Sejak usia tujuh tahun, Putri Isolde Anastasia diasingkan ke hutan oleh ayahandanya sendiri atas hasutan selir istana. Bertahun-tahun lamanya, ia tumbuh jauh dari istana, belajar berburu, bertahan hidup, dan menajamkan insting bersama pelayan setia ibundanya, Lucia. Bagi Kerajaan Sylvaria ia hanyalah bayangan yang terlupakan. Bagi hutan, ia adalah pewaris yang ditempa alam.
Namun ketika kerajaan berada di ujung kehancuran, namanya kembali dipanggil. Bukan untuk dipulihkan sebagai putri, melainkan untuk dijadikan tumbal dalam pernikahan politik dengan seorang Kaisar tiran yang terkenal kejam dan haus darah. Putri selir, Seravine menolak sehingga Putri Anastasia dipanggil pulang untuk dikorbankan.
Di balik tatapannya yang dingin, ia menyimpan dendam pada ayahanda, tekad untuk menguak kematian ibunda, dan janji untuk menghancurkan mereka yang pernah membuangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar
Menjelang malam, para tamu mulai berkumpul menyaksikan acara puncak. Hingga sebuah suara lantang pecah dari kerumunan rakyat di sisi bailarung.
“Nona Isolde!”
Seorang lelaki tua berpakaian sederhana berdiri. Ia adalah pedagang yang dahulu pernah ditolong Anastasia di musim kemarau. Tangannya terangkat tinggi, menunjuk langsung ke arah putri itu.
Bisikan menyebar cepat bagai api menyambar jerami.
“Nona Isolde?”
“Dia yang menolong kami saat badai?”
“Wanita yang memberi obat pada anakku?”
Suara-suara itu berpadu, hingga menjadi sorakan gemuruh.
“Nona Isolde! Nona Isolde!”
Lalu seruan itu berubah menjadi, “Putri Isolde Anastasia!”
Rakyat bersorak riuh, bahkan ada yang menangis haru. Mereka berdesakan maju, ingin melihat Nona Isolde yang ternyata adalah putri mahkota Kerajaan Sylvaria lebih dekat. Hatinya sangat baik, dia menyamar menjadi rakyat biasa untuk merasakan kesakitan Masyarakat, batin mereka. Tamu dari kerajaan asing yang semula bingung, kini saling berbisik dengan wajah terkesima. Putri yang digosipkan terbuang, rupanya telah lama hidup di tengah rakyat dan mendapatkan cinta dan penghormatan mereka.
Anastasia berdiri tegak, sorot matanya berkilau di bawah cahaya obor dan lentera emas. Ia tidak menolak sorakan itu, tidak pula merendah. Ia membungkuk memberikan penghormatan pada Masyarakat, tentu itu semakin membuat mereka terharu. Selama ini tidak ada satu pun bangsawan yang mau menundukkan kepala pada rakyat jelata seperti mereka. Tapi putri Anastasia berbeda, dia menghargai rakyatnya.
Lady Morgana tampak membeku di kursinya dengan wajah memucat. Sementara Seravine menutup mulutnya dengan kipas, berusaha menutupi kegelisahan yang mulai merayap. Semua intrik dan fitnah mereka runtuh dalam sekejap, digantikan sorakan rakyat yang menjulang seperti ombak samudra.
Raja Roland terdiam disinggasananya. Putri yang ia asingkan sepuluh tahun lalu kini menunjukkan posisinya. Ada rasa bangga dihatinya, namun ada juga ketakutan Anastasia akan menggulingkan tahtanya. Karena itulah, ia setuju untuk mengorbankan Anastasia menikah dengan Kaisar Lexus yang terkenal kejam dan memiliki banyak selir.
Lady Morgana yang biasanya anggun bak ratu bayangan, kini kehilangan kendali. Jari-jarinya yang berhiaskan permata mencengkeram lengan kursinya begitu erat, hingga buku-bukunya memutih. Wajahnya menegang, namun ia berusaha mempertahankan senyum tipis yang terpaksa, khawatir bila ekspresi marahnya terlihat para tamu.
“Tidak mungkin… semua ini sandiwara,” bisiknya gusar pada Seravine, suaranya hampir tak terdengar di tengah gemuruh rakyat. “Bagaimana bisa rakyat jelata itu mengenalnya?”
