Jodoh dicari ✖️
Jodoh dijebak ✔️
Demi membatalkan perjodohan yang diatur Ayahnya, Ivy menjebak laki-laki di sebuah club malam untuk tidur dengannya. Apapun caranya, meski bagi orang lain di luar nalar, tetap ia lakukan karena tak ingin seperti kakaknya, yang menjadi korban perjodohan dan sekarang mengalami KDRT.
Saat acara penentuan tanggal pernikahan, dia letakkan testpack garis dua di atas meja yang langsung membuat semua orang syok. ivy berhasil membatalkan pernikahan tersebut sekaligus membuat Ayahnya malu. Namun rencana yang ia fikir berhasil tersebut, ternyata tak seratus persen berhasil, ia dipaksa menikah dengan ayah janin dalam kandungan yang ternyata anak konglomerat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
PLAKK
Sepeninggal Agung, sebuah tamparan keras langsung dihadiahkan Yusuf pada putra keduanya, Yasa. Sani yang melihat itu, sampai terjingkat kaget dan reflek memejamkan mata saking kerasnya suara yang ditimbulkan dari tamparan tersebut. Selama hidup, ini pertama kalinya Yusuf menampar Yasa.
Yasa hanya bisa menunduk, tak berani menatap wajah Papanya yang merah padam karena emosi itu. Selain malu, juga ada rasa takut, itu sangat manusiawi saat seseorang melakukan kesalahan.
"Papa memang membelamu tadi, tapi bukan berarti, Papa memaklumi perbuatan kamu, apalagi membenarkan," dengan nafas naik turun, Yusuf menunjuk wajah Yasa.
"Mama masih seperti tak percaya, Yasa, bagaimana hal itu bisa sampai terjadi?" Sani mendekati putranya, sambil memegangi kedua lengannya, menatap matanya.
"Dia mabok!" teriak Yusuf, mendorong kepala Yasa saking geramnya.
"Astaghfirullah," Sani sampai mengusap dada sambil geleng-geleng. "Rasanya sudah sampai berbusa mulut Mama mengingatkan kamu untuk menjauhi minuman keras. Minuman keras itu gerbang Yasa," menguncang kedua bahu Yasa. "Gerbang menuju perbuatan maksiat lainnya." Ia yang tak tahu lagi harus berbuat apa, hanya bisa menangis sambil memukuli pelan lengan Yasa.
"Maafin Yasa, Mah." Yasa menekuk lutut, menjatuhkan ke lantai, berlutut di kaki Mamanya. "Maafin Yasa," air matanya menetes.
Dug
Bukannya kasihan, Yusuf malah menendang Yasa, meski tidak terlalu kuat, masih ada rasa kasihan di hatinya sekecewa apapun itu. "Gak usah nangis-nangis!" bentaknya. "Cari uang saja belum bisa, udah berani mengunakan uang orang tua untuk membeli barang haram. Dan sekarang saat kena masalah, orang tua lagi yang direpotkan. Papa tahu Yasa, godaan terberat laki-laki itu, adalah perempuan, tapi apa gak bisa, kamu menahan syahwat kamu hah! Pakai sok-sok an mabuk, bikin masalah."
Dug
Ia kembali menendang Yasa, kali ini lumayan kuat, sampai hampir ambruk putranya itu.
"Berapa lama kamu kenal Ivy?" tanya Sani.
"Malam itu...pertama kalinya kami bertemu, Mah."
"Allahuakbar!" Yusuf sampai mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. "Baru ketemu semalam, kalian sudah bikin anak!" menunduk, berteriak di depan wajah Yasa. Sebelumnya, tak pernah ia semarah ini.
"Itulah Yasa, kenapa Mama berkali-kali bilang jauhi minuman keras," ujar Isani. "Karena Mama tahu, saat sudah mabuk, otak jadi tidak waras, dan kemungkinan untuk melakukan kemaksiatan lainnya, semakin besar."
"Tapi, Yasa bersumpah Mah, malam itu Yasa tidak minum alkohol."
Yusuf langsung tertawa ngakak, mengacak-acak rambutnya frustasi. "Gak minum tapi mabuk, logikanya gimana? Kamu fikir Papa bodoh hah, tak bisa membedakan orang waras dan mabuk. Jelas-jelas di CCTV tadi, kamu mabuk, kamu jalan sempoyongan, bahkan sampai hampir terjatuh."
"Ivy yang diam-diam, memberiku alkohol."
"Astaghfirullah," Sani menghela nafas panjang.
"Dasar, anak sama bapak sama saja!" maki Yusuf.
Brakk
Ia menendang kaki meja, melampiaskan kekesalan, daripada di lampiaskan ke Yasa, bisa babak belur anaknya itu nanti. Sebagai orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis, ia tahu trik-trik kotor orang-orang di dalamnya.
"Kamu bertemu Ivy dimana, bagaimana dia bisa ngasih kamu alkohol?" cecar Sani.
"Kami... kami... " Yasa takut mengaku jika malam itu, di pergi ke club tanpa izin Mamanya.
