Chap 14: Undangan dari Akademi

Pagi hari ini… waktu menunjukkan pukul 06:10, aku saat ini sudah berada di sekolah, lebih tepatnya aku sudah ada dikelas. Bukankah ini terlalu pagi? Ya.. memang terlalu pagi! Keadaan sekolah masih sepi. Di kelas hanya ada aku dan dua orang perempuan yang rumahnya cukup jauh… jadi mereka selalu berangkat awal.

Kalian ingin tahu kenapa aku berangkat sangat awal? Walau jarak rumahku ke sekolah tak terlalu jauh, mungkin hanya akan menghabiskan 15 menit perjalanan.

Lalu kenapa? Jawabannya adalah tentu untuk menghindari gangguan dari orang-orang bodoh yang kemungkinan akan mencegat ku di gerbang masuk. Itu terjadi selama dua hari awal sejak aku kembali dari Tokyo. Dan sejak itu, aku selalu berangkat sebelum jam 6.

Jujur, ini sangat membebani diriku… yaah, kalau demi kelancaran kehidupan sehari-hari milikku aku tak keberatan melakukannya. Setidaknya sampai berita Stage 7 yang baru mereda, sampai masyarakat sudah menerimanya.

Aku menjalani hari-hari seperti biasa… naik, turun menyimak dan berbincang. Beruntung teman sekelas ku sudah tak terlalu memikirkan tentang persoalan Stage lagi. Jadi, aku sudah bisa sedikit berbincang dengan mereka semua.

Dan seperti biasa, di saat istirahat, Rei menyisihkan waktu untuk berkunjung ke kelasku. Walau aku tak memintanya, seperti saat ini… kami sedang berbincang santai di taman depan kelas, sembari memakan jajanan kami.

Namun, ini tak berlangsung begitu lama… karena tiba-tiba, sekumpulan murid dari kelas lain mendatangi kami. Jumlah mereka adalah 5 orang.

Uwaah, mereka membawa satu geng langsung.

“Siapa yang bernama Saidhan!?”

Tentu saja bukan, sekarang aku mungkin adalah incaran berbagai anggota geng-geng nakal dan ketua ekskul-ekskul olahraga. Beberapa ada yang ingin aku ikut ke circle mereka karena bisa menaikkan pamor mereka, atau hanya untuk sekedar menantang bertarung denganku.

“Ya, aku Saidhan! Ada urusan apa ya, denganku?”

Aku menjawab dengan nada lesu.

“Kau, bertarung lah denganku… sepulang sekolah!”

Tipe yang ini kah.. aku jauh lebih kesal dengan ini! Untuk mereka yang mengajak untuk bergabung dengan Ekskul itu masih mending… ini masih ada manfaatnya. Kalau mereka yang mengajak bertarung? Apakah ada manfaatnya? Tentu saja tidak ada…!

Jadi… bagaimana aku akan lolos dari situasi ini? Rei tampaknya tak ingin ikut campur sekarang.

Hah… mungkin pertama-tama akan ku tolak secara biasa!

“Tapi aku menolak!”

Rei terlihat agak kaget dengan tadi… sepertinya ia tak kaget karena aku menolak, tapi karena caraku menolak. Ya… itu tadi tak normal. Ya benar ini adalah Parody!

Orang yang paling depan di geng tersebut melangkah maju dan mendekatiku, sepertinya dia adalah pemimpin geng tersebut dan yang paling kuat di antar mereka semua. Dan yang paling penting… dia lebih tinggi dariku!

“Apa kau bilang barusan?”

Aku harus tenang! Jangan kehilangan ketenangan di saat-saat begini! Sabar, sabar…

Aku menatap wajahnya secara langsung.

“Aku menolaknya!”

Good job, Saidhan! kau bisa…

“Dia memegang dan menarik kerah ku…

“Dan, kenapa kau menolaknya!?”

Kalau dilihat-lihat, sepertinya aku tahu siapa orang ini… ah, benar sekali! Dia ini adalah sorang berandalan yang cukup terkenal di sekitar ini! Atau tak salah, orang-orang memanggilnya sebagai Bang Jul, nama aslinya adalah Zulfa.

