Gairah Sang Tuan Muda

Alice tentu saja tidak terima dengan apa yang telah Rey lakukan. Lalu dengan semangat empat lima Alice pun mencubit kaki Rey.

Alice sengaja mengincar area sekitar betis karena Alice tahu disana lah terdapat banyak daging.

“Aow!” teriak Rey saat Alice mencubit nya. Rey pun auto melihat ke bawah kembali.

Belum sempat dia memarahi Alice, Alice kembali membuat nya jengkel karena Alice di bawah sana sudah menunggu Ray untuk melihat nya.

Rey melihat Alice tersenyum puas sambil memperagakan capit seekor kepiting dengan tangannya.

"Awas kau nanti!!!" Ucap Rey melalui sorot mata nya.

"Siapa takut?" balas Alice yang juga melalui sorot mata nya.

“Reyfal!” Panggil Arthur yang benar-benar merasa cucu nya yang satu sudah mengabaikan kedatangannya.

Rey auto menoleh pada Arthur yang wajah nya saat ini sudah terlihat sangat kesal pada Rey.

Arthur menajamkan mata nya melihat ke arah Rey dan berkata...

“Aku tahu kau marah pada ku! Tapi apa hanya karena itu semua tata krama mu sebagai seorang Arthur hilang!” Bentak nya, membuat Rey dan Alice sama – sama terdiam.

Alice yang tadi nya berniat untuk mencubit kaki Rey lagi pun ikut-ikutan mematung.

“Sudah sepuluh menit aku berdiri disini, tapi kau sibuk dengan hidung mu lah! NYamuk di kaki mu lah! Kau benar-benar tidak menghargai aku!” Berang nya, dengan suara yang menggelegar.

Rey hanya bisa menelan saliva nya saat Rey melihat sekilas pada kakek nya.

Sebenarnya hati nya ingin mengucapkan kata maaf, tapi entah mengapa mulut nya seolah-olah terkunci sehingga kata maaf itu tersangkut di tenggorokan nya.

Arthur menghela nafas dalam-dalam sambil geleng-geleng kepala melihat perubahan pada diri cucu yang paling ia sayangi nya itu.

Arthur kecewa karena ternyata daftar pengumuman ahli waris keluarga Arthur itu sungguh berdampak besar pada diri Reyfaldi.

“Aku sungguh kecewa pada mu Rey! Aku tidak menyangka kau sama seperti sepupu-sepupu mu yang lain, yang isi pikirannya hanya warisan dan warisan saja! Aku pikir kau berbeda.” Seru nya sembari mengetukan tongkat nya dengan keras ke lantai.

Perasaan kecewa terlihat jelas di wajah tua nya.

Arthur pun langsung berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Rey yang masih tidak mengatakan apapun itu.

“Lihat Suryo, bahkan menghentikan ku saja dia tidak.” Celetuk Arthur pelan dengan nada yang terdengar sangat sedih.

“Tapi kau tetap harus mengabari nya tuan bahwa ibu nya mempercepat pernikahannya dengan Lusy. Kalau kau tidak segera mengabari tuan Rey maka kau akan sangat menyesal melihat wanita itu menguasai cucu kesayangan mu suatu hari kelak.” Suryo, sang asisten mencoba mengingatkan Arthur.

Arthur menarik nafas dan menghelakan nya pelan. “ baiklah.” Ucap nya kemudian berhenti dan berbalik.

“Kedatangan ku hari ini hanya untuk mengatakan pada mu kalau ibu mu mempercepat tanggal pernikahan mu dengan Lusy. Aku harap kau memikirkan matang-matang mengenai pernikahan mu dengan wanita yang bernama Lusy itu.” Ujar Arthur kemudian pergi meninggalkan ruangan Rey.

Rey kembali tidak mengatakan apapun.Dia hanya diam sehingga memperdalam kesan bahwa Rey membenci kakek nya.

“Tuan Rey.. “ seru Lexi sambil menunjuk-nunjuk pada tuan Robert dan Suryo yang melangkah keluar ruangan Rey. “ kau tidak akan mengejar bos besar, tuan?” tanya Lexi, cemas.

Lexi takut kalau kejadian ini akan membuat jurang pemisah antara tuan Rey dan tuan Arthur semakin dalam.

Tapi Rey sama sekali tidak bergerak dari tempat nya berdiri. Terlihat sekali dia memang tidak berniat untuk mengejar kakek nya menjelaskan apa yang terjadi tadi.

"Tuaaan...." rengek Lexi.

"Kalau dia mau pergi ya sudah pergi saja. Toh selama ini dia memang selalu berbuat apa yang diinginkannya. Aku kejar atau pun tidak, tidak akan merubah apapun juga." Tegas Rey, dengan rahang yang mengeras seakan-akan menahan sebuah rasa di dalam hati nya

"Tapi tuan..." Lexi yang masih ingin membujuk Rey terpaksa memilih diam saat Rey mengangkat tangannya, pertanda kalau dia tidak ingin mendengar apapun lagi.

Rey pun memutuskan untuk kembali duduk dan menarik tangan Alice untuk keluar dari bawah meja. “Lekas keluar lah..” sebut Rey dengan suara datar.