Hinata di titipkan pada keluarga Hashirama oleh ayahnya yang menghilang secara tiba-tiba.
Di sana, di rumah besar keluarga itu yang layaknya istana. Hadir empat orang pangeran pewaris tahta.
Uchiha Sasuke
Namikaze Naruto
Ootsutsuki Toneri
Kazekage Gaara
Akankan Hinata bisa bertahan hidup di sana?
Disclaimer : All Character belongs to Masashi Kishimoto. Namun kisah ini adalah original karya Author. Dilarang meniru, memplagiat atau mencomot sebagian atau keseluruhan isi dalam kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vita Anne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. I Feel Bad
Hinata berlari menuju kamarnya dengan cepat. Apa yang sudah Sasuke lakukan padanya benar-benar keterlaluan. Mereka bahkan bukan dalam hubungan yang bisa dengan bebasnya melakukan itu.
Dia tahu, rencana Kakek untuk~nya dan Sasuke adalah pernikahan. Tapi, bukan berarti pria itu bisa bertindak seenaknya sekarang.
Hinata melempar tas kecilnya ke atas ranjang. Dia mengusuk rambutnya dengan kasar seraya mengusap bibirnya. Ciuman pertamanya telah pria itu rampas.
Gadis itu meringis kesal seraya terus memaki dirinya sendiri.
Apa yang akan pria itu lakukan selanjutnya jika dia berani melakukan itu secara tiba-tiba sekarang?
...°°°...
Pagi ini, Hinata telah di sibukkan dengan kegiatannya keluar masuk kamar mandi. Sudah beberapa hari ini Hinata tidak bisa mencerna makanan dengan baik.
Dia berjalan dengan lemas dari kamar mandi di kamarnya. Ini sudah yang kesekian kali dia mengeluarkan semua isi perutnya.
Gadis itu beranjak turun dari kamarnya. Dia harus mengambil obat dan mengobati diri~nya sendiri.
Nyonya Mizuke sedang cuti beberapa hari ini. Anak perempuan~nya sedang melahirkan. Hingga dia tidak berada di rumah saat ini.
Hinata tidak memiliki kedekatan dengan pelayan lain. Itu karena semua memperlakukan nya seperti dia seorang putri. Mereka merasa enggan untuk mendekati~nya. Meski Hinata telah berusaha untuk mendekat pada semua yang ada di rumah itu. Termaksud para penjaga dan pelayan.
Keadaan rumah masih begitu sepi dan para pelayan masih sibuk dengan pekerjaan~nya masing-masing.
Hinata hanya berharap dia tidak bertemu dengan Sasuke ketika dia keluar dari kamar. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Setelah kejadian itu, pria itu bahkan tidak meminta maaf atau mengucapkan apapun padanya.
'Pria Sialan!'
Maki~nya dalam hati.
Hinata berjalan tertatih, wajah pucat~nya menunjukan dengan jelas, bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Kakek sedang dalam perjalanan memancing bersama teman-temannya beberapa hari ini. Hingga Hinata yang kesepian benar-benar merasa tertekan.
Gadis itu menahan sakit di perutnya. Dia benar-benar merasa lemas dan pusing sekarang. Dia baru akan mencapai anak tangga paling bawah ketika dia kehilangan keseimbangan kakinya Dan terjatuh. Gadis itu segera berusaha bangkit namun sakit di perutnya memaksanya untuk terus berjongkok.
"Apa yang kau lakukan?"
Suara berat itu, Hinata mengenalnya. Suara yang terus berputar di kepalanya beberapa hari ini.
Hinata mendongak menatap sumber suara berasal.
Namikaze Naruto di sana, menatap wajah pucatnya seraya menunduk. Wajah pria itu semakin samar dalam pandangan Hinata hingga dia terjatuh tidak sadarkan diri.
...°°°...
Hinata sedang berbaring dengan nyaman ketika pria itu menyuntikan beberapa obat ke dalam selang infus~nya.
Dia membuka matanya. Ketika dia merasakan dingin mengaliri aliran darahnya.
Pria itu di sana, Naruto tengah merawatnya yang tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri di bawah anak tangga.
Hinata menelan ludah serat. Meski dia merasa sakit di perutnya perlahan mereda. Tapi dia masih merasa begitu lemas sekarang.
"Kau tidak berangkat kerja Tuan Namikaze?" Tanya Hinata dengan suara~nya yang lemah pada pria itu.
"Aku tidak bisa mengabaikan pasien yang sedang sakit." Sahut Naruto datar dengan suara pelan. Sebelum dia kembali menyuntik selang infus Hinata dengan obat yang ada di tangannya.
