Prolog

Walaupun penasehat Mo adalah pendekar tingkat tinggi, tapi jendral Lu dan pemimpin kelompok Elang Sakti juga tidak kalah jauh. Kombinasi serangan mereka pun juga mematikan membuat serangan demi serangan mereka berniat membunuh.

Tidak hanya itu, mereka juga menekan penasehat Mo dengan sebuah aura yang dikenal dengan aura pembunuh.

Sebenarnya penasehat Mo juga memiliki aura pembunuh, tapi masih kalah dari gabungan kedua aura lawannya itu.

Aura pembunuh sendiri merupakan sebuah aura berwarna hitam yang bisa didapatkan oleh seseorang dengan membunuh baik itu membunuh manusia ataupun hewan.

Semakin banyak mereka membunuh, semakin banyak pula aura pembunuh yang akan mereka dapatkan. Semakin tebal aura pembunuh, maka semakin kuat tekanan yang dihasilkannya.

Jurus demi jurus mereka keluarkan, baik dari pihak penasehat Mo maupun lawannya.

"Pedang Perusak Raga!" Jendral Lu mengeluarkan jurusnya.

"Pedang Aura Kegelapan!" Pemimpin kelompok Elang Sakti mengeluarkan jurusnya secara bersamaan dengan jendral Lu.

Di sisi lain, penasehat Mo tidak mau kalah. Ia juga mengeluarkan jurusnya.

"Pedang Suci Menembus Semesta!"

Pedang penasehat Mo bergesekan dengan pedang jendral Lu dan pemimpin kelompok Elang Sakti membuat suara dentingan yang cukup besar.

Gerakan mereka bertiga begitu lincah dan gesit. Tapi sampai saat ini masih belum ada dari mereka yang terkena serangan.

Saat jendral Lu menyerang ke titik buta penasehat Mo, pak tua itu dengan cepat menangkisnya begitupun dengan serangan dari pemimpin kelompok Elang Sakti.

"Kau memang tangguh penasehat Mo." Ucap jendral Lu.

"Aku tidak mau mendapat pujian dari seorang pengkhianat!" Balasnya pak tua itu dengan ketus.

Mendengar itu, jendral Lu menggertakkan giginya. Dia begitu tersinggung akan ucapan pak tua itu.

"Baiklah, sekarang serangan akhir."

"Pedang Perusak Jiwa!"

"Pedang Aura Kematian!"

Di sisi lain, penasehat Mo juga tidak mau kalah.

"Pedang Suci Menembus Batas!"

Ketiga jurus pedang itu adalah jurus tertinggi dari masing-masing mereka.

Boommmmmm

Ledakan tercipta akibat benturan itu membuat kepulan debu berterbangan.

Setelah kepulan debu itu menghilang, bisa dilihat penasehat Mo terbaring lemah di tanah. Walaupun ia masih bisa mempertahankan nyawanya, tetapi tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Tampaknya ada sesuatu yang terjadi padanya saat kepulan debu berterbangan.

Sementara itu, jendral Lu dan pemimpin kelompok Elang Sakti mendapat luka yang cukup serius di bagian dada mereka. Tapi keduanya masih bisa bertahan dan duduk bersila untuk memulihkan kondisi sembari menunggu anggota kelompok Elang Sakti membawa sang buruan.

*****

"Hentikan, jangan kejar aku!" Ucap sang ratu sambil terus berlari dengan mendekap sang putra. Ia sesekali menengok ke belakang hanya untuk mendapati pengejarnya semakin dekat.

Sang ratu itu baru berhenti lagi saat ia menemui jalan buntu dan ternyata tempat itu adalah tepi jurang yang sangat dalam.

Orang-orang mengenali jurang itu dengan nama jurang kematian. Dikabarkan, tidak ada yang berhasil selamat saat jatuh ke dalam jurang tersebut, setidaknya tak ada kabar tentang keselamatan mereka.

Sang ratu ingin membalikkan badannya dan mencari jalan lain, tapi sebelum ia bisa melangkah lagi, rombongan yang mengejarnya dan sudah sampai di tempat itu.

"Kumohon jangan bunuh kami!" Pinta sang ratu dengan tangisan tak bisa lagi dibendungnya. Sebenarnya ia tidak takut mati, ia hanya takut anaknya akan ikut mati bersamanya.

Orang tua mana yang rela membunuh anaknya sendiri? Orang tua mana yang rela membawa anaknya dalam kesulitan? Tentu tak akan ada orang tua seperti itu!

