Pagi hari ini… waktu menunjukkan pukul 06:10, aku saat ini sudah berada di sekolah, lebih tepatnya aku sudah ada dikelas. Bukankah ini terlalu pagi? Ya.. memang terlalu pagi! Keadaan sekolah masih sepi. Di kelas hanya ada aku dan dua orang perempuan yang rumahnya cukup jauh… jadi mereka selalu berangkat awal.
Kalian ingin tahu kenapa aku berangkat sangat awal? Walau jarak rumahku ke sekolah tak terlalu jauh, mungkin hanya akan menghabiskan 15 menit perjalanan.
Lalu kenapa? Jawabannya adalah tentu untuk menghindari gangguan dari orang-orang bodoh yang kemungkinan akan mencegat ku di gerbang masuk. Itu terjadi selama dua hari awal sejak aku kembali dari Tokyo. Dan sejak itu, aku selalu berangkat sebelum jam 6.
Jujur, ini sangat membebani diriku… yaah, kalau demi kelancaran kehidupan sehari-hari milikku aku tak keberatan melakukannya. Setidaknya sampai berita Stage 7 yang baru mereda, sampai masyarakat sudah menerimanya.
Aku menjalani hari-hari seperti biasa… naik, turun menyimak dan berbincang. Beruntung teman sekelas ku sudah tak terlalu memikirkan tentang persoalan Stage lagi. Jadi, aku sudah bisa sedikit berbincang dengan mereka semua.
Dan seperti biasa, di saat istirahat, Rei menyisihkan waktu untuk berkunjung ke kelasku. Walau aku tak memintanya, seperti saat ini… kami sedang berbincang santai di taman depan kelas, sembari memakan jajanan kami.
Namun, ini tak berlangsung begitu lama… karena tiba-tiba, sekumpulan murid dari kelas lain mendatangi kami. Jumlah mereka adalah 5 orang.
Uwaah, mereka membawa satu geng langsung.
“Siapa yang bernama Saidhan!?”
Tentu saja bukan, sekarang aku mungkin adalah incaran berbagai anggota geng-geng nakal dan ketua ekskul-ekskul olahraga. Beberapa ada yang ingin aku ikut ke circle mereka karena bisa menaikkan pamor mereka, atau hanya untuk sekedar menantang bertarung denganku.
“Ya, aku Saidhan! Ada urusan apa ya, denganku?”
Aku menjawab dengan nada lesu.
“Kau, bertarung lah denganku… sepulang sekolah!”
Tipe yang ini kah.. aku jauh lebih kesal dengan ini! Untuk mereka yang mengajak untuk bergabung dengan Ekskul itu masih mending… ini masih ada manfaatnya. Kalau mereka yang mengajak bertarung? Apakah ada manfaatnya? Tentu saja tidak ada…!
Jadi… bagaimana aku akan lolos dari situasi ini? Rei tampaknya tak ingin ikut campur sekarang.
Hah… mungkin pertama-tama akan ku tolak secara biasa!
“Tapi aku menolak!”
Rei terlihat agak kaget dengan tadi… sepertinya ia tak kaget karena aku menolak, tapi karena caraku menolak. Ya… itu tadi tak normal. Ya benar ini adalah Parody!
Orang yang paling depan di geng tersebut melangkah maju dan mendekatiku, sepertinya dia adalah pemimpin geng tersebut dan yang paling kuat di antar mereka semua. Dan yang paling penting… dia lebih tinggi dariku!
“Apa kau bilang barusan?”
Aku harus tenang! Jangan kehilangan ketenangan di saat-saat begini! Sabar, sabar…
Aku menatap wajahnya secara langsung.
“Aku menolaknya!”
Good job, Saidhan! kau bisa…
“Dia memegang dan menarik kerah ku…
“Dan, kenapa kau menolaknya!?”
Kalau dilihat-lihat, sepertinya aku tahu siapa orang ini… ah, benar sekali! Dia ini adalah sorang berandalan yang cukup terkenal di sekitar ini! Atau tak salah, orang-orang memanggilnya sebagai Bang Jul, nama aslinya adalah Zulfa.
Jadi begitu, ya… aku jadi mengerti dengan sifatnya yang agak pemaksa seperti ini. Dan juga aku terkejut ternyata dia murid sekolah ini! Yang kudengar hanyalah dia adalah salah satu pemimpin geng motor yang terkenal, dia sangat gemar berkelahi! Selain kemampuan fisiknya yang kuat, ia juga memiliki kemampuan sihir yang cukup hebat juga… dari yang kudengar dia seorang stage 4. Walaupun berulang kali mendapatkan Skorsing akibat kasus perkelahian dan semacamnya, dia masih nekat ya…
Harusnya, dia itu 1 tahun lebih tua dariku. Namun karena kasus-kasusnya yang menumpuk itu, ia mungkin tinggal kelas… Ya ampun, menyedihkan sekali.