Gadis itu melirik tiang infus dan peralatan medis standar yang ada di sekitarnya.
"Kau punya semua ini di sini? Apa kau seorang dokter?"
"Ini bukan apa-apa di bandingkan apa yang tersedia di rumah sakit."
Hinata tersenyum lebar. Setelah apa yang terjadi di Yokohama. Suara pria itu selalu menyenangkan untuk dia dengar.
"Bagaimana jika aku tidak bisa sembuh?" Tanya Hinata lagi."Apa kau akan terus merawat ku?"
Naruto menoleh pada Hinata sesaat. Sebelum akhirnya dia menjawab kata-kata yang terlontar dari gadis itu.
"Aku bukan dokter pribadi mu Nona Hyuuga!" Sahut Pria itu datar."Di sini banyak orang yang bisa merawat mu."
"Tapi kau terlihat seperti dokter sungguhan. Dokter yang begitu perhatian dan sopan." Ucap gadis itu lagi."Setidaknya untuk saat ini, aku ingin kau yang merawat ku." Hinata bicara pelan. Suaranya mengecil di akhir kalimat.
Dia kembali mengingat perlakuan pria itu dulu, ketika dia memergoki~nya di club dan segala prasangka buruk Naruto tentang~nya setelah kejadian itu.
Hinata menggigit bibirnya gugup, sebelum dia kembali melanjutkan kalimatnya.
"Maaf atas kesalah fahaman sebelumnya! Aku bukan gadis yang seperti itu. Seperti yang kau lihat malam itu, di Club! Sungguh! Dan... Kata-kata ku waktu itu mungkin menyakiti mu. Maaf!" Jelas Hinata dengan perasaan bersalah yang tergambar jelas di Wajahnya.
Sebaris senyum terbit di wajah tampan pria itu. Senyum yang tidak pernah Hinata lihat sebelum~nya. Meski hanya sedikit hati~nya yang terbuka. Hinata bersyukur pria itu sudah merubah sikapnya.
Naruto bangkit dan pria itu mengambil Jas di sofa yang sebelumnya pria itu lepas ketika dia merawat Hinata.
"Lupakan lah! Aku sudah melupakannya. Jaga diri mu baik-baik!"Sahut pria itu singkat. Dia melangkahkan kakinya pada pintu keluar.
"Apa kau akan kembali?" Tanya Hinata lagi ketika dia melihat pria itu akan segera pergi.
"Aku akan meminta pelayan merawat mu nanti. Istirahat lah! Jangan pikirkan apapun! Kau mengalami stress belakangan ini. Kau terus merusak lambung mu dengan itu!" Jelas Naruto lagi. Sebelum akhirnya pria itu benar-benar menghilang di balik pintu.
Hinata mendesah lelah. Dia mencoba memejamkan matanya. Dia tidak ingin pria itu pergi. Ada rasa keberatan di hatinya melihat langkah Naruto yang menjauh.
Dia kembali membuka matanya dengan cepat. Setelah dia sadar dengan apa yang baru saja dia pikirkan.
Apa? Apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa dia bersikap memalukan belakangan ini pada cucu kedua kakek?
Bukankah kakek merencanakan perjodohan untuknya dan Sasuke? Kenapa hatinya berdegup pada Naruto?
Hinata menggelengkan kepalanya kasar. Dia tidak boleh terlibat dengan satupun cucu Tuan Hashirama. Dia harus mencari cara agar rencana kakek untuknya dan Sasuke di batalkan. Dia seharusnya tidak memikirkan perihal romansa sekarang.
Dia hanya ingin bertahan di sini dan kembali pada ayah. Seperti yang kakek janjikan.
...°°°...
Malam ini, Hinata tidak bisa memejamkan matanya. Seorang perawat datang untuk memberinya perawatan tadi. Kembali menyuntikan obat berkata beberapa hal mengenai caranya mengolah emosi.
Belakangan ini Hinata memang tidak bisa hidup dengan tenang. Segala yang terjadi terus mengusik pikirannya.
Gadis itu berdiri dari ranjangnya yang empuk. Dengan selang infus yang masih tersampir di punggung tangannya. Dia melangkah pada jendela besar di sisi ranjangnya yang menghadap taman luas di halaman belakang. Dimana Mansion cucu kakek berdiri berdampingan.
Hinata menghembus nafas dalam. Dia kembali melihat pria itu. Namikaze Naruto, tengah bersandar pada tiang pagar Mansionnya. Di bawah sinar bulan yang membuat dirinya terlihat semakin menawan.
To be continued