YingXiong

Di tengah halaman yang tidak begitu luas, di depan sebuah gubuk kecil yang dindingnya terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari daun rumbia berdiri seorang anak kecil sedang terlihat menggaruk kepalanya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang sebuah pedang yang terbuat dari kayu. Terlihat, ia sedang tersenyum kepada boneka orang yang terbuat dari kayu dan memiliki rambut dari jerami di hadapannya itu. Bisa dilihat, senyuman begitu tulus menandakan ia adalah anak yang periang dan polos.

Gubuk itu berada di tengah hutan, tak ada rumah ataupun gubuk lain yang terlihat disana.

"Kau masih tetap bisa berdiri dengan tegak walaupun aku sudah menebasmu berkali-kali." Gumamnya pada boneka kayu itu.

"Kau selalu tersenyum padaku, tapi tak sekalipun kau mau bicara. HM!" Sambungnya, walaupun dari kata-katanya ia kecewa, tapi senyuman tetap mereka di bibirnya.

Tak lama kemudian, ia memeluk boneka kayu itu dengan perasaan senang.

Tak jauh dari tempat itu, seorang laki-laki tua sedang mengamati bocah kecil itu dengan diam. Matanya berkaca-kaca menunjukkan keprihatinannya kepada sang bocah.

Tanpa ia sadari, setetes air mata jatuh ke pipinya.

"Ah, hatiku begitu lemah. Melihat hal seperti itu saja sudah membuatku menangis." Gumamnya dengan pelan sambil terus menyaksikan tingkah sang bocah. Hingga hampir satu jam lamanya ia mengamati sang bocah kecil itu.

"YingXiong, kemari. Mari kita makan terlebih dahulu!" Panggil pria tua itu dengan melambaikan tangannya mengisyaratkan memanggil sang bocah.

"Tunggu sebentar kek!" Sahut sang bocah. Tak lama kemudian ia berlari menuju lokasi pria tua yang dipanggilnya kakek itu.

"Ayo makan, setelah itu kau bisa melanjutkan latihanmu." Sang kakek mengelus lembut kepala bocah yang bernama YingXiong itu.

Ya, namanya YingXiong tak ada marga ataupun nama depan ataupun belakang layaknya seperti orang-orang kebanyakan. Setidaknya, tidak sampai saat ini!

Umur YingXiong sendiri adalah lima tahun, tapi dari fisiknya ia terlihat seperti anak berusia tujuh atau delapan tahun.

Rambutnya berwarna hitam tapi tidak seluruhnya, karena ada sebagian kecil berwarna putih keperakan. Matanya tajam, seperti mata elang dengan alis mata kanan dan kiri menyambung. Tak hanya itu, parasnya juga tampan dengan kulit putih bersih seperti giok, ditambah lesung pipi di keduanya membuat ia semakin kelihatan sempurna.

"Kemampuan pedangmu meningkat lagi, walaupun kau berlatih sendiri, tapi kau tetap bisa menambah kemampuanmu." Ucap sang kakek sambil menyajikan nasi dan lauknya ke dalam piring YingXiong.

"Kakek benar, itu berkat bantuan ShanShan dan tentu saja kakek juga berperan besar." Balas YingXiong sambil menyantap satu persatu makanan yang dihidangkan.

ShanShan sendiri adalah boneka kayu yang ia ajak bicara sebelumnya.

Walaupun YingXiong sejak lahir berada di dalam hutan, tapi ia sudah bisa membaca, menulis dan berhitung berkat kerja keras sang kakek yang mengajarinya. Ia juga sudah banyak mengerti tentang dunia walaupun belum pernah melihatnya, setidaknya ia belum pernah melihat keramaian.

Ia juga bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan, sang kakek yang mengajarinya. Sang kakek pun memang sengaja membuat boneka kayu seperti seorang wanita agar YingXiong bisa mengerti dengan cepat.

Walaupun ia tahu, ShanShan hanyalah sebuah boneka kayu, tapi ia menganggapnya seperti temannya sendiri bahkan keluarganya.

Sungguh malang bukan? Seorang anak kecil, hanya bisa hidup di hutan dengan keadaan seadanya. Disaat anak seusianya bermain dengan anak-anak yang lain, ataupun bermain dengan orang tua mereka, YingXiong kecil hanya bisa bermain dengan boneka kayu buatan kakeknya.

Pernah sesekali YingXiong kecil menanyakan keberadaan ayah dan ibunya, tapi sang kakek hanya menjawab "Belum saatnya kau mengetahui semuanya. Berlatihlah dengan giat, saat tiba waktunya, aku akan menjelaskan identasmu!" Begitulah ucapan sang kakek setiap kali ia bertanya tentang ayah dan ibunya.

YingXiong kecil juga mengetahui bahwa pria tua yang ada dihadapannya itu bukanlah kakek kandungnya, walaupun begitu, YingXiong sudah menganggap pria tua itu sebagai kakeknya sendiri. Bagaimanapun, pria tua itulah yang merawatnya dari kecil, setidaknya itu yang ia ketahui.

Hari demi hari telah berlalu, seperti biasa YingXiong berlatih pedang setiap harinya. Selain itu, ia juga berlatih pernafasan untuk meningkatkan energinya yang disebut tenaga dalam.

Tenaga dalam sendiri adalah syarat dasar seseorang untuk dikategorikan termasuk dalam dunia kependekaran.