Jadi begitu, ya… aku jadi mengerti dengan sifatnya yang agak pemaksa seperti ini. Dan juga aku terkejut ternyata dia murid sekolah ini! Yang kudengar hanyalah dia adalah salah satu pemimpin geng motor yang terkenal, dia sangat gemar berkelahi! Selain kemampuan fisiknya yang kuat, ia juga memiliki kemampuan sihir yang cukup hebat juga… dari yang kudengar dia seorang stage 4. Walaupun berulang kali mendapatkan Skorsing akibat kasus perkelahian dan semacamnya, dia masih nekat ya…

Harusnya, dia itu 1 tahun lebih tua dariku. Namun karena kasus-kasusnya yang menumpuk itu, ia mungkin tinggal kelas… Ya ampun, menyedihkan sekali.

“Ooyy! Kenapa kau diam saja? Aku sedang bertanya disini!”

Teriakan membuyarkan pikiranku, selain itu ia juga mengguncang tubuhku!

“Jangan beraninya kau mengabaikan Bang Jul, sialan!”

“Ya, habisi saja Bang!”

Tidak, anak buahnya sepertinya mulai ikut-ikutan... namun si Bang Jul ini masih menahannya.

“Tunggu sebentar!”

“Jadi apa alasanmu menolak ini!?”

“Yaa, kau tahu sendiri… aku tak suka untuk harus bertarung! Memangnya ada keuntungannya melakukan hal seperti ini?”

“Hah..!!??”

Ah, gawat! Aku sepertinya sudah sedikit memancing amarahnya… ini sedikit terbukti dengan dia semakin keras memegangi kerah seragam sekolahku ini. Tolong hentikan, nanti aku harus menyetrikanya harus dobel!

Selain itu… yang aku harus pikiran ialah cara lolos dari situasi ini. Sama seperti tadi… jadi, cara apa yang akan kulakukan.

Terus berpikir kesana dan kemari, hingga akhirnya… aku menemukan jalan keluar.

Ehm, tentu saja… aku akan melakukan cara Budi, atau cara yang biasa.

“Jadi… karena waktu istirahat sudah selesai, dan guru juga sudah datang!”

Aku mengucapkannya pelan dan menunjuk ke seorang guru yang sedang berjalan di lorong. Mereka semua serempak menoleh ke arah yang ku tunjuk.

“Ahh, benar! Jam istirahat sudah selesai… kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu, Sai!”

Setelah melihat jam tangannya, Rei segera undur diri menuju ke kelasnya. Dan Bang Jul terpaksa melepaskan cengkraman pada kerah bajuku karena keberadaan guru. Dan tepat setelah itu Bel berbunyi…

“Kalau begitu, aku masuk dulu! Sampai jumpa!”

Memanfaatkan kesempatan, aku segera pergi memasuki kelas.

“Ahh, Syukurlah…!”

Aku sedikit menengok dan mendapati Bang Jul menatapku dengan pandangan yang tak mengenakan.

Guru yang melihat Bang Jul dan antek-anteknya segera mengusir dan menyuruh mereka untu kembali ke kelas.

“Hey, kalian! Jangan hanya diam saja, apa kalian tak mendengar bel berbunyi? Cepat kembali ke kelas masing-masing!”

Perintah guru tersebut, mereka hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah guru tersebut.

Dan guru itu, memasuki kelasku… sesi pelajaran pun dimulai. Aku menuju ke tempat duduk ku, dan menatap ke langit di luar jendela. Berharap setelah ini, mereka tak lagi mengejar ku…

Yaa, sepertinya itu tak mungkin, ya… melihat bagaiman sifat Bang Jul itu. Nampaknya ia tak akan puas sampai keinginannya terkabul. Haahhh...!

Aku hanya bisa menghela nafas.

Dan guru mulai menerangkan mata pelajaran, tanpa ada gangguan… di tengah-tengah itu, datanglah seorang murid yang sedikit menghentikan kegiatan belajar mengajar sesaat.

*Tok…tok!

“Permisi…”

“Ya, ada apa…?”

Guru menjawabnya, aku yang tadinya hanya melihat ke langit melirik ke arah murid itu.

“Saidhan… di mana, ya?”

Merasa dipanggil, aku segera bangkit dari tepat duduk, sementara itu… Kelas seketika menjadi agak gaduh karena murid tersebut membawa namaku.

“Ah, ya… ada apa?”

Aku menjawabnya...

