Chap 3: Yang Tak terbatas

“Saidhan, ingatlah pesan ini! Jangan pernah lari dalam masalah yang kau hadapi, majulah! Selama itu benar. Jangan takut! Kau harus berani, Oke!?”

Itu adalah sebuah, pesan yang pernah mengisi hatiku selama bertahun-tahun lamanya. Pesan ini, ditinggalkan oleh ayahku, sejak aku kecil.

Pesan inilah, yang menjadi landasan, kenapa aku bisa terus menerus bertahan dan melawan saat sedang dalam situasi dibully.

Walaupun, pesan itu tak ada kaitannya sama sekali dengan situasi ku saat ini.

Namun, entah kenapa, pesan ini terlintas saja di dalam benak ku, aku bisa mengingat jelas kejadian, ekspresi , dan seperti apa suaranya.

Apa ini, yang dinamakan dengan kilas balik kehidupan? Tapi mengapa? Aku tidak sedang dalam keadaan sekarat saat ini!

Lalu apa ini?

Apa ini adalah kilas balik kehidupan yang di percepat? Jadi artinya aku akan tetap sekarat, namun di pending?

Tidak, tidak, tidak!

Dasar aku ini, selalu saja berpikiran negatif.

Ini hanya pertandingan persahabatan, tidak akan ada yang sekarat, tenanglah!

Oke! Tenanglah.

Tapi, tetap saja. Aku harus bisa keluar dari situasi ini.

Namun, kaki ku tak mau bergerak.

Saat ini sudah ada satu orang, berdiri di hadapanku. Dia terlihat agak narsis, sedari tadi ia terus saja melambai kearah tribun penonton.

Seakan-akan, ia adalah seorang Idol, yang akan memulai konsernya dihadapan ribuan penonton.

Jadi, seperti ini lawan yang akan Rei, tidak, aku hadapi. Kalau tak salah, namanya itu Kira.

Dia berbanding terbalik denganku, dengan santainya ia bisa tenang di situasi ini. Dilihat oleh orang ramai dari segala sisi. Apa dia tak merasa malu?

Kalau dipikir, mungkin Rei akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang ini.

Namun, bagiku saat ini sangatlah memalukan, aku menatap sekitar dan ternyata, banyak yang sedang menatapku sekarang. Dan juga, tabir energy sudah dipasang kah? Cepat sekali.

Tabir energy adalah sebuah pelindung yang biasanya memisahkan antara arena pertarungan 2 Esper atau Magician dengan tribun penonton, hal ini digunakan demi menjaga keamanan dan kenyamanan para penonton dalam menyaksikan pertandingan ini.

Sepertinya, beberapa dari mereka sudah menyadari, bahwa aku sangat berbeda dari deskripsi Rei yang mereka dengar dari rumor yang beredar.

“Hei, lihat! Apa itu benar-benar Reinhard?”

“Benar juga, dari rumor yang kudengar, dia itu cukup tinggi…”

“Dan juga, rambutnya itu memangnya berwarna putih?”

“Tidak, kudengar rambutnya hitam.”

Itu adalah, desas-desis yang mereka ucapkan. Mereka membandingkan ciri fisik ku, dengan cirri fisik Rei, yang tersebar melalui rumor. Dan semua beranggapan kalau aku tak mirip dengan Rei.

Tentu saja, itu karena aku bukanlah Reinhard Varrel Ahmad.

Aku ini Saidhan M. Ardhiyasa, dan aku ini hanyalah seorang dari Unknown class loh. Bukan Stage 5, bukan!

Jadi, sepertinya orang itu sudah selesai dengan acara melambaikan tangannya.

Dia menatapku, pandangannya dingin sekali, dia sangat menyeramkan.

“Jadi, kau itu Reinhard?”

Datang juga, akhirnya dia mengajukan pertanyaan itu.

“Bu-bukan!”

Dia terlihat memasang wajah bingung.

“Bukan? Apa maksud semua itu?”

“N-namamu Kira bukan? Aku ini-”

“Kau itu, sama sekali tak memenuhi ekspektasi ku ya… kukira kau ini akan tampak lebih kuat, namun, kenyataannya kau terlihat sangat lemah.”

Ya, itu karena aku bukan Rei.

“Oleh karena itu, aku ini bukan Rei…”

“Sudahlah, hentikan lelucon seperti itu, itu tak akan berpengaruh kepadaku!!”

Padahal ini bukan candaan loh. Aku ini bukan Rei.

Saat aku ingin kembali berkata, suaraku terhentikan oleh sebuah suara seseorang yang sangat keras, datang dari salah satu bagian tribun penonton. Aku mengalihkan pandanganku kearah asal suara tersebut.

Itu, berasal dari ruang kontrol.

Nampaknya MC dari acara ini sedang menyampaikan maklumat nya.

‘Ini adalah kesempatan’ itulah yang kupikirkan.

Aku langsung mendekat kearah tempat MC berbicara itu. Namun, lagi-lagi itu adalah hal yang sia-sia.

Walau aku terus berteriak, memanggil si MC, dia tak akan bisa mendengarkannya. Suaraku seorang tak akan bisa menang melawan satu suara yang diperkuat dengan Mikrofon dan suara ratusan orang yang berbicara bersama-sama.

Bahkan, kesalahpahaman ini semakin diperkeruh, dengan mengira bahwa aku, meminta agar pertarungan segera dimulai, tanpa basa-basi.

