zino sendiri yang meminumnya. Ada sedikit perasaan lega menerpa Cessa.
Zino bergabung lagi dengan Cessa kemudian menarik pinggang ramping Cessa hingga melekat pada Zino. Posisi yang sangat intim ini membuat Cessa makin tak nyaman, ia tidak tahu apa yang baru saja Zino minum, dan kini Zino malah mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Cessa.
1 menit... 10 menit... Masih dengan posisi yang sama. Tapi kini tangan Zino mulai tidak bisa diam. Zino mengelus elus pipi Cessa. Meneliti setiap inci wajah Cessa. Menepikan rambut rambut nakal yang turun ke wajah Cessa. Sentuhan itu begitu lembut untuk siapa pun tapi tidak dengan Cessa. Sentuhan itu bagaikan Pisau yang kapan saja bisa melukai wajahnya.
Sentuhan itu pun kian menjadi. Kini tangan Zino turun ke leher Cessa. Dan Cessa mengumpulkan keberaniannya untuk menatap wajah Zino.
Cessa melihat wajah Zino memerah, ada sesuatu yang tak benar di Zino kini. Zino menekan tengkuk Cessa agar mendekat padanya dan...
CUP..
Satu kecupan berhasil di lakukan Zino pada bibir tipis Cessa. Kecupan itu hanya sekejap, kini Zino kembali mengamati wajah Cessa yang kini juga sedang memandang Zini juga.
Mata mereka saling bertemu dalam pandangan, membuat detak jantung Cessa tak teratur sudah.
Zino menarik tangan Cessa agar memeluk pinggangnya. Cessa sama sekali tak menolak dan mengikuti kemauan Zino. Hingga kini posisi mereka saling merangkul pinggang.
"Mari kita bahas masalah susu susu lagi... " Ucap Zino dengan suara yang serak.. Dan kini matanya tertuju pada Satu tempat.
Cessa menyadarkan dirinya dan paham maksud Zino tentang susu susu.. "Mari aku beri tahu kamu... "
Kedua penjaga yang berada di luar kamar Zino mendadak kaget mendengar bunyi riuh ricuh dari dalam kamar tuannya tapi mereka berdua tetap tenang dan pura pura tak mendengar apa apa, padahal suara ******* dan leguhan tuannya dan pasangannya di dalam sangat jelas. Dan kini hanya Zino dan Cessa yang tau apa yang terjadi di dalam sana.
Jam kini menunjukan pukul 4 dini hari. Cessa terbangun dari tidurnya dan ternyata dirinya masih di dalam pelukan pria yang ia tak kenal. Tubuh keduanya sama sama polos, Cessa berusaha dengan sisa tenaganya untuk bangkit dari pelukan Zino. Dengan kesakitan dipangkal pahanya Cessa memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Cessa melihat satu satu pakaiannya tidak ada yang bisa ia kenakan, semuanya telah di robek paksa oleh Zino saat menjamahnya tadi. Akhirnya Cessa memilih untuk mengenakan handuk yang ada di dalam kamar mandi untuk menutup tubuhnya. Dan Cessa keluar dari kamar Zino dan mendapati dua penjaga telah menunggunya.
Kedua orang iti menyerahkan satu tas yang berisikan uang yang entah berapa nominalnya.
"Ini untuk apa?" Tanya Cessa.
"Ini upah anda nona, masa amda tidak tau kalau ini upah anda? Dan ya terima kasih telah melayani tuan kami." Ucap salah seorang penjaga tersebut.
Bingung dengan uang sebanyak itu di tangannya dengan susah payah Cessa berpikir mau ia apakan akhirnya ia mendapat sebuah ide.
"Niky aku keluar. Ini uangmu anggap saja aku membeli diriku sendiri" Cessa meletakan satu tas berisi unag dari anak buah Zino di hadapan Niky bosnya.
"Wow... Akhirnya kamu berkerja dengan benar. Baiklah kesepakatan kita selesai kamu berhasil mengembalikan uangku. Silahkan pintu keluar ada di sana tebuka lebar untukmu kini."
Kini pagi telah tiba Zino terbangun mendapati dirinya masih polos bak anak bayi baru lahir. Ia mengingat ingat kejadian semalam dan ia merasa basah di tempat di mana ia duduk dan melihat bercak merah yang lumayan banyak di sana.
"Hei.. Apa yang terjadi...?" Otaknya kosong kini tak tahu apa yang telah terjadi.
Sementara di tempat lain cessa sedang Berada di depan nisan yang tertulis nama Siska. Air mata cessa tak terbendung lagi. dia menangis sehabis habisnya. cessa terus mencurhakan isi hatinya. Betapa selama ini ia berjuang dengan berkerja di tempat terkutuk di tambah lagi cessa yang telah kehilangan mahkotanya di tempat itu. Tapi sisi positifnya cessa telah membeli dirinya sendiri dari tempat kotor itu.
Di tempat lain....
sudah panjang kali otor ngetik nya ini.. semoga semua readers senang dengan kisahnya. jangan lupa komen ya... kasih semangat otor oke... 😀😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Dwi Astuti
kayanya cerita ini bagus
2022-02-21
0
Camut gemoy
Takutlah Zino, masa engga😁
2022-02-16
0
Depp Kazieh
adegan 21 ya g bnget kurang datail ky novel lain
2021-10-09
1