”Saidhan, kau di panggil oleh kepala sekolah! Datanglah ke ruangannya!’

Eh!? Ehhh!!? Aku dipanggil…? Oleh kepala sekolah? Tapi, kenapa…?

Dan setelah mendengar itu, kelas menjadi semakin gaduh, murid-murid perempuan mulai membicarakan hal ini diam-diam, sedangkan laki-laki hanya menyimak saja…

Karena merasa tak nyaman dengan kegaduhan ini, guru tersebut segera berteriak untuk menghentikannya.

“Cukup!! Jangan berisik...!”

Seketika satu kelas langsung saja terdiam.

“Kalau boleh tahu, ada apa, ya?”

Ucap Guru itu melanjutkannya. Sementara murid hanya merespon dengan gelengan kepala.

“Tidak tahu… beliau hanya menyuruhku untuk memanggilnya tanpa memberitahukan apapun…!”

Guru mengangguk mendengarkan nya. Setelah itu ia menoleh ke arahku.

“Saidhan, silahkan…”

Melihat guru sudah memberikan izin, aku segera beranjak dan mengikuti murid tersebut.

“Permisi…”

Saat sudah di luar, aku baru teringat sesuatu… Ruang Kepala Sekolah dimana, ya?

“Anu, Ruang Kepala sekolah itu dimana?”

Aku coba untuk bertanya. Murid itu menengok kepadaku, dan kemudian tersenyum.

“Ikuti aku!”

Setelah mengatakan itu, dia segera berjalan pergi meninggalkan depan kelas. Tanpa basa-basi aku mengikutinya.

Kami melewati cukup banyak lorong… ya, sekolah ini memanglah sangat luas. Dah akhirnya kami sampai ke sebuah gedung dengan ukuran yang cukup luas.

Disini kah…!?

Dia segera memasuki gedung tersebut dan membawa ku ke sebuah ruangan. Pertama-tama, ia mengetok pintu seperti saat datang ke kelasku.

*Tok… tok!

“Permisi…!”

Dia membuka pintu ini dan terlihatlah ruangan kepala sekolah. Ruangan ini cukup luas… ada dua buah sofa, satu meja tamu, dan satu meja kerja. Di dalamnya terdapat kepala sekolah dan satu orang lainnya.

“Aku sudah membawanya kemari…Saidhan M. Ardiyasha!”

Kepala sekolah menoleh dan berdiri dari meja kerjanya.

“Aahh, terima kasih… Kerja bagus!”

Murid itu menunduk dan segera undur diri.

“Kalau begitu, saya permisi dulu…”

Dia segera pergi meninggalkan ruangan ini, menyisakan ku, Kepala Sekolah, dan seorang lagi.

Aku menatap kepergiannya, dan tiba-tiba sebuah suara yang taka sing masuk ke telinga ku.

“Yaa, Saidhan!”

Aku menoleh ke asal suara itu, seorang lagi yang ada ternyata adalah…

“Pak Ari!?“

“Lama tak bertemu, mungkin…!”

Dia melambaikan tangan.

“Belum lama, baru 4 hari, loh… Pak!”

Kami mengobrol ringan, hingga akhirnya Pak kepala sekolah duduk di salah satu Sofa dan mempersilahkan aku untuk duduk juga.

“Kalau begitu, silahkan duduk! Saidhan…”

Menanggapi perkataan Kepala Sekolah… aku duduk di sebelah Pak Ari dan mulai menanyakan alasan sebenarnya aku dipanggil kesini.

“Jadi, ada masalah apa, ya? Sampai-sampai memanggil saya kemari?”

Pertama-tama, ia terlihat seperti sedang menyelesaikan sesuatu. Dan setelah selesai, ia melirik ke arahku dan bertanya...

“Sekarang kau ini sudah menjadi Stage 7 bukan?”

Aku merespon dengan mengangguk dan mengatakan.

“Ehm, iya…”

“Sebenarnya, pihak kami sendiri tak ingin melepas dirimu! Namun, ini adalah ketetapan dari pemerintah! Sayang sekali, pihak kami tak bisa menolaknya…”

Kepala sekolah tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang cukup aneh.

Eh, apa yang dia bicarakan?

“Jadi..?”

“Jadi, pemerintah pusat ingin agar kau mendapatkan pendidikan yang terbaik dari yang terbaik, begitu…!”

Kali ini Pak Ari yang menjelaskan.

"Haaa… lalu?”

“Kamu mendapatkan sebuah undangan ini…!”

Kepala sekolah menyodorkan sebuah amplop. Aku menerima dan langsung membukanya, isinya adalah…

“I-ini bukannya…!?”

Surat ini… ini adalah surat undangan resmi dari ACJ! Seperti yang di dapatkan Al waktu itu!.

“Jadi, ini maksudnya apa…?”

Aku menanyakan tentang keberadaan sura ini, entah mengapa aku masih gagal faham.

“Seperti yang dikatakan Ari sebelumnya! Pemerintah ingin agar kamu mendapatkan pendidikan dan fasilitas terbaik! Oleh karena itu, ACJ mengundangmu untuk pindah dan menempuh ilmu di sana!”

Ucap Kepala sekolah menjelaskan maksud dari surat undangan tersebut.

“Jadi Saidhan… bagaimana pendapatmu? Apa kau mau pindah ke ACJ?”

Tunggu dulu! Ini tiba-tiba sekali!

Episodes
1 Prolog: Introduksi
2 Chap 1: Perpisahan teman
3 Chap 2: Insiden Reinhard
4 Chap 3: Yang Tak terbatas
5 Chap 4: Stage 7 terbaru
6 Chap 5: Menuju Jepang
7 Chap 6: Test Stage
8 Chap 7: Serangan Magician
9 Chap 8: Kepercayaan diri Saidhan
10 Chap 9: Shinyaku Tooru
11 Chap 10: Akhir Pertarungan
12 Chap 11: Penentuan Stage dan Jalan-jalan
13 Chap 12: Kembali Pulang
14 Chap 13: Nama Kemampuan
15 Chap 14: Undangan dari Akademi
16 Chap 15: Pilihan
17 Chap 16: Sebuah Perkelahian
18 Chap 17: Maksud tantangan Berandal
19 Chap 18: Keputusan
20 Chap 19: Kemenangan
21 Chap 20: Yang terjadi setelah itu
22 Chap 21: Tentang Kepindahan
23 Chap 22: Akademi Citra Jakarta
24 Chap 23: Kamar Asrama
25 Chap 24: Mencari Pengawas itu
26 Chap 25: Berkeliling
27 Chap 26: Hari pertama dimulai
28 Chap 27: Kesan pertama
29 Chap 28: Tawaran Ekskul
30 Chap 29: Klub Penelitian Sejarah Dunia
31 Chap 30: Memulai Penyelidikan
32 Chap 31: Penyelidikan bagian 2
33 Chap 32: Mahluk-mahluk Sihir
34 Chap 33: Jalan-jalan setelah Penyelidikan
35 Chap 34: Anak Kecil itu
36 Chap 35: Kisa dan Mata sihirnya
37 Chap 36: Kisa dan Sylphy
38 Chap 37: Melihat Mimpi itu lagi!
39 Chap 38: Mimpi bagian 2: Menuju rute pertama!
40 Chap 39: Demam tinggi dan Pergerakan
41 Chap 40: Menjenguk dan Permulaan
42 Chap 41: Serangan dari Haki!
43 Chap 43: Ratu Es Beku
44 Chap 44: Pengguna Sihir Suci
45 Chap 45: Artifak Sihir Tingkat Tinggi
46 Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
47 Chap 47: Dia berhasil melarikan diri
48 Chap 42: Dua Penyihir Angin
49 Chap 43: Ratu Es Beku
50 Chap 44: Pengguna Sihir Suci
51 Chap 45: Atribut Sihir Tingkat Tinggi
52 Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
53 Chap 47: Kemenangan Haki
54 Chap 48: Persiapan Operasi Penyelamatan
55 Chap 49: Kejutan dari Tooru
56 Chap 50: Electro Master Terkuat
57 Chap 51: Dimulainya Proses
58 Chap 52: Pergerakan Murid-murid
59 Chap 53: Sihir Penciptaan
60 Chap 54: Peri dari Selatan
61 Chap 55: Pertarungan para Stage 6
62 Chap 56 : Esper Scientist, Fano
63 Chap 57: Tehnik Gerak Bara Api
64 Chap 58: Kebangkitan
65 Chap 59: Neo Genesis, Heavens One
66 Chap 60: Kembalinya sang Protagonis