Ya, ampun...!! Kenapa aku sial sekali hari ini??

“Kalau begitu, marilah kita mulai tradisi SMA Dharma Wangsa!!”

Sang MC sudah menyerukan itu.

Sudah tak ada jalan lagi untuk keluar dari situasi ini lagi.

“Kalau begini, aku hanya bisa menunggu Rei datang!”

Aku bergumam kecil, Namun…

Bagaimana, aku bisa tahan dan menunggu Rei, sedangkan aku sendiri harus berhadapan dengan monster dari Stage 5 ini!!

Aku langsung berbalik, dan sudah terlihat jelas, kira maju mendekatiku.

Dia mengepalkan tangannya, dan memfokuskan energy di kepalan tangannya.

“Majulah Reinhard, Akselerasi kan lah dirimu! Tak peduli secepat apa kau, tinju ku ini pasti akan mengenai mu! Punch!!!”

Ia memukul udara dan meledakkannya, tercipta sebuah dampak dorongan yang amat kuat.

Namun, syukurlah aku masih bisa menghindarinya. Walaupun begitu aku ini memiliki intuisi dan reflek yang baik.

“Cih, meleset kah…”

Dia Nampak kecewa, padahal tadi dia bilang pasti mengenai ku...

“T-tunggu dulu Kira, ada yang perlu ku bicarakan…!

“Diamlah! Kau ini orang yang membosankan, ya!? Padahal aku sudah berharap banyak padamu!”

“A-apa maksudmu?”

Aku sedikit bertanya mengapa.

“Bukankah sudah kubilang!? Kau orang yang membosankan!!”

“Sama seperti si sampah Aldian itu…”

Apa yang dia katakan barusan? Dia membawa nama Al?

“Apanya Stage 6? Wonder Kid? Bukankah dia hanyalah sampah yang pengecut…”

“Apa yang barusan kau katakan!?”

“Hah!?”

“Tadi, apa yang kau katakana? Sampah, pengecut? Al bukanlah orang yang seperti itu! Jangan berlagak seperti kau itu mengenalnya!”

Dia hanya tampak sedikit terkejut mendengar ucapan ku.

“Jadi begitu yaa, aku lupa kau itu temannya.

Memangnya kenapa, dia sampah adalah sebuah fakta!”

“Siapapun yang berani menghina temanku, tak akan ku maafkan!”

“Akan, ku hancurkan kau…”

Dan, itulah yang ku ucapkan, gaya sekali…

“Begitu ya…? Majulah…!”

Dan sekarang, aku menyesali itu.

...----------------...

Di sebuah kantor polisi, yang ada di pusat kota. Saat ini, Reinhard sedang berada di dalam keadaan di interogasi.

Karena kejadian yang terjadi pagi tadi, Reinhard mau tak mau harus ikut ke kantor polisi.

Menjelaskan rincian, hal yang terjadi.

Mendengarkan ocehan si pemilik toko.

Mendapatkan ceramah dari kepala polisi, karena terlambat.

Dia berpikir ‘Aku terlambat, karena menolong orang loh! Setidaknya, jangan ceramah selama ini! Ini sudah 10 menit lo!!’

Ingin sekali ia berbicara seperti itu. Namun, tentu saja ia tak berani.

Yang dihadapannya adalah kepala polisi, siapa yang berani berkata itu dihadapannya.

Mungkin, hanyalah Jendral militer.

Ahh, sudahlah. Hal seperti itu tak penting sekarang, baginya hal penting saat ini adalah bagaimana, ia bisa meredakan amarah dari kawannya, Saidhan.

Ia, sudah bisa membayangkan bagaimana Saidhan akan memarahinya. Ia tak mau hal itu terjadi.

Itu membuatnya merinding.

“Baiklah, Reinhard, sekali lagi ku ucapkan terima kasih atas bantuan mu hari ini…”

Ucap kepala polisi tersebut yang sudah beranjak dari duduknya.

“Ah, iya! Kalau begitu, saya pergi dulu ya…”

“Ya silahkan!”

Dengan cepat, Rei langsung bergegas keluar bangunan ini.

‘Harus cepat-cepat! Harus cepat-cepat! Harus cepat-cepat!’

Ini adalah kata-kata yang sudah sejak tadi berputar di

pikiran Rei.

Mencari sedikit celah bangunan agar ia bisa langsung mengaktifkan Akselerasi, dan bergerak dari satu bangunan, ke bangunan lainnya.

Karena, kasus tadi pagi, termaksud kedalam kasus perampokan besar. Maka, secara terpaksa harus ke kantor pusat polisi di kota CI. Jorioh. Yang terletak di pusat kota ini, jaraknya cukup jauh dengan tempat tinggal Rei, yang ada di pinggir kota.

“Ahh, sial! Mengapa harus ke Kantor pusat sih!! Kantor cabang kan juga bisa!!”

Ia terus mengeluh dan berlari mencari celah bangunan. Karena itulah, ia menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang. Meraka bertanya-tanya, ada apakah gerangan, seorang anak SMA berlarian di pusat kota di jam sekolah ini.

“Ah ayolah!! Apa tak ada sedikit celah…?”

Setelah beberapa saat ia menemukannya.

“Ada..!”

“Baiklah, lakukan degan cepat, lurus!!”

Terus berlari dan melompati bangunan demi bangunan, hanya untuk memotong jalan, ia telah di ombang-ambing kan oleh waktu.

Terus saja menggerutu di dalam hati, menyalahkan si kepala polisi yang terlalu lama dalam menceramahi dirinya.

Ahh, sial! Hari ini adalah salah satu hari terburuknya.

Sudahlah, dari pada memikirkan hal semacam ini, lebih baik ia fokus kalau tidak ia akan jatuh...

“Aah!!... apa ini?”

Kakiku tak menapak? Dia merasakan itu.

Menatap ke bawah, tak ada sama sekali pijak kan. Ada celah yang cukup besar di sini.

Sial!!

“Ahhahhahhaa!”

Dia terjatuh, namun untung saja ada sebuah kain jemuran yang menghambat kejatuhannya. Hal ini cukup, untuk membuat benturannya saat jatuh menjadi tak terlalu sakit.

“Khekhh…”

Dan ini dia, kesialan datang beruntun. Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Rei berdiri, walaupun punggungnya sedikit sakit.

“Hai, Sai! Sekarang ini aku sedang di timpa berbagai macam masalah…! Bagai mana denganmu? Semoga kau baik-baik saja!!”

Ia berkata seperti itu dengan sedikit air mata mengalir dari matanya, meratapi nasib sialnya hari ini.

Ia juga berkhayal sedan berbicara dengan Saidhan.

Sedangkan saat ini, Saidhan sendiri, sedang berada di situasi yang tak kalah sial dari Reinhard.

Ia sedang berlindung dibalik sebuah halangan, di arena pertarungan.

Hujan pukulan datang kepadanya.

“Ayo, Kenapa-kenapa? Kemana perkataan sombong mu tadi!!”

Benar, aku disini sedang dalam kesialan berlipat karena perkataan ku sendiri. Dengan gaya, aku menantang seorang Stage 5 dalam pertarungan, gila bukan…?

Ya, ini gila sih, karena itulah aku sedang dalam keadaan di-rush oleh pukulan.

“Ayo! Keluarkan akselerasi mu..!! hibur lah diriku ini!”

Dia keras kepala.

“Di bilang, tak mungkin!!!”

Aku terus-terusan bertahan dari pukulannya yang datang silih berganti, sementara itu. Terdapat dua orang yang saat ini sedang menyaksikan pertarungan kami, dari tribun penonton, mereka ada di bagian yang cukup sepi saat ini.

Dua orang itu, bisa dibilang sebagai penilai. Yaa, penilai…

Mereka berdua, sedang mengamati perkembangan dari dua orang Stage 5 di daerah ini. Semenjak perginya Al ke Ibukota, Jakarta, para tim peneliti mencari orang-orang muda yang memiliki potensi. Tentu saja, mereka tak menargetkan Stage 7.

Karena Stage 7, masih mustahil untuk Negara kami. Jika di ukur dari kurikulum Indonesia saat ini, seorang Stage 6 di sini, perlu mendapatkan bimbingan dan pelajaran selama puluhan tahun.

Karena, itu pihak berkaitan, lebih memilih mencari orang-orang dengan potensi ke Stage 6, dan tentu saja, Reinhard dan Kira adalah salah satu prioritas mereka dalam observasi.

Dan saat ini, bisa memperhatikan dua orang ini bertarung, adalah sebuah keuntungan yang sangat besar, karena mereka bisa melihat sejauh apa perkembangan mereka berdua.

Itulah yang mereka pikirkan sebelumnya… sekarang, salah satu dari mereka mulai menyadari sedikit keanehan pada pertarungan ini.

Terlalu berat sebelah…

Harusnya, Reinhard dan kira itu setara, namun saat ini, terlihat jelas bahwa Kira lebih mendominasi, bahkan secara telak.

Begitulah yang mereka pikirkan.

“Hey, apa ini adalah pertarungan antara dua orang Stage 5?”

“Entahlah, aku juga tak tahu…”

Mereka sangat kebingungan.

“Apa Reinhard sedang tak sehat?”

“Tidak, justru apakah itu memang benar-benar Reinhard?”

“Entah..”

“Seingat ku, rambut Reinhard tak bewarna putih!? Iya bukan?”

Ia bertanya ke rekannya.

“Entah, aku lupa. Terakhir kali kita bertemu dengannya itu 3 tahun lalu bukan?”

“Ya, saat dia sedang melakukan Test Stage…”

“Mungkin, ia mengubah gaya dan warna rambutnya, itu biasa di kalangan anak muda.”

“Yaahhh, memangnya anak SMP dan SMA diperbolehkan memakai hal seperti ini?”

“Tidak tahu…”

Ini hanyalah obrolan biasa mereka dalam menanggapi keganjilan pada Rei.

Kembali lagi ke medan pertarungan, saat ini aku sedang berusaha menahan pukulan demi pukulan Kira seperti sebelumnya. Namun, pukulan Kira semakin melemah walau kecepatan serangannya masih stabil. Ada apa ini..?

“Cih, membosankan..!”

Kira sedikit melompat mundur, memberikanku sedikit ruang untuk bernafas.

‘Hufffttt!’

Aku sedikit terengah-engah saat ini. Sedangkan dia, masih dalam keadaan bugar.

“Ku akui, daya tahan mu cukup kuat! Kau bisa bertahan dalam hujan pukulan milikku.”