"Dimana?" bentak Yusuf, mana bisa ia sabar menunggu jawaban yang berbelit-belit.
"Di club," sahut Yasa pelan sambil menunduk.
"Innalillahi," Sani mengusap dada, nafasnya serasa makin sesak. Energinya serasa sudah tak ada lagi untuk marah atau sekedar bicara.
"Maafin Yasa, Mah, Pah."
"Kamu pasti gak izin Mama saat kesana?" tebak Yusuf, tahu jika istrinya tidak akan mungkin memberi izin. "Papa kira kamu lain dari Abangmu, nyatanya sama saja." Dulu ia sering memarahi Nuh yang ketahuan pergi ke clubbing.
"Mama benar-benar tak habis fikir dengan kamu, Yasa." Sani menarik kakinya hingga lepas dari Yasa, berjalan ke arah sofa, menjatuhkan bobot tubuh kesana. Sambil menyadarkan punggung, memijat kedua pelipis.
Yasa masih pada posisinya, berlutut meski sekarang, tak ada sesiapa pun di depannya. "Maafin Yasa, Mah, Pah. Malam itu, Yasa ke club karena diundang teman yang ulang tahun, terus... disana Yasa bertemu Ivy."
"Circle pertemanan kamu sudah gak sehat," Yusuf menunjuk Yasa. "Gak usah dekat-dekat dengan teman yang suka clubbing. Ngerayain ulang tahun di club," ia tersenyum kecut. "Udah pasti kalau mainnya kesana mulu, udah khatam tempat itu. Dulu Abang kamu sering Papa marahin, bukannya ngambil hikmah, kamu malah nyontoh."
"Itu pertama kalinya Yasa masuk club, Pah. Sumpah demi Allah."
"Gak usah bawa-bawa Allah untuk kelakuan gak bener kamu," skak Yusuf. "Mau sekali, dua kali, atau berapa pun, tetep aja kamu salah. Andai saja kamu gak ke club malam itu, pasti gak ketemu Ivy, dan masalah ini gak akan terjadi."
Brakk
Yusuf kembali menendang kaki meja.
"Pah... " Sani yang sudah pusing, tambah pusing melihat kelakuan suaminya. "Mejanya bisa rusak."
"Rusak beli lagi!"
"Yang ada nambah masalah," Sani mendengus kesal.
"Jangan-jangan, Ivy sudah lama menargetkan kamu," tebak Sani. "Rasanya mustahil sekali bertemu, langsung menjebak kamu, bikin kamu mabuk terus bawa ke hotel. Pasti udah lama direncanain."
"Ivy bilangnya, dia ingin ha_"
"Halah, itu tipu muslihat dia aja," Yusuf memotong ucapan Yasa. "Semua yang keluar dari mulutnya, pasti bohong untuk menarik perhatian kamu. Mulut perempuan itu gak bisa dipercaya."
Sani langsung melotot mendengar itu. "Maksud kamu apa, aku gak bisa dipercaya?"
"Ka, kamu, pengecualian Mah," Yusuf tersenyum absurd sambil mengusap tengkuk. Merutuki diri sendiri, kenalan mulutnya main nyerocos aja. Hampir deh, tidur sama Luth malam ini. "Papa jadi penasaran, seperti apa tampang di Ivy itu. Bisa-bisanya baru pertama ketemu, kamu langsung mau diajak tidur bareng."
"Aku mabuk, Pah, gak sadar."
"Terus, buka baju juga gak sadar? Megang-megang, ciuman, sampai masukin punya kamu, juga gak sadar? Pingsan gitu? Heran, mabuk kok larinya ke situ!" bentak Yusuf.
kasian juga,apa ini karma karena mamanya dulu ngrebut calon suami mama sani😭😭
kasian banget anaknya yg harus nanggung dosa orang tuanya
soalnya kalian memang g ada hubungan,jangan2 rasa itu bukan cinta tp obsesi ya?karena ditolak terus sama yasa,alice jd semacam penasaran dan ingin memiliki
lu hamidun d'luar nikah emank salah.,
minta maaf sm Allah bukan sm dia...
orang kamu gak tau apa² tentang dia..
itu nama'y jodoh elu ntu s' Ilyas...
prihatin boleh atas rasa yg d'miliki Alis kandas tapi itu salah dia juga udah d'tolak Ilyas berulang kali., itu nama'y gak jodoh...
bumi gonjang ganjing.....
mulutnya lagi,,,, runtuh seketika dunia Alice,,, langsung lemes dengkul nya ya El
kurang Gresek bagaimana lagi coba
padahal sudah berjuang sekuat tenaga
ternyata. Bang Yasa mau menikah maaf
El Bang Yasa sudah. bercocok benihya
,😭😭😭😭 kasian sekali niat antar
rendang malah rendang hati,,,
Jadi Alice terlalu pede dan berharap.
Kasihan Ivy, pasti merasa bersalah sudah merebut Yasa.
Duh gak kebayang gimana reaksi Alice
semoga alice gk terpuruk😔
dan semoga ada pengganti yasa.. semangat ya alice💪dunia gk akan kiamat walaupun jodohmu bukan yasa