67 Chap 61: Tehnik Kekosongan
68 Chap 62: Disintegrasi
69 Chap 63: Dalang dibalik semuanya
70 Chap 64: Setelah pertarungan
71 Chap 65: Kisa tersadar kembali
72 Chap 66: Peringatan dari Tooru
73 Chap 67: Kembali kehidupan semula
74 Chap 68: Bertemu Celestial Kembali
75 Chap 69: Fase selanjutnya
76 Chap 70: Multiverse dalam Innersea
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog: Introduksi
2
Chap 1: Perpisahan teman
3
Chap 2: Insiden Reinhard
4
Chap 3: Yang Tak terbatas
5
Chap 4: Stage 7 terbaru
6
Chap 5: Menuju Jepang
7
Chap 6: Test Stage
8
Chap 7: Serangan Magician
9
Chap 8: Kepercayaan diri Saidhan
10
Chap 9: Shinyaku Tooru
11
Chap 10: Akhir Pertarungan
12
Chap 11: Penentuan Stage dan Jalan-jalan
13
Chap 12: Kembali Pulang
14
Chap 13: Nama Kemampuan
15
Chap 14: Undangan dari Akademi
16
Chap 15: Pilihan
17
Chap 16: Sebuah Perkelahian
18
Chap 17: Maksud tantangan Berandal
19
Chap 18: Keputusan
20
Chap 19: Kemenangan
21
Chap 20: Yang terjadi setelah itu
22
Chap 21: Tentang Kepindahan
23
Chap 22: Akademi Citra Jakarta
24
Chap 23: Kamar Asrama
25
Chap 24: Mencari Pengawas itu
26
Chap 25: Berkeliling
27
Chap 26: Hari pertama dimulai
28
Chap 27: Kesan pertama
29
Chap 28: Tawaran Ekskul
30
Chap 29: Klub Penelitian Sejarah Dunia
31
Chap 30: Memulai Penyelidikan
32
Chap 31: Penyelidikan bagian 2
33
Chap 32: Mahluk-mahluk Sihir
34
Chap 33: Jalan-jalan setelah Penyelidikan
35
Chap 34: Anak Kecil itu
36
Chap 35: Kisa dan Mata sihirnya
37
Chap 36: Kisa dan Sylphy
38
Chap 37: Melihat Mimpi itu lagi!
39
Chap 38: Mimpi bagian 2: Menuju rute pertama!
40
Chap 39: Demam tinggi dan Pergerakan
41
Chap 40: Menjenguk dan Permulaan
42
Chap 41: Serangan dari Haki!
43
Chap 43: Ratu Es Beku
44
Chap 44: Pengguna Sihir Suci
45
Chap 45: Artifak Sihir Tingkat Tinggi
46
Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
47
Chap 47: Dia berhasil melarikan diri
48
Chap 42: Dua Penyihir Angin
49
Chap 43: Ratu Es Beku
50
Chap 44: Pengguna Sihir Suci
51
Chap 45: Atribut Sihir Tingkat Tinggi
52
Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
53
Chap 47: Kemenangan Haki
54
Chap 48: Persiapan Operasi Penyelamatan
55
Chap 49: Kejutan dari Tooru
56
Chap 50: Electro Master Terkuat
57
Chap 51: Dimulainya Proses
58
Chap 52: Pergerakan Murid-murid
59
Chap 53: Sihir Penciptaan
60
Chap 54: Peri dari Selatan
61
Chap 55: Pertarungan para Stage 6
62
Chap 56 : Esper Scientist, Fano
63
Chap 57: Tehnik Gerak Bara Api
64
Chap 58: Kebangkitan
65
Chap 59: Neo Genesis, Heavens One
66
Chap 60: Kembalinya sang Protagonis
67
Chap 61: Tehnik Kekosongan
68
Chap 62: Disintegrasi
69
Chap 63: Dalang dibalik semuanya
70
Chap 64: Setelah pertarungan
71
Chap 65: Kisa tersadar kembali
72
Chap 66: Peringatan dari Tooru
73
Chap 67: Kembali kehidupan semula
74
Chap 68: Bertemu Celestial Kembali
75
Chap 69: Fase selanjutnya
76
Chap 70: Multiverse dalam Innersea

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!