“Kau tahu? Aku ini adalah tipe orang yang membenci pertarungan yang tak adil! Aku benci sekali harus terlibat dalam pertarungan melawan orang orang dari Stage yang rendah…”

Ya, yang kau lawan saat ini adalah Unknown class loh.

“Kau, ini...? apa jangan-jangan kau sedang dalam keadaan tak bisa menggunakan Akselerasi?”

Ahh, dia berpikir hal seperti itu ya..

Ya, itu adalah hal yang wajar, Kira dan Rei adalah orang yang kemampuan khususnya adalah tipe yang sama.

Mereka sama-sama seorang Esper Gen Quirck, dimana kebanyakan dari mereka memiliki fase dimana kemampuan mereka akan menurun, atau bahkan tak bisa digunakan. Hal ini dikarenakan, gen-gen khusus mereka yang digunakan untuk menghasilkan kekuatan, kekurangan pasokan nutrisi dan energy. Fase ini dinamakan sebagai Fase Cooldown.

Walau begitu, biasanya Fase Cooldown hanya terjadi selama beberapa jam, dan paling lama hanya sekitar 1-2 hari.

Dan, saat ini, Kira sedang mengira kalau Rei sedang dalam Fase Cooldown.

“Ahh, itu…!”

Ucapan ku sedikit terganggu karena secara tiba-tiba. Kira mengarahkan pukulannya ke tanah, dan seketika, tanah di sekitar dalam radius 2 meter. Menjadi retak dan terdapat guncangan sedang.

“Waaaahhhh!!”

Aku sedikit berteriak karena hal ini.

“Inilah kekuatan sesungguhnya milikku!”

Retakan di tanah semakin membesar dan meluas, bahkan saat ini seisi arena sudah retak dan jikalau bukan karena Tabir Energy mungkin retakan itu sudah bisa mencapai tribun penonton.

Jadi, ini kekuatan penuh dari seorang Stage 5? Walau aku sering berkomunikasi dengan seorang di Stage yang sama, bahkan lebih tinggi. Namun tetap saja, ini sangat mengejutkannya.

Hal ini dikarenakan, Al tak terlalu sering memperlihatkan kemampuannya kepadanya, dan kemampuan Rei tidak terlalu merujuk ke kekuatan destruktif, melainkan ke kecepatan.

Sedangkan kemampuan Kira, lebih ke arah kekuatan destruktif, sangat cocok dalam sebuah pertarungan.

Jadi, apa yang harus kulakukan. Lawan? Lari? Tidak, semuanya akan sia-sia. Lebih baik menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi saat ini. Sudah, tak ada cara lain.

“Kau melihatkan? Kemampuanku!?”

“Yaa, sungguh kemampuan yang keren sekali.”

“Sedangkan kau sendiri? Betapa sialnya aku harus menghadapi mu di saat seperti ini!”

Yaa, itu seharusnya omonganku, oi!

“Sangat membosankan, membosankan sekali! Kalau begini kau tak ada bedanya dengan si sampah itu!!”

Ah, lagi-lagi dia menyebutkannya.

“Bukankah sudah kubilang…?”

Aku berkata itu dengan nada yang tinggi

“… Berhentilah memanggil Al dengan panggilan seperti itu!! Kau tak tahu sama sekali tak tahu apa-apa tentangnya!”

Aku membentaknya, walau ia sama sekali tak bergeming akan bentakan ku barusan.

“Justru kau yang tak tahu apa-apa!”

Dia menjawab dengan nada yang tinggi pula. Aku sedikit terheran-heran karenanya.

“Apa maksudmu!”

“Kemampuan kita ini anugrah! Orang-orang yang di anugrahi oleh kemampuan yang kuat sepertinya, harusnya adalah orang yang paling berkuasa. Bertarung dan bertarung, namun…”

“Aldian hanyalah seorang pengecut, hanya dengan berkedok sebagai pewaris teknik gerak yang hilang selama 100 tahun. Dia di puja-puja, di sebut sebagai Wonder Kid!? Jangan membuatku tertawa…”

“… Dia adalah seorang pecundang, yang bahkan tak berani melawan diriku! Mengabaikan tantangan ku. Sampah di antara orang-orang yang di berkahi..”

Dia mengatakan itu. Aku mulai paham akan hal ini.

“Jadi begitu ya… aku paham sekarang…”

Dia kembali menatapku.

“Jadi, kesimpulannya adalah, kau seorang pecundang!”

“Hah? Apa maksudnya itu…”

“Kau adalah seorang pecundang yang menganggap orang yang menghargai kemanusiaan sebagai sampah, hanya karena mengabaikan mu? jangan bercanda!”

“Apa..?”

“Sungguh menyedihkan… ternyata kau adalah orang yang menyedihkan!!”

“Bukankah, sudah kubilang kau ini sama sekali tak tahu apa-apa tentang Al, dan omongan mu barusan, adalah bukti seberapa menyedihkan dirimu itu…”

“Jangan, beranggapan kalau hanya orang-orang yang berkemampuan kuat sajalah, yang di anugrahi! Orang-orang yang bahkan di Unknown class sekalipun, bisa mendapatkan Anugrah nya sendiri…!”

Aku berkata seperti itu dengan berlari kearah Kira, aku agak termakan emosi. Saat jaraknya sudah sedikit dekat aku agak jongkok dan kemudian melompat.

Lompatan yang sangat tinggi.

‘Apa…?’

Meluruskan kaki dan mengarahkannya ke Kira. Menendangnya…

*Buagghh!

Tendangan ku berhasil sampai dan mengenainya.

“Uuaaggghhh!!”

Kena!!

Walaupun begitu, aku ini pernah belajar ilmu beladiri. Dan tendangan tadi adalah jurus terkuat milikku.

“Kau…!!”

“Aku akan mengalahkan mu!!”

...----------------...

Dan saat ini, berlari dan terus berlari.

Rei saat ini sudah terlihat sangat kelelahan. Ia berlari dari pusat kota ke pinggir kota, yang dimana jaraknya lebih dari 20 km. Walau ia berlari menggunakan akselerasi miliknya, tetap saja jarak 20 km adalah jarak yang sangat jauh.

Dan juga, belum lagi ia terlibat dalam aksi kejar-kejaran dengan sekelompok perampok. Tentu saja ini membuatnya sangat kelelahan.

Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa sampai ke sekolahnya saat ini.

“Haah!~ hah!~ hah!~ a-akhirnya, s-sampai juga!”

Ia terlihat sangat terengah-engah saat ini.

“Ahh!! Lelahnya!”

Ia langsung saja terduduk setelah mencapai tempat yang ia tuju.

“Biarkan aku beristirahat! Semenit saja…”

Ingin sekali ia beristirahat namun, ia teringat dengan Sai.

“Tidak, aku tak boleh beristirahat! Bahkan, semenit pun!”

Dengan tenaga yang di dorong oleh perasaan terguncang. Rei bangkit dan langsung saja menuju ke arah gerbang sekolah.

Area depan sudah cukup sepi, bahkan jika dilihat sudah tak ada orang yang berkumpul di lapangan sekolah saat ini.

“Sudah tak ada orang, di sana ya..”

Walau, begitu ia bisa mendengar suara gaduh dari alam sekolah ini, dan ia memiliki firasat buruk tentang ini.

Ia mulai mendekati gerbang sekolah, di sana terdapat seorang satpam yang sedang berjaga di depan gerbang.

Rei mendekatinya.

“Permisi…!?”

Satpam tak ada jawaban dari satpam tersebut, ia saat ini

terlihat sedang terduduk dengan topinya menutupi setengah wajah darinya, sepertinya ia tengah tertidur

‘Ahh, padahal masih pagi, sudah tidur saja, dia makan gaji buta!’

Pikir Rei seperti ini.

“Halo...!”

Satpam itu mulai bereaksi. Dia sedikit terkejut akibat Rei.

“Ah, kau…”

“Ah halo pak…”

“Ada perlu apa?”

“Apa aku boleh masuk, tadi sebelumnya aku terlambat kare-“

“Kau terlambat, ya?”

Satpam itu memotong perkataan Rei.

“Ah, iya benar! Tapi-“

“Tak ada, tapi-tapian! Terlambat ya terlambat, saya tak bisa mengijinkan kau masuk, apalagi ini adalah hari pertama di semester baru jadi tak bisa!”

“Silahkan pulang dan jangan terlambat lagi besok!!”

Rei terlihat berbalik dan pergi mengikuti perkataan

Satpam itu. Walau begitu, terlihat ia saat ini sedang memasang muka masam.

Ia sangat kesal dengan si Satpam yang bahkan tak ingin mendengarkan ucapannya sedikitpun.

“Menyebalkan! Padahal dia sendiri hanya memakan gaji buta. Bahkan, tak sedikitpun mendengarkan ucapan ku!”

Ujar Rei mengutarakan kekesalannya.

“Jadi, apa yang akan kulakukan? Pulang? Atau yang lain?”

Rei menanyakan ke dirinya sendiri. Apa yang harus di lakukan, dan tentu saja ia memikirkan apa yang akan terjadi. Dan seketika ia kembali mengingat Saidhan, dan setelah mengingat tentang dia…

“Tidak, di saat inilah saat yang tepat untuk, manjat pagar!!”

Dia berkata seperti itu dengan penuh percaya diri.

Setelah itu, ia mulai melakukannya, Manjat pagar. Dimulai dari mencari spot yan tepat, ia menemukannya di pojok sekolah.

“Tak ada yang menjaga disini!”

Setelah memastikan bahwa tak ada orang yang melihat, Rei mulai memanjat pagar sekolah. Dan setelah sudah di dalam ia menyadari, bahwa di paling pojok Pagar ada sebuah gerbang kecil.

Ia terdiam menatap pagar itu.

“Aaa!”

Sudahlah, sekarang adalah waktunya. Ia harus pergi kearah suara gaduh itu. Ia berjalan kearahnya. Dan suara gaduh itu ternyata berasal dari bangunan besar yang ada di sebelah aula.

“Ahh, perasaanku menjadi semakin tak enak!!”

Tanpa berpikir panjang ia memasukinya.

Terus dan terus, ia akhirnya melihat sebuah arena pertarungan, tidak mungkin ini adalah arena olahraga yang sedikit dimodifikasi agar bisa di pakai sebagai arena pertarungan juga.

Arena in cukup besar, terdapat Tabir Energy menyelimuti arenanya. Dan saat ia melihat ke arena. Dia melihat, Saidhan yang sedang dalam keadaan bertarung dan sudah babak belur dan kelelahan.

“Sai…?!”

Terlihat pertarungan yang sangat berat sebelah. Aku sangat kelelahan saat ini, sedangkan lawan ku, dia masih terlihat cukup bugar.

Dia terus saja melancarkan pukulan, tendangan, belum lagi kekuatan dari serangan itu sangatlah kuat dan cepat. Aku sama sekali tak berkutik di hadapannya. Ini benar-benar ada di level yang berbeda.

Ya, ini adalah hal yang pasti. Kemampuannya adalah tipe destruktif dan berpusat pada pukulan dan tendangan, mempelajari seni beladiri adalah hal yang wajar.

Berpikir bisa mengalahkannya karena aku juga pernah belajar bela diri adalah kebodohan ku.

Dan saat ini, ia kembali melancarkan pukulan yang dengan tepat mengenai perutku.

“Coughh!!”

“Dimana perkataan sombong mu tadi, hah!!!”

Dia menambahkannya dengan tendangan ke arah lengan kananku, akibatnya aku sedikit terlempar kearah kanan.

Sial sekali, entah kenapa hari ini aku sedikit termakan emosi, mendengar sahabatku di ejek, entah kenapa bisa membuatku berani menantang seorang Esper Stage 5. Dan entah kenapa, aku bisa terus-terusan berdiri dan bangkit, bahkan setelah menerima pukulan darinya yang bahkan sudah memakai sedikit kemampuannya.

“Cihh! Kenapa daya tahan tubuhmu kuat sekali?”

Dia bertanya seperti itu, namun aku tak menjawabnya. Aku sangat kelelahan.

Dan juga, sepertinya kebanyakan orang setuju dengan pendapatnya, sedari tadi aku bisa mendengar walau tak terlalu jelas. Suara keluhan dari tribun penonton, mereka selalu mengungkapkannya bahwa pertarungan ini tak sesuai ekspetasi mereka.

Ya, itu sangatlah wajar, mendengar kalau akan ada pertarungan antara dua orang Stage 5, tentu saja mereka akan berekspektasi tinggi. Aku tak bisa menyalahkan mereka.

Aku menatap kearah tribun penonton, aku bisa melihatnya, Rei dia sudah ada di bagian tribun penonton

‘Saidhan!’

Mulutnya seolah mengatakan hal itu.

“Akhirnya kau sampai juga ya!! Dasar bodoh!”

Entah kenapa aku sudah menetapkannya Rei! Aku akan melawan orang ini. Jadi kau tenang saja, tapi aku akan tetap memarahi mu nanti jadi bersiaplah!

Reinhard, ia tak bisa untuk tak terkejut, ini adalah scenario terburuk dari beberapa scenario yang dia pikirkan. Mereka salah mengira kalau temannya, Saidhan adalah dirinya.

“Khekh! Aku harus apa?”

Saat sedang mendengar suara yang seperti ia kenal sedang mengobrol. Ia mengalihkan pandangannya ke orang-orang tersebut.

Dan ternyata, mereka adalah orang yang dulu menilainya dalam Test Stage. Sekarang mereka hadir disini sebagai penilai.

“Pak Tri!? Dan Pak Ari?”

Rei memanggil mereka. Mereka menengok kearahnya.

“Eh!? Reinhard…??”

Mereka mengatakan itu secara bersamaan.

“Lama gak ketemu ya..!”

Saat Rei menyapanya, mereka berdua malah memasang wajah kebingungan.

“Eh? Kenapa?”

“Tunggu, tunggu-tunggu! Kalau Reinhard ada di sini, siapa yang ada di arena itu!?”

Dia mengatakannya, Rei akhirnya kembali teringat tetang tujuan awalnya.

“Ah! Benar juga! Pak, yang ada di situ bukanlah aku! Tapi temanku Saidhan!!”

“Ehh?”

Mereka terkejut mendengarnya.

“Lalu kenapa dia yang ada di arena saat ini?”

“Entahlah… mungkin mereka salah mengira kalau itu adalah aku!”

“Tidak, masalahnya kenapa bisa terjadi kesalahpahaman? Kenapa kau bisa datang terlambat?"

“Yaa, tadi aku sedikit terlibat dengan insiden…! Yang lebih penting lagi, ini soal temanku itu! Dia itu, Unknown Class!!”

“Apa??”

“Yang benar saja! Pantas, sedari tadi kulihat pertarungan ini terlalu berat sebelah.”

“Oleh karena itu, tolong bantu aku untuk memberitahukan hal ini kepada panitia!”

Ucap Rei memohon.

“Ya, tapi lebih baik kita ucapkan langsung saja ke tempat kepala sekolah! Prosesnya akan lebih cepat!”

“Baiklah kalau begitu…”

Mereka langsung saja bergerak. Rei melihat kearah arena.

‘Tunggu aku Sai!’

...----------------...

Di arena saat ini aku masih saja harus berhadapan dengan Kira, ia juga harus menerima segala kebisingan dan cacian yang menganggap Rei lemah.

Ini adalah pembantaian secara sepihak. Sungguh menyedihkan sekali.

“Heyy! Bukankah lebih baik kita akhiri sekarang!? Kau semakin lama, semakin menyebalkan tahu!!”

Dia mengatakan itu.

“Hah, itu juga yang ku ingin katakan, mari akhiri ini!”

Dia terlihat memasang sebuah senyuman.

“Seperti yang kau pinta!”

Dia menghentakkan kakinya ka tanah, dan seketika pijakannya berbekas dan meretakkan tanah.