“Ooyy! Kenapa kau diam saja? Aku sedang bertanya disini!”
Teriakan membuyarkan pikiranku, selain itu ia juga mengguncang tubuhku!
“Jangan beraninya kau mengabaikan Bang Jul, sialan!”
“Ya, habisi saja Bang!”
Tidak, anak buahnya sepertinya mulai ikut-ikutan... namun si Bang Jul ini masih menahannya.
“Tunggu sebentar!”
“Jadi apa alasanmu menolak ini!?”
“Yaa, kau tahu sendiri… aku tak suka untuk harus bertarung! Memangnya ada keuntungannya melakukan hal seperti ini?”
“Hah..!!??”
Ah, gawat! Aku sepertinya sudah sedikit memancing amarahnya… ini sedikit terbukti dengan dia semakin keras memegangi kerah seragam sekolahku ini. Tolong hentikan, nanti aku harus menyetrikanya harus dobel!
Selain itu… yang aku harus pikiran ialah cara lolos dari situasi ini. Sama seperti tadi… jadi, cara apa yang akan kulakukan.
Terus berpikir kesana dan kemari, hingga akhirnya… aku menemukan jalan keluar.
Ehm, tentu saja… aku akan melakukan cara Budi, atau cara yang biasa.
“Jadi… karena waktu istirahat sudah selesai, dan guru juga sudah datang!”
Aku mengucapkannya pelan dan menunjuk ke seorang guru yang sedang berjalan di lorong. Mereka semua serempak menoleh ke arah yang ku tunjuk.
“Ahh, benar! Jam istirahat sudah selesai… kalau begitu, aku kembali ke kelas dulu, Sai!”
Setelah melihat jam tangannya, Rei segera undur diri menuju ke kelasnya. Dan Bang Jul terpaksa melepaskan cengkraman pada kerah bajuku karena keberadaan guru. Dan tepat setelah itu Bel berbunyi…
“Kalau begitu, aku masuk dulu! Sampai jumpa!”
Memanfaatkan kesempatan, aku segera pergi memasuki kelas.
“Ahh, Syukurlah…!”
Aku sedikit menengok dan mendapati Bang Jul menatapku dengan pandangan yang tak mengenakan.
Guru yang melihat Bang Jul dan antek-anteknya segera mengusir dan menyuruh mereka untu kembali ke kelas.
“Hey, kalian! Jangan hanya diam saja, apa kalian tak mendengar bel berbunyi? Cepat kembali ke kelas masing-masing!”
Perintah guru tersebut, mereka hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah guru tersebut.
Dan guru itu, memasuki kelasku… sesi pelajaran pun dimulai. Aku menuju ke tempat duduk ku, dan menatap ke langit di luar jendela. Berharap setelah ini, mereka tak lagi mengejar ku…
Yaa, sepertinya itu tak mungkin, ya… melihat bagaiman sifat Bang Jul itu. Nampaknya ia tak akan puas sampai keinginannya terkabul. Haahhh...!
Aku hanya bisa menghela nafas.
Dan guru mulai menerangkan mata pelajaran, tanpa ada gangguan… di tengah-tengah itu, datanglah seorang murid yang sedikit menghentikan kegiatan belajar mengajar sesaat.
*Tok…tok!
“Permisi…”
“Ya, ada apa…?”
Guru menjawabnya, aku yang tadinya hanya melihat ke langit melirik ke arah murid itu.
“Saidhan… di mana, ya?”
Merasa dipanggil, aku segera bangkit dari tepat duduk, sementara itu… Kelas seketika menjadi agak gaduh karena murid tersebut membawa namaku.
“Ah, ya… ada apa?”
Aku menjawabnya...
”Saidhan, kau di panggil oleh kepala sekolah! Datanglah ke ruangannya!’
Eh!? Ehhh!!? Aku dipanggil…? Oleh kepala sekolah? Tapi, kenapa…?
Dan setelah mendengar itu, kelas menjadi semakin gaduh, murid-murid perempuan mulai membicarakan hal ini diam-diam, sedangkan laki-laki hanya menyimak saja…
Karena merasa tak nyaman dengan kegaduhan ini, guru tersebut segera berteriak untuk menghentikannya.
“Cukup!! Jangan berisik...!”
Seketika satu kelas langsung saja terdiam.
“Kalau boleh tahu, ada apa, ya?”
Ucap Guru itu melanjutkannya. Sementara murid hanya merespon dengan gelengan kepala.