Pendekar adalah sebutan untuk orang yang berlatih beladiri dan ilmu pernafasan untuk meningkatkan tenaga dalamnya. Sederhananya, pendekar adalah manusia yang lebih kuat daripada manusia biasa.

Misalnya pria dewasa yang memiliki otot kekar dan tubuh yang besar, ia bisa dikalahkan oleh seorang anak kecil seperti YingXiong karena ia mempelajari ilmu tenaga dalam sementara pria dewasa itu tidak. Sederhananya, pendekar bisa mengalahkan puluhan bahkan ratusan manusia biasa seorang diri saat ia sudah memiliki kemampuan yang tinggi.

YingXiong sendiri mengetahui bahwa di dunia persilatan, pendekar juga memiliki tingkatannya.

Tingkatan itu dibedakan oleh seberapa banyak orang itu memiliki tenaga dalam.

Misalnya saja YingXiong, saat ini ia berada di tingkat pendekar yang paling bawah, yaitu pendekar kelas perunggu.

Pendekar perunggu sendiri terbagi menjadi tiga kelas, pertama yang paling bawah adalah pendekar perunggu kelas satu, seorang bisa dikatakan pendekar tingkat itu ketika ia memiliki tenaga dalam sebanyak satu sampai sepuluh lingkaran.

Sementara pendekar perunggu kelas dua, yaitu mereka yang memiliki tenaga dalam sebelas sampai empat puluh lingkaran. Selanjutnya pendekar perunggu kelas tiga, yaitu mereka yang memiliki tenaga dalam sebanyak empat puluh satu sampai seratus lingkaran.

Selanjutnya pendekar perak, mereka juga dibagi menjadi tiga kelas. Tenaga dalam yang harus mereka miliki untuk kelas satu saja lebih dari seratus lingkaran dan yang kelas tiga sedikitnya tiga ratus lingkaran.

Lalu ada pendekar emas, juga dibagi menjadi tiga kelas. Mereka yang dianggap sebagai pendekar emas setidaknya harus memiliki tenaga dalam sebanyak lima ratus lingkaran.

Diatasnya ada pendekar kaisar, pendekar agung dan yang paling tinggi adalah pendekar langit. Setidaknya itu yang para pendekar ketahui selama ini.

Kakek YingXiong sendiri hanya menjelaskan pada bagian pendekar emas, sementara untuk pendekar kaisar ke atas, pria tua itu mengatakan YingXiong pasti mengerti dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

*****

Sehari setelah YingXiong mencapai puncak pendekar perunggu kelas satu, sang kakek mengajaknya untuk berburu hewan di hutan. Sebelumnya sang kakek tidak pernah mengajak YingXiong, tapi kali ini tampaknya pria tua itu memiliki pemikirannya sendiri.

Satu jam telah berlalu, YingXiong dan kakek masih berjalan dengan santai di dalam hutan, menunggu melihat buruannya.

"YingXiong, kau tunggu disini sebentar, kakek akan mengejar ayam hutan itu." Ucap tiba-tiba sang kakek sambil menunjuk ke arah semak-semak. Memang, YingXiong merasakan keberadaan mangsa mereka itu.

"Kakek bukankah kau mengajakku kesini untuk belajar berburu? Bagaimana jika aku saja yang menangkapnya, sementara kakek menunggu disini dengan duduk manis!" Usul bocah itu dengan penuh harap.

"Tidak… Kau akan mendapatkan giliranmu sendiri nantinya." Balas sang kakek.

Sebenarnya YingXiong ingin berkata lebih jauh, tapi ucapannya itu tersangkut di tenggorokan setelah melihat sang kakek tidak ada lagi di tempat sebelumnya.

"Cepat sekali!" Gumam pelan YingXiong sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Sepuluh menit, tiga puluh menit, satu jam YingXiong menunggu, tapi tak ada terlihat batang hidung sang kakek.

"Apa yang terjadi pada kakek? Bukankah ini terlalu lama hanya untuk menangkap seekor ayam hutan." Cerca bocah kecil itu.

Lelah berdiri, YingXiong mencari pohon yang tumbang untuk didudukinya. Menurutnya lebih baik menunggu sambil duduk, bahkan kalau bisa tertidur. Lagipula, tempat itu tidak terlalu berbahaya, setidaknya tidak akan ada harimau ataupun sejenis hewan yang buas.

YingXiong merebahkan tubuhnya, sesekali bersiul. Siulannya terhenti ketika ia mendengar suara dari balik semak-semak yang tidak berada jauh darinya.

"Ngok-ngok!" Begitulah suara yang YingXiong dengar.

Ia meningkatkan kewaspadaannya, sebenarnya ia sudah bisa menebak identitas si sosok yang bersuara, tetapi ia ingin memastikannya terlebih dahulu.

Semenit kemudian, sosok itu menampakkan dirinya, seekor babi dewasa. YingXiong mengukur tubuh babi dewasa itu, ia membandingkannya dengan anak sapi. Ya, setidaknya babi hutan itu seukuran anak sapi.

"Kakek, kau mau membunuhku!" Dengus kesal YingXiong sambil mengutuk keras sang kakek.

Terpopuler

Comments

Lanjutkan

2023-11-05

0

Gian Dido

Gian Dido

Semakin menarik... Gasszzz poool thoooooooor

2021-06-28

0

heri surianto

heri surianto

ok

2021-06-27

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!