Seravine, yang sejak tadi menutup mulut dengan kipas berhias berlian menggigil menahan emosi. Matanya berkilat iri, menatap kecantikan alami Anastasia yang justru kian bersinar dikelilingi sorakan rakyat. Harusnya ia yang ada di sana sekarang, bukan putri terbuang itu, bukan Anastasia.
Lady Morgana dan Putri Seravine berusaha mendapatkan perhatian dari bangsawan yang datang dengan membisikkan informasi-informasi yang dianggap penting. Namun tidak, bisikan itu tenggelam oleh gemuruh suara rakyat yang bersatu memanggil nama Anastasia. Bahkan beberapa bangsawan yang semula condong kepada Lady Morgana berbalik arah melihat senyum tulus Putri Anastasia. Ia tak kuasa melawan arus suara rakyat yang bagaikan samudra.
Lady Morgana memaksakan senyum manis, meski rahangnya menegang. Ia mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas keluar dari mulut seorang selir raja. Suara penuh kebencian yang hanya bisa didengar Seravine.
Langkah-langkah ringan terdengar menggema di lantai balairung. Putri Anastasia maju ke tengah aula, gaun peninggalan Ratu Lysandra berayun lembut mengikuti gerak tubuhnya yang anggun. Sorak rakyat masih bergema, namun hening segera menyelimuti ketika ia mengangkat tangan. Dari tengah bailarung, ia menatap tajam ke arah Lady Morgana.
Dengan tenang namun penuh wibawa, Anastasia mengangkat sebuah botol kecil dari dalam lipatan gaunnya. Kristal kaca bening itu memantulkan cahaya lilin, namun cairan kehijauan di dalamnya membuat banyak orang bertanya-tanya.
“Saya Putri Isolde Anastasia ingin membuat pengumuman penting menyangkut Kerajaan Sylvaria.” Ujarnya dengan lantang. Semua orang langsung memusatkan perhatiannya pada Anastasia.
“Putri Anastasia!” geram raja Roland. Pasalnya Anastasia tidak meminta izin padanya terlebih dahulu. Tapi Anastasia sama sekali tidak terganggu dengan larangan itu.
Ia berdiri teguh, menatap semua orang tanpa rasa takut.
“Lihatlah,” suara Anastasia meluncur jernih, dingin namun penuh keyakinan, “botol ini kutemukan di balik lemari kamar Lady Morgana. Botol yang berisi racun Conium maculatum… racun yang sama merenggut nyawa Ratu Lysandra, ibundaku.”
Gemerisik terdengar, seluruh tamu saling berbisik, beberapa menutup mulut dengan kipas mereka penuh keterkejutan. Sementara rakyat tidak bisa menahan kemarahannya, Ratu Lysandra adalah ratu yang penuh kasih, lembut dan peduli pada rakyat.
Lady Morgana menegang, namun segera berusaha berperan dengan air mata di pelupuk matanya. “Fitnah keji!” serunya dengan suara bergetar, “Bagaimana mungkin aku, yang mengabdikan hidupku bagi raja dan kerajaan ini, dituduh sebegitu keji? Apa kesalahan saya sehingga putri menciptakan kisah untuk menodai namaku! Saya merawat Ratu Lysandra hingga akhir hidupnya.”
Putri Seravine segera ikut menjerit lirih, menempelkan tubuhnya pada ibunya. “Itu benar! Jangan dengarkan dia! Kakak… ingin menghancurkan keluarga kami karena dendam, dendam karena Ayahanda mengasingkannya ke hutan. Tolong Kakak, jangan seperti ini. Sekarang Kakak sudah di sini, kita bisa berkumpul dan menjadi keluarga bahagia lagi.” suaranya pecah penuh muslihat, mencoba meraih simpati di tengah kerumunan.
Namun Anastasia tidak bergeming. Tatapannya menembus segala drama air mata itu. Dengan gerakan tangannya, ia memberi isyarat. Seketika, pintu balairung terbuka.
Lady Morgana melotot melihat kedatangan orang itu.
Wilhelm dan tim bayangan yang bersumpah setia padanya melangkah masuk, menyeret seorang pria tua dengan rambut memutih dan wajah penuh ketakutan. Ia adalah tabib istana lama, sosok yang dulunya dipercaya menyembuhkan para bangsawan. Tubuhnya gemetar, matanya yang berair menatap ke arah Anastasia.
“Bicