Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.
dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.
bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebetulan Yang Mencengangkan
Namun apa yang tidak di ketahui oleh kakek tua ini, dia saat ini juga sedang di awasi oleh Wira dari kejauhan.
Kakek tua tersebut tidak akan pernah menyangka, dirinya yang sedang mengawasi seseorang ternyata dia juga sedang di awasi oleh Wira.
Wira terlihat memandangi Kinanti dan kakek tua tersebut secara bergantian, "makhluk halus?" Tanya Wira dalam hatinya.
"Benar Tuan, makhluk halus itu adalah penunggu Gunung Lawu ini, ternyata di Gunung Lawu ini terdapat semacam kerajaan Ghaib." Jawab Owo.
"Hmm, jadi begitu lalu untuk apa dia menyesatkan wanita itu?" Tanya Wira lagi.
"Entahlah Tuan, namun menurut asumsiku ada 2 kemungkinan pertama wanita itu mungkin saja bertutur kata kasar, membuang sampah atau melakukan tindakan yang mengganggu makhluk halus yang menghuni Gunung Lawu ini..." Ucap Owo.
Wira terlihat menyimak dengan serius.
"Dan kemungkinan kedua, mungkin saja makhluk halus itu adalah tipikal makhluk halus yang jail dan suka menyesatkan para pendaki." Ucap Owo.
Wira menganggukan kepalanya dengan tenang, " apa yang kamu katakan mungkin benar Owo, aku harus menyelamatkan wanita itu terlepas dari kemungkinan manapun, bagaimana pun juga dia hanyalah manusia biasa akan sangat beresiko apabila dia terlalu lama di alam ghaib." Ucap Wira.
"Benar Tuan."
"Hmm... lalu aku harus bagaimana? Apa aku harus kesana dan terang terangan menolongnya?" Tanya Wira kepada Owo.
"Lebih baik anda menggunakan Ajian maleh rupo saja Tuan, anda menyamar menjadi pendaki lain dan menuntun wanita itu untuk keluar dari sini, tidak mungkin juga anda terang terangan menolong wanita itu dengan rupa anda yang seperti ini, karena pasti wanita itu akan takut dan mengira anda adalah hantu sebab tampilan anda cukup.... emm.. menyeramkan!" Jawab Owo.
"Eh? Benarkah?" Wira kemudian mengambil ponselnya dan mengaca, benar saja dia melihat tampang wajahnya yang mirip sekali dengan begal di padukan dengan rambut gondrongnya yang tidak tertata membuat kesannya semakin menyeramkan.
Wira menarik nafas dalam dalam kemudian berucap, "ya namanya penampilan sudah bawaan dari lahir seperti ini." Ucapnya kemudian dia merapalkan mantra Ajian maleh rupo.
Sebuah Ajian yang mampu merubah diri Wira menjadi orang lain.
Tampak kini penampilan wira menjadi seorang wanita cantik, lengkap dengan topi, tas besar dan semua berbagai macam peralatan mendaki lainnya.
Wira kembali mengaca dia melihat wajahnya memastikan tidak ada yang salah, kemudian dia langsung berjalan mendekati wanita itu.
***
Kinanti terduduk lemas melihat langit yang sangat aneh di atasnya, kini Kinanti menyadari satu hal yaitu dia bukan berada di alam manusia melainkan dia berada di alam ghaib.
Sebagai seseorang yang sangat suka membaca novel haror mustahil Kinanti tidak menyadari keanehan ini. Dia pasti di culik oleh penunggu Gunung Lawu.
Kinanti termenung mencoba berfikir kesalahan apa yang dia lakukan sehingga dia sesatkan seperti ini, namun seberapa keras Kinanti berpikir dia masih belum bisa menemukan di mana letak kesalahannya.
Kinanti merasa dia selalu sopan dan tidak pernah bertutur kata kasar selama mendaki hingga menuruni gunung.
"H--hai!" Suara sapaan dari seseorang wanita mengagetkan Kinanti dan juga seorang kakek tua yang mengawasi dari kejauhan.
"A-- apa? Sejak kapan? Sejak kapan wanita itu berada di sana? Mengapa aku tidak bisa merasakan kehadirannya dan mengapa aku tidak melihat kehadirannya saat mendekati wanita itu?" Tanya kakek itu dalam benaknya dengan ekspresi kaget bukan main.
Kakek itu langsung memandangi wanita itu yang tidak lain adalah Wira, dia mencoba untuk menerawang siapa wanita itu dan mencoba melihat apakah wanita ini memiliki kesaktian atau tidak.
Namun seberapa keras kakek tua itu mencobanya dia sama sekali tidak mendapati bahwa wanita ini memiliki kekuatan, wanita itu benar benar terlihat seperti manusia biasa.
Kinanti menatap sumber sapaan itu dengan ekspresi terkejut bercampur dengan terharu.
Mulutnya terbuka lebar, sembari menatap wanita itu dari atas sampai bawah mencoba memastikan apakah wanita ini manusia atau lelembut.
Namun begitu manik mata Kinanti melihat kaki wanita itu menapak tanah Kinanti langsung yakin wanita ini adalah manusia.
Sontak Kinanti langsung memeluknya dan menangis, "hiks... huhu!! Tolong aku kak, aku tersesat di sini ngga tahu jalan pulangnya." Ucap Kinanti dengan suara bergetar.
Wira kaget bukan kepalang ketika dirinya langsung di peluk seperti ini, dia berusaha menenangkan Kinanti dengan mengelus pucuk kepalanya, "cup! Cup! Cup! Udah tenang dek, ada mas eh ada kaka di sini, tenang aja kaka bakalan nganterin kamu pulang kembali." Ucap Wira.
Kinanti melepaskan pelukannya, kemudian dia berucap, "Hiks... hiks... aku takut banget kak, aku takut di makan setan setan yang jadi penunggu Gunung Lawu." Ucapnya sembari mengusap umbel dan air mata yang mengalir membasahi wajahnya.
Tampak Wira menahan tawa melihat wajah konyol dari Kinanti yang di penuhi dengan air mata dan umbul.
"His... kakak malah ketawa, aku ini beneran takut tau." Ucap Kinanti dengan ekspresi jengkel.
"Iya.. iya maaf, kalau begitu ayo turun kebawah kaka anterin kamu ketemu sama rombonganmu." Ucap Wira.
Kinanti menganggukan kepalanya, mereka kemudian berjalan beriringan menuruni gunung ini.
Kakek tua itu terlihat memincingkan matanya menatap Wira dengan ekspresi curiga, "sialan! Ternyata ada manusia sakti yang berani menginjakkan kaki di Gunung ini! Aku harus memberikannya pelajaran!"
Kakek tua itu menghentakan kakinya ke tanah dan melesat dengan cepat hendak menyerang Wira yang berjalan di samping Kinanti.
Namun siapa sangka sebuah tangan tangan hitam terlihat keluar dari tanah dan langsung memegangi tubuh kakek tua itu, membuatnya tidak bisa bergerak dan hanya bisa memandangi Wira yang menjauh.
"Sialan! Tangan tangan ini! Ini Ajian tangan bayangan milik Wira Gendeng! Bagaimana mungkin wanita itu bisa menguasainya? Aku harus melaporkan hal ini kepada Raja Paku Alam!" Ucap kakek tua itu dengan wajah penuh keterkejutan.
Setelah Wira dan Kinanti menghilang dari pandangan mata, tangan tangan hitam itu langsung menghilang.
Seketika itu juga kakek tua itu langsung melesat pergi menuju ke kerajaan ghaibnya.
Kembali ke Wira dan Kinanti.
Tampak Kinanti menatap melongo pemandangan di sekitarnya, dia benar benar terkejut pemandangan di sini sedikit berbeda dari pemandangan yang sebelumnya ia lewati.
Di sini terdengar jelas ada suara kicauan burung, kupu kupu beterbangan dan bahkan ada belalang yang melompat kesana kemari.
Berbeda dengan tempat sebelumnya yang tidak ada suara sama sekali, hening seperti di tengah lautan.
Mau tidak mau Kinanti menatap Wira dengan ekspresi tidak percaya, "k.. kaka kok bi--"
Sebelum Kinanti menyelesaikan kalimatnya Wira menyela, "tentu saja bisa, aku memiliki sedikit kemampuan aku bisa tahu ada salah satu pendaki yang tersesat.. lain kali kamu hati hati kalau naik gunung dek, di Gunung, pasar, hutan itu banyak Jin Jin yang menancapkan bendera kerajaan termasuk di Gunung ini.
Oleh karena itu kamu kalau naik gunung harus hati hati jaga tutur katamu dan jangan membuang sampah sembarang..." Ucap Wira dengan tenang.
Kinanti menganggukan kepalanya, Kinanti sendiri begitu takjub dengan wanita di sampingnya ini, siapa sangka selain cantik wanita ini juga menguasai kemampuan mistis.
"Huh! Untung saja ada kaka! Kalau ngga ada ngga tahu nasibku bakalan gimana, emm... btw nama kaka siapa?" Tanya Kinanti sembari menatap wajah Wira.
"Hmm.." Wira termenung sebentar mencoba memikirkan nama yang pantas untuk seorang wanita cantik, "Puan.." Jawab Wira.
"Hah?!" Sontak Kinanti tercengang.
"Ya, Puan Maheswari! Kalau namamu siapa dek?" Tanya Balik wira.
"Kinanti salam kenal! Kak Puan." Ucap Kinanti sembari mengulurkan tangannya ke arah Puan ah maksudnya Wira.
"Hah?!" Kali ini Wira yang kaget bukan kepalang, dia langsung menatap wajah Kinanti dengan tatapan tidak percaya dan mulut yang terbuka lebar.