"Kumohon tuan-tuan! Kalau kalian mengampuni nyawa kami, aku akan memberikan kalian uang dua bahkan tiga kali lipat daripada yang kalian terima dari 'orang Itu'." Sang ratu mendengar bahwa ada dalang dibalik pengejaran mereka ini.

"Kami tidak ingin mengambil resiko. Kami tidak bisa percaya padamu. Jika kami melepaskanmu dan anakmu, bisa saja kalian menceritakan pada raja kami berniat membunuh kalian disini. Tentu saja itu berdampak buruk pada kami. Lagipula, kami tidak memiliki kuasa untuk bernegosiasi. Kami menjalankan apa yang ketua kami perintahkan." Ucap salah satu anggota kelompok Elang Sakti.

"Kumohon tuan, aku bersumpah tidak akan mengatakannya kepada siapapun jika kalian membebaskan kami!" Sang ratu tetap bersikukuh. Ia berharap bisa membuat pengejarnya itu merasakan kasihan.

"Tidak bisa, kami akan celaka jika kami melakukannya." Orang itu memberi tanda kepada temannya yang lain. Seketika itu juga dua orang maju untuk menangkap sang ratu dan putranya.

Sang ratu perlahan-lahan mundur dari tempat sebelumnya, sampai akhirnya ia benar-benar berada di tepi jurang kematian.

Ia membalikkan badannya dan mencoba melihat ke dalam jurang itu, tapi tidak ada yang ia lihat, hanyalah sebuah warna hitam yang menandakan bahwa jurang itu begitu dalam sampai dasarnya pun tidak tampak.

Ia membalikkan badannya lagi ke arah rombongan yang mengejarnya. Ia masih mencoba memohon kepada mereka. Tapi, permintaannya itu tidak digubris. Dua orang yang diperintahkan untuk menangkapnya kini semakin dekat.

Sang ratu ketakutan, ia melangkah mundur lagi.

Hujan masih turun dengan derasnya, membuat tanah sekitar menjadi licin.

Karena takut ditangkap, sang ratu terus memundurkan langkahnya sampai akhirnya sesuatu terjadi padanya. Ia terpeleset, ternyata kakinya sudah berada satu sentimeter lagi dari jurang.

Tidak bisa menjaga keseimbangannya, akhirnya sang ratu jatuh ke jurang dengan mendekap anaknya erat-erat.

Bayangan muncul di benak sang ratu. Bayangan sang raja kerajaan wilayah itu yang tidak lain adalah suaminya. Ia mengingat bagaimana kebahagiaan mereka berdua saat bersama. Sang ratu juga berpikir bagaimana reaksi suaminya saat mengetahui kabar mereka. Pastinya sedih dan hancur bukan?! Lirihnya pelan.

Ia juga mengingat sang penasehat kerajaan, penasehat Mo yang selalu baik kepada keluarga. Selalu melindungi mereka dari bahaya. Ia tidak tahu nasib pak tua itu sekarang. Sang ratu hanya berharap pak tua itu tidak dibunuh.

Sang ratu juga mengingat wajah jendral Lu, ia begitu benci dengan wajah orang itu. Mungkin inilah yang dinamakan benci sampai mati!

"Maafkan aku suamiku. Aku tidak bisa menjaga anak kita dengan baik." Sang ratu memejamkan matanya menunggu kapan saja tubuhnya akan terbentur ke dasar jurang.

Air mata keluar, "Seandainya aku diberikan pilihan. Maka aku akan memilih untuk mati sendirian disini." Sang ratu terus mendekap putranya dengan erat sambil air mata terus mengalir dari kedua pipinya.

"Andaikan aku diberikan kehidupan selanjutnya, aku akan meminta untuk menjadi pasanganmu lagi dan aku berjanji akan menebus kesalahan ini." Pasrah, mungkin itulah yang saat ini sudah sang ratu rasakan.

Menolak? Tidak ada gunanya. Dia tidak akan bisa mengubah apapun. Benci? Ia tidak bisa membenci sang pencipta, karena itu adalah takdirnya yang sudah ditetapkan. Sedih? Tentu rasa sedih akan ada. Sedih meninggalkan sang suami, dan juga sedih membawa sang putra dalam bahaya.

Tapi itulah namanya takdir. Entah karena permintaannya pada sang pencipta dikabulkan, atau memang takdir masih memberinya kesempatan. Sebuah keajaiban terjadi!

Terpopuler

Comments

Derajat

Derajat

Mengharukan....

2023-11-05

0

heri surianto

heri surianto

terharu

2021-06-27

0

Ut

Ut

next

2021-06-22

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!