NovelToon NovelToon
Magang Di Hati Bos Muda

Magang Di Hati Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Keluarga / Teen School/College / CEO / Romansa
Popularitas:10
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Satu kesalahan di lantai lima puluh memaksa Kirana menyerahkan kebebasannya. Demi menyelamatkan pekerjaan ayahnya, gadis berseragam putih-abu-abu itu harus tunduk pada perintah Arkan, sang pemimpin perusahaan yang sangat angkuh.
​"Mulai malam ini, kamu adalah milik saya," bisik Arkan dengan nada yang dingin.
​Terjebak dalam kontrak pelayan pribadi, Kirana perlahan menemukan rahasia gelap tentang utang nyawa yang mengikat keluarga mereka. Di balik kemewahan menara tinggi, sebuah permainan takdir yang berbahaya baru saja dimulai. Antara benci yang mendalam dan getaran yang tak terduga, Kirana harus memilih antara harga diri atau mengikuti kata hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Jebakan yang Terencana

Belati tajam yang menempel di leher Kirana seketika terjatuh ke atas rumput saat sebuah peluru menembus bahu pria bertopeng itu dengan sangat akurat. Kirana merangkak menjauh dengan tubuh yang bergetar hebat, sementara darah segar mulai membasahi dedaunan hijau di bawah sinar lampu taman yang berkedip-kedip. Arkananta melompat dari balkon lantai dua dengan gerakan yang sangat tangkas dan segera memeluk Kirana dengan erat seolah tidak ingin melepaskannya lagi.

"Kamu aman sekarang, jangan melihat ke arah sana jika kamu tidak ingin dihantui mimpi buruk," bisik Arkananta sambil menekan kepala Kirana ke dada bidangnya.

Kirana justru memberontak pelan, matanya tertuju pada pria paruh baya yang baru saja turun dari mobil polisi tanpa tanda-tanda ketakutan sedikit pun. Pria itu berjalan dengan tenang melewati kekacauan, memegang sebuah map kulit yang sangat identik dengan dokumen yang dibakar Arkananta sebelumnya. Senyum di wajah pria itu tampak sangat tulus namun menyimpan kedinginan yang sanggup membekukan sumsum tulang siapa pun.

"Selamat malam, keponakanku yang sangat cerdas namun terlalu ceroboh dalam menjaga aset keluarga," sapa pria itu dengan nada suara yang sangat halus.

Arkananta melepaskan pelukannya dan berdiri tegak, menyembunyikan Kirana sepenuhnya di balik punggungnya yang sangat kokoh dan lebar. Tatapan matanya berubah menjadi sangat gelap seolah seluruh amarah dunia sedang berkumpul di dalam sana untuk meledak seketika. Ia mengepalkan tangannya hingga kuku-kukunya memutih pasi, menunjukkan betapa besarnya kebencian yang ia simpan untuk pria di depannya.

"Paman Baskoro, saya tidak menyangka Anda akan menggunakan cara sekotor ini untuk kembali ke dalam perusahaan," desis Arkananta dengan rahang yang sangat kaku.

Kirana tersentak hebat mendengar nama ayahnya disebut dengan sapaan paman oleh bos muda yang selama ini menindasnya secara sepihak. Ia merasa kepalanya seolah dihantam oleh palu godam yang sangat besar hingga seluruh dunianya terasa berputar-putar tidak beraturan. Nama ayahnya adalah Baskoro, namun pria di depannya ini memiliki wajah yang sangat berbeda meski namanya sama persis.

"Ayah saya sedang koma di rumah sakit, siapa sebenarnya pria ini, Tuan?" tanya Kirana dengan suara yang sangat parau dan penuh keraguan.

Pria yang dipanggil Paman Baskoro itu tertawa kecil, suara tawa yang terdengar sangat menyeramkan di tengah sunyinya malam yang dipenuhi asap ledakan. Ia membuka map kulit tersebut dan mengeluarkan sebuah foto lama yang memperlihatkan dua bayi kembar yang sedang digendong oleh seorang wanita cantik. Kirana menatap foto itu dengan mata yang membelalak sempurna seolah baru saja melihat hantu dari masa lalu yang sangat kelam.

"Ayahmu adalah kembaran saya yang malang, dia hanyalah sebuah alat yang saya gunakan untuk memantau Arkananta selama belasan tahun ini," jelas pria itu tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Kirana merasa jantungnya seolah berhenti berdetak saat menyadari bahwa seluruh hidupnya selama ini hanyalah sebuah panggung sandiwara yang sudah disusun dengan sangat rapi. Ayahnya yang ia cintai ternyata adalah bagian dari rencana besar untuk menjatuhkan keluarga Dirgantara dari dalam secara perlahan. Arkananta tidak terkejut, ia justru menarik sebuah tuas kecil yang tersembunyi di balik pagar taman dengan gerakan yang sangat cepat.

"Anda pikir saya tidak tahu bahwa Anda adalah dalang di balik kecelakaan orang tua saya sepuluh tahun yang lalu?" tanya Arkananta sambil menatap sekeliling dengan waspada.

Suara sirine mobil polisi yang asli mulai terdengar meraung-raung dari arah jalan raya, mendekat ke arah rumah mewah yang kini sudah hancur sebagian tersebut. Pria yang mengaku sebagai paman Arkananta itu segera memerintahkan anak buahnya untuk mundur dan masuk kembali ke dalam mobilnya yang sangat gelap. Ia melemparkan sebuah amplop kecil ke arah Kirana sebelum mobil itu melesat pergi meninggalkan kepulan asap yang sangat tebal.

"Buka amplop itu jika kamu ingin tahu alasan kenapa ibumu harus mati demi menyelamatkan anak haram ini, Kirana!" teriak pria itu dari balik jendela mobil yang tertutup.

Kirana segera mengambil amplop tersebut dengan tangan yang masih bersimbah darah akibat luka-luka kecil saat ia merangkak di taman tadi. Arkananta mencoba merebut amplop itu, namun Kirana justru menjauhkannya dengan tatapan yang sangat tajam dan penuh dengan rasa ketidakpercayaan yang mendalam. Ia merasa tidak ada lagi orang yang bisa ia percayai di dunia ini, termasuk pria yang baru saja menyelamatkan nyawanya.

"Jangan buka amplop itu sekarang, Kirana, itu hanya berisi racun yang akan menghancurkan pikiranmu lebih dalam lagi," cegah Arkananta dengan nada yang sangat memohon.

Kirana menggelengkan kepalanya perlahan, air mata kembali luruh membasahi pipinya yang sudah sangat kotor karena debu dan jelaga hitam sisa ledakan. Ia merobek ujung amplop itu dengan gerakan yang sangat cepat seolah sedang memutuskan rantai yang membelenggu hidupnya selama ini. Di dalamnya terdapat sebuah surat wasiat yang ditulis dengan tulisan tangan ibunya yang sangat halus dan sangat ia kenali.

Isi surat itu menjelaskan bahwa Kirana sebenarnya bukan anak kandung dari pria yang selama ini ia panggil ayah di rumah sederhananya. Ia adalah anak kandung dari pemilik perusahaan Dirgantara yang sah, yang berarti ia adalah adik tiri dari Arkananta yang sangat ia benci tersebut. Kirana terjatuh lemas di atas rumput taman, merasa bahwa takdir sedang menertawakan kemalangan hidupnya dengan sangat keras.

"Jadi, selama ini Anda tahu bahwa saya adalah adik Anda, tapi Anda tetap memaksa saya menjadi pelayan di rumah ini?" tanya Kirana dengan sapaan yang nyaris tidak terdengar oleh telinga manusia.

Arkananta terdiam membisu, ia tidak mampu menatap mata Kirana yang penuh dengan luka pengkhianatan yang sangat dalam dan sangat menyakitkan itu. Ia hanya bisa berdiri mematung di tengah kerumunan polisi yang mulai masuk dan mengamankan lokasi kejadian yang sangat berantakan tersebut. Keheningan yang tercipta di antara mereka terasa jauh lebih mematikan daripada ledakan bom yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Tiba-tiba, seorang petugas medis berlari menghampiri mereka dengan napas yang terengah-engah dan wajah yang sangat panik seolah membawa berita duka. Ia memegang sebuah alat komunikasi dan mengatakan bahwa pasien di ruang perawatan intensif baru saja menghilang secara misterius dari rumah sakit. Arkananta dan Kirana saling berpandangan, menyadari bahwa permainan jebakan ini baru saja memasuki babak yang jauh lebih berbahaya dari sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!