Dia mengepalkan tangannya, dan seketika energy yang ia tahan sedari tadi berkumpul dan menjadi satu.

Rei yang tadinya sedang bergegas ke tempat kepala sekolah, berhenti karena merasakan ini.

“Apa? jangan jangan dia?!”

Energi yang dikumpulkan sudah menjadi satu. Di kepalan tangannya terlihat sebuah kilauan.

“Sayangnya aku ini adalah tipe orang yang mengakhiri

pertarungan dengan sangat meriah!! Jadi terima ini!”

Aku menatapnya, sebuah bahaya akan datang.

“High Punch!!”

Ia memukulkannya ke arahku, tercipta sebuah ledakan energi dan menjadi sebuah wujud serangan yang mengarah kearah ku.

Rei melihat ini menjadi panik. Tanpa pikir panjang, ia langsung saja bergerak kearah arena.

“Saii!!”

Aku tak bisa bergerak karena kelelahan, Sial, apa ini adalah akhirnya? Akhir dari kehidupanku yang membosankan ini? Sungguh cara yang tak keren!

Jadi, kilas balik kehidupan yang sebelumnya bukanlah palsu ya… akan benar-benar terjadi…

Maaf Ayah, ibu, Kakak! Aku akan pergi duluan.

Dan di sinilah, tiba-tiba aku merasakannya. Sensasi yang baru pertama kali kurasakan. Ini adalah…?

Aku melihatnya! Sebuah ruang kosong yang seperti tak ada batasnya! Nampak seseorang di sana, dia nampak buram karena bayangan menutupi hampir seluruh tubuhnya.

dia mengulurkan tangannya ke arahku, dan entah mengapa aku menjawabnya uluran tangannya.

“Perjanjian ini Tanpa Batas!”

Dia mengucapkannya, apa maksudnya itu??

“Sekaranglah waktunya! Bangkitlah! Wujudkan ketiadaan mu itu! Buatlah tanpa batas mu! Dirimu lah, si pengatur semesta!”

Semuanya melintas di pikiranku, apa ini sebuah kenangan-kenangan ini! Aku tak mengerti, apanya yang ketiadaan? Tanpa batas? Pengatur semesta? Apa maksudnya ini? Sungguh…

Apa ini, kemampuanku bangkit?

Aku kembali ke titik awal! Nothingness ini…

Aku membuka mataku… saat ini..

Serangan Kira berhenti tepat di depan wajahku.

“Apa ini…??”

Aku terkejut dan jatuh ke belakang. Serangan ini berhenti?

“A-apa yang terjadi! Bahkan aku tak bisa menghentikan serangan ini, jika sudah di lancarkan!”

Bahkan Kira itu sendiri terkejut karena ini. Bukan hanya Kira, bahkan hampir seluruh penonton terkejut melihatnya, termaksud Rei.

“Sai!?”

Bagi orang-orang, ini mungkin terlihat berhenti. Namun, bagiku serangan ini justru semakin meningkat kecepatannya. Ia terlihat seperti sedang melintasi sebuah ruang yang berbeda.

Dan seketika aku langsung teringat dengan ucapan orang itu.

Aku menatap kedua tanganku, apa ini?

Kemampuanku?

"Kekosongan dan ketidak terbatasan!!”