“Tidak tahu… beliau hanya menyuruhku untuk memanggilnya tanpa memberitahukan apapun…!”
Guru mengangguk mendengarkan nya. Setelah itu ia menoleh ke arahku.
“Saidhan, silahkan…”
Melihat guru sudah memberikan izin, aku segera beranjak dan mengikuti murid tersebut.
“Permisi…”
Saat sudah di luar, aku baru teringat sesuatu… Ruang Kepala Sekolah dimana, ya?
“Anu, Ruang Kepala sekolah itu dimana?”
Aku coba untuk bertanya. Murid itu menengok kepadaku, dan kemudian tersenyum.
“Ikuti aku!”
Setelah mengatakan itu, dia segera berjalan pergi meninggalkan depan kelas. Tanpa basa-basi aku mengikutinya.
Kami melewati cukup banyak lorong… ya, sekolah ini memanglah sangat luas. Dah akhirnya kami sampai ke sebuah gedung dengan ukuran yang cukup luas.
Disini kah…!?
Dia segera memasuki gedung tersebut dan membawa ku ke sebuah ruangan. Pertama-tama, ia mengetok pintu seperti saat datang ke kelasku.
*Tok… tok!
“Permisi…!”
Dia membuka pintu ini dan terlihatlah ruangan kepala sekolah. Ruangan ini cukup luas… ada dua buah sofa, satu meja tamu, dan satu meja kerja. Di dalamnya terdapat kepala sekolah dan satu orang lainnya.
“Aku sudah membawanya kemari…Saidhan M. Ardiyasha!”
Kepala sekolah menoleh dan berdiri dari meja kerjanya.
“Aahh, terima kasih… Kerja bagus!”
Murid itu menunduk dan segera undur diri.
“Kalau begitu, saya permisi dulu…”
Dia segera pergi meninggalkan ruangan ini, menyisakan ku, Kepala Sekolah, dan seorang lagi.
Aku menatap kepergiannya, dan tiba-tiba sebuah suara yang taka sing masuk ke telinga ku.
“Yaa, Saidhan!”
Aku menoleh ke asal suara itu, seorang lagi yang ada ternyata adalah…
“Pak Ari!?“
“Lama tak bertemu, mungkin…!”
Dia melambaikan tangan.
“Belum lama, baru 4 hari, loh… Pak!”
Kami mengobrol ringan, hingga akhirnya Pak kepala sekolah duduk di salah satu Sofa dan mempersilahkan aku untuk duduk juga.
“Kalau begitu, silahkan duduk! Saidhan…”
Menanggapi perkataan Kepala Sekolah… aku duduk di sebelah Pak Ari dan mulai menanyakan alasan sebenarnya aku dipanggil kesini.
“Jadi, ada masalah apa, ya? Sampai-sampai memanggil saya kemari?”
Pertama-tama, ia terlihat seperti sedang menyelesaikan sesuatu. Dan setelah selesai, ia melirik ke arahku dan bertanya...
“Sekarang kau ini sudah menjadi Stage 7 bukan?”
Aku merespon dengan mengangguk dan mengatakan.
“Ehm, iya…”
“Sebenarnya, pihak kami sendiri tak ingin melepas dirimu! Namun, ini adalah ketetapan dari pemerintah! Sayang sekali, pihak kami tak bisa menolaknya…”
Kepala sekolah tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang cukup aneh.
Eh, apa yang dia bicarakan?
“Jadi..?”
“Jadi, pemerintah pusat ingin agar kau mendapatkan pendidikan yang terbaik dari yang terbaik, begitu…!”
Kali ini Pak Ari yang menjelaskan.
"Haaa… lalu?”
“Kamu mendapatkan sebuah undangan ini…!”
Kepala sekolah menyodorkan sebuah amplop. Aku menerima dan langsung membukanya, isinya adalah…
“I-ini bukannya…!?”
Surat ini… ini adalah surat undangan resmi dari ACJ! Seperti yang di dapatkan Al waktu itu!.
“Jadi, ini maksudnya apa…?”
Aku menanyakan tentang keberadaan sura ini, entah mengapa aku masih gagal faham.
“Seperti yang dikatakan Ari sebelumnya! Pemerintah ingin agar kamu mendapatkan pendidikan dan fasilitas terbaik! Oleh karena itu, ACJ mengundangmu untuk pindah dan menempuh ilmu di sana!”
Ucap Kepala sekolah menjelaskan maksud dari surat undangan tersebut.
“Jadi Saidhan… bagaimana pendapatmu? Apa kau mau pindah ke ACJ?”
Tunggu dulu! Ini tiba-tiba sekali!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments