17 Tahun

YingXiong membuka kotak kayu berwarna hitam itu dengan hati-hati. Ia juga mencoba menebak-nebak apa yang ada di dalamnya. Setelah terbuka, YingXiong menemukan beberapa macam benda.

Yang pertama adalah sebuah kalung dengan bandul bulan dan bintang yang menjadi satu. Ia mengeluarkan kalung tersebut dan memakainya.

Benda yang kedua adalah sebuah cincin berwarna merah terang. Cincin itu bersinar beberapa saat sebelum kembali meredup seperti cincin biasa saja. YingXiong kemudian memakainya di jari manis tangan kirinya.

Benda yang ketiga membuat YingXiong sedikit kebingungan, sebab ia tidak begitu mengenali benda itu. Bentuknya unik, seperti kepala seekor singa. Di tengahnya terdapat sebuah batu dengan warna biru terang sebagai dasarnya dan ada sebuah corak berbentuk awan berwarna putih pada inti batu itu.

"Apa ini kek?" Tanya YingXiong untuk memastikan rasa penasarannya. Ia juga menyodorkan benda itu lebih dekat kepada sang kakek.

Kakek memandanginya dengan seksama dalam beberapa saat. Ia kemudian mengambilnya dari tangan YingXiong dan menggenggamnya.

"Ini adalah identitasmu. Itu dinamakan medali, sebuah tanda pengenal seseorang."

Sang kakek lalu menjelaskan, medali ada berbagai macam jenis tergantung apa dan siapa yang membuatnya.

Misalnya saja medali yang ada di tangan kakek, itu adalah tanda pengenal dari anggota kerajaan Baiyun, lebih tepatnya putra mahkota kerajaan tersebut.

Kakek juga menjelaskan, di dunia beladiri juga memiliki tanda pengenal menunjukkan bahwa seseorang berasal dari sebuah sekte. Masing-masing sekte memiliki ciri khas tersendiri untuk medali mereka.

"Kau akan lebih mengerti saat kau sudah mulai mengarungi dunia luar nanti." Tutup sang kakek.

Mendengar penjelasan itu, YingXiong sedikit mengerti. Sederhananya, benda itu sangat penting untuknya di masa depan. Dan tentunya ia tidak boleh melepaskannya atau paling buruk kehilangannya.

Sementara benda terakhir adalah sebuah kertas yang digulung rapi. YingXiong mengeluarkan dan membukanya, ia kemudian menemukan bahwa kertas itu adalah sebuah surat yang ditinggalkan ibunya untuknya.

......"***Anakku tersayang,......

......Saat kau membaca surat ini, itu berarti setidaknya usiamu sudah genap sepuluh tahun. Walaupun terbilang masih muda, ibu yakin kau akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan bijaksana.......

...Bersamaan dengan surat ini, ibu juga menitipkan tiga buah benda lainnya....

...Kalung yang kau lihat itu bernama Liontin Bulan Bintang, itu bukan sebuah liontin biasa, melainkan benda yang memiliki kekuatan gaib. Kau akan mengetahuinya kegunaannya saat kau sedang dalam bahaya....

...Kedua adalah Cincin Merah Delima, sama seperti liontin sebelumnya, benda itu juga merupakan benda yang memiliki kekuatan gaib. Salah satu fungsinya adalah membuat pemakainya bisa menyembunyikan kekuatannya. Ibu rasa itu akan sangat berguna untukmu, karena ibu yakin kau akan menjadi seorang pendekar yang tangguh....

...Sementara medali itu, ibu yakin tidak perlu menjelaskannya karena kakek akan memberitahu padamu....

......Selamat berjuang sayang, ibu mencintaimu.......

^^^Ibumu, Yin Huamei^^^

YingXiong terdiam setelah membaca isi surat yang ditinggalkan ibunya. Ia menunduk kepalanya karena tidak ingin dilihat sang kakek bahwa ia sedang sedih.

"Tak perlu kau menyembunyikannya dariku. Aku memahami perasaanmu saat ini. Kau bisa menangis dengan leluasa. Tuangkan semua isi hati dan emosimu." Kakek memeluk YingXiong.

Walaupun YingXiong adalah seorang laki-laki, tapi ia juga berhak untuk menangis dan meluapkan emosinya. Siapa bilang laki-laki adalah manusia yang tangguh yang tidak boleh menangis? Mereka juga memiliki hati, yang tentunya bisa tersentuh.

Siapa bilang laki-laki tidak pernah merasakan kesedihan, mereka terlihat kuat ketika dilihat orang lain. Tapi saat mereka sendiri, mereka bisa menjadi seorang anak kecil yang kehilangan mainannya.

Hari itu, pertama kalinya YingXiong menangis dalam waktu yang lama. Bahkan keesokan harinya, ia masih terlihat sedih dan lemah, kantung matanya menghitam menunjukkan bahwa ia tidak tertidur semalaman.

"YingXiong, sebaiknya kau beristirahat dan menunda latihanmu. Kau bisa memulainya kembali ketika hatimu sudah membaik." Kakek mengingatkan.

"Tidak kek, aku harus berlatih dengan giat untuk menyelesaikan harapan ibu serta membuat ibu bangga." Mata YingXiong sedikit menyala. Ia berjanji dalam hatinya akan menjadi seorang yang kuat.

*****

Semenjak ia membaca surat peninggalan ibunya, YingXiong berlatih lebih keras daripada sebelumnya. Sebenarnya latihannya sudah terbilang sangat berat, tapi ia menambah beberapa kali lipat lagi kesulitan latihannya.

Tujuh tahun telah berlalu, YingXiong sudah tumbuh menjadi seorang pemuda yang memiliki pembawaan dewasa, bijaksana dan berwibawa.

Ia juga tumbuh menjadi seorang laki-laki yang memiliki ketampanan diatas rata-rata. Tinggi badan dan tubuh yang ideal juga menjadi ciri khas tersendiri baginya.

Tidak berlebihan jika mengatakan ia adalah laki-laki yang hampir sempurna dalam segala hal.

Dengan latihan yang keras, YingXiong juga mencapai hasil yang memuaskan. Seperti pepatah bilang, 'hasil tidak akan mengkhianati proses!'.

Saat ini, ia telah menjadi pendekar emas kelas tiga yang tidak lama lagi akan menembus tingkatan selanjutnya.

Tentu saja bagi anak seusianya, itu adalah pencapaian yang luar biasa. Bahkan di dalam sekte besar yang memiliki banyak sumber daya untuk meningkatkan kekuatan, pencapaian YingXiong bisa disetarakan dengan pencapaian seorang murid jenius yang memiliki bakat beladiri tinggi.

Pencapaian kekuatannya adalah salah satu hal dari pencapaian yang ia dapatkan.

YingXiong juga menjadi pendekar yang ahli dalam permainan tongkat dan pedang. Bisa dikatakan ia sudah mencapai tingkat yang tinggi dalam permainan kedua senjata tersebut.

Dalam permainan senjata sama seperti kenaikan kekuatan, memiliki tingkatan sendiri. Orang yang pertama kali belajar menggunakan senjata disebut penguasaan dasar. Setelah mengalami peningkatan, maka ia bisa disebut mencapai penguasaan medium. Di atas medium diketahui adalah penguasaan akhir.

Setelah seorang mencapai penguasaan akhir, maka ia harus berlatih lebih keras untuk mencapai penguasaan selanjutnya, yaitu penguasaan mahir.

Itu bukanlah batas penguasaan senjata, diatasnya dikenal dengan penguasaan ahli. Sementara yang terakhir adalah penguasaan sempurna.

YingXiong bisa dikatakan sudah mencapai penguasaan mahir. Tentu saja untuk anak seusianya adalah pencapaian yang luar biasa. Bahkan mungkin murid dari sekte besar yang mempelajari senjata tongkat dan pedang sepertinya belum mencapai penguasaan mahir. YingXiong mungkin nomor satu di anak seusianya.

Pada suatu malam, kakek memanggil YingXiong untuk menemuinya. Ternyata di dalam gubuk sederhana itu, terdapat sebuah rahasia besar. Tepatnya di bawah kolong tempat tidur sang kakek. Ketika ia membalikkan, ada sebuah pintu rahasia.

Kakek mengajak YingXiong untuk masuk ke dalamnya, ternyata membawa mereka ke dalam sebuah ruang rahasia bawah tanah.

"Kakek, ini...?" YingXiong tidak bisa menyelesaikan kata-katanya, ia terlalu terkejut dan terpukau melihat ruangan tersebut.

"Ini belum seberapa, kau akan lebih terkejut saat aku menunjukkan sesuatu padamu. Ikut denganku dan jangan banyak bertanya." Kakek berjalan di depan YingXiong sementara pemuda itu mengikutinya dari belakang.

Saat tiba di sebuah ruangan, YingXiong mulai menelusuri setiap inci dengan matanya. Saat itulah ia menemukan ada sebuah peti kayu yang cukup panjang dan besar.

"Itu dia...!" Kakek berjalan mendekati peti kayu tersebut.

"Ini dia, ini adalah...."

Terpopuler

Comments

Derajat

Derajat

NEXT TOR

2023-11-05

0

heri surianto

heri surianto

keren

2021-06-27

0

Ut

Ut

next trs

2021-06-23

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 54 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!