Episodes
1 Prolog: Introduksi
2 Chap 1: Perpisahan teman
3 Chap 2: Insiden Reinhard
4 Chap 3: Yang Tak terbatas
5 Chap 4: Stage 7 terbaru
6 Chap 5: Menuju Jepang
7 Chap 6: Test Stage
8 Chap 7: Serangan Magician
9 Chap 8: Kepercayaan diri Saidhan
10 Chap 9: Shinyaku Tooru
11 Chap 10: Akhir Pertarungan
12 Chap 11: Penentuan Stage dan Jalan-jalan
13 Chap 12: Kembali Pulang
14 Chap 13: Nama Kemampuan
15 Chap 14: Undangan dari Akademi
16 Chap 15: Pilihan
17 Chap 16: Sebuah Perkelahian
18 Chap 17: Maksud tantangan Berandal
19 Chap 18: Keputusan
20 Chap 19: Kemenangan
21 Chap 20: Yang terjadi setelah itu
22 Chap 21: Tentang Kepindahan
23 Chap 22: Akademi Citra Jakarta
24 Chap 23: Kamar Asrama
25 Chap 24: Mencari Pengawas itu
26 Chap 25: Berkeliling
27 Chap 26: Hari pertama dimulai
28 Chap 27: Kesan pertama
29 Chap 28: Tawaran Ekskul
30 Chap 29: Klub Penelitian Sejarah Dunia
31 Chap 30: Memulai Penyelidikan
32 Chap 31: Penyelidikan bagian 2
33 Chap 32: Mahluk-mahluk Sihir
34 Chap 33: Jalan-jalan setelah Penyelidikan
35 Chap 34: Anak Kecil itu
36 Chap 35: Kisa dan Mata sihirnya
37 Chap 36: Kisa dan Sylphy
38 Chap 37: Melihat Mimpi itu lagi!
39 Chap 38: Mimpi bagian 2: Menuju rute pertama!
40 Chap 39: Demam tinggi dan Pergerakan
41 Chap 40: Menjenguk dan Permulaan
42 Chap 41: Serangan dari Haki!
43 Chap 43: Ratu Es Beku
44 Chap 44: Pengguna Sihir Suci
45 Chap 45: Artifak Sihir Tingkat Tinggi
46 Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
47 Chap 47: Dia berhasil melarikan diri
48 Chap 42: Dua Penyihir Angin
49 Chap 43: Ratu Es Beku
50 Chap 44: Pengguna Sihir Suci
51 Chap 45: Atribut Sihir Tingkat Tinggi
52 Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
53 Chap 47: Kemenangan Haki
54 Chap 48: Persiapan Operasi Penyelamatan
55 Chap 49: Kejutan dari Tooru
56 Chap 50: Electro Master Terkuat
57 Chap 51: Dimulainya Proses
58 Chap 52: Pergerakan Murid-murid
59 Chap 53: Sihir Penciptaan
60 Chap 54: Peri dari Selatan
61 Chap 55: Pertarungan para Stage 6
62 Chap 56 : Esper Scientist, Fano
63 Chap 57: Tehnik Gerak Bara Api
64 Chap 58: Kebangkitan
65 Chap 59: Neo Genesis, Heavens One
66 Chap 60: Kembalinya sang Protagonis
67 Chap 61: Tehnik Kekosongan
68 Chap 62: Disintegrasi
69 Chap 63: Dalang dibalik semuanya
70 Chap 64: Setelah pertarungan
71 Chap 65: Kisa tersadar kembali
72 Chap 66: Peringatan dari Tooru
73 Chap 67: Kembali kehidupan semula
74 Chap 68: Bertemu Celestial Kembali
75 Chap 69: Fase selanjutnya
76 Chap 70: Multiverse dalam Innersea
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog: Introduksi
2
Chap 1: Perpisahan teman
3
Chap 2: Insiden Reinhard
4
Chap 3: Yang Tak terbatas
5
Chap 4: Stage 7 terbaru
6
Chap 5: Menuju Jepang
7
Chap 6: Test Stage
8
Chap 7: Serangan Magician
9
Chap 8: Kepercayaan diri Saidhan
10
Chap 9: Shinyaku Tooru
11
Chap 10: Akhir Pertarungan
12
Chap 11: Penentuan Stage dan Jalan-jalan
13
Chap 12: Kembali Pulang
14
Chap 13: Nama Kemampuan
15
Chap 14: Undangan dari Akademi
16
Chap 15: Pilihan
17
Chap 16: Sebuah Perkelahian
18
Chap 17: Maksud tantangan Berandal
19
Chap 18: Keputusan
20
Chap 19: Kemenangan
21
Chap 20: Yang terjadi setelah itu
22
Chap 21: Tentang Kepindahan
23
Chap 22: Akademi Citra Jakarta
24
Chap 23: Kamar Asrama
25
Chap 24: Mencari Pengawas itu
26
Chap 25: Berkeliling
27
Chap 26: Hari pertama dimulai
28
Chap 27: Kesan pertama
29
Chap 28: Tawaran Ekskul
30
Chap 29: Klub Penelitian Sejarah Dunia
31
Chap 30: Memulai Penyelidikan
32
Chap 31: Penyelidikan bagian 2
33
Chap 32: Mahluk-mahluk Sihir
34
Chap 33: Jalan-jalan setelah Penyelidikan
35
Chap 34: Anak Kecil itu
36
Chap 35: Kisa dan Mata sihirnya
37
Chap 36: Kisa dan Sylphy
38
Chap 37: Melihat Mimpi itu lagi!
39
Chap 38: Mimpi bagian 2: Menuju rute pertama!
40
Chap 39: Demam tinggi dan Pergerakan
41
Chap 40: Menjenguk dan Permulaan
42
Chap 41: Serangan dari Haki!
43
Chap 43: Ratu Es Beku
44
Chap 44: Pengguna Sihir Suci
45
Chap 45: Artifak Sihir Tingkat Tinggi
46
Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
47
Chap 47: Dia berhasil melarikan diri
48
Chap 42: Dua Penyihir Angin
49
Chap 43: Ratu Es Beku
50
Chap 44: Pengguna Sihir Suci
51
Chap 45: Atribut Sihir Tingkat Tinggi
52
Chap 46: Atribut Sihir Jiwa
53
Chap 47: Kemenangan Haki
54
Chap 48: Persiapan Operasi Penyelamatan
55
Chap 49: Kejutan dari Tooru
56
Chap 50: Electro Master Terkuat
57
Chap 51: Dimulainya Proses
58
Chap 52: Pergerakan Murid-murid
59
Chap 53: Sihir Penciptaan
60
Chap 54: Peri dari Selatan
61
Chap 55: Pertarungan para Stage 6
62
Chap 56 : Esper Scientist, Fano
63
Chap 57: Tehnik Gerak Bara Api
64
Chap 58: Kebangkitan
65
Chap 59: Neo Genesis, Heavens One
66
Chap 60: Kembalinya sang Protagonis
67
Chap 61: Tehnik Kekosongan
68
Chap 62: Disintegrasi
69
Chap 63: Dalang dibalik semuanya
70
Chap 64: Setelah pertarungan
71
Chap 65: Kisa tersadar kembali
72
Chap 66: Peringatan dari Tooru
73
Chap 67: Kembali kehidupan semula
74
Chap 68: Bertemu Celestial Kembali
75
Chap 69: Fase selanjutnya
76
Chap 70: Multiverse dalam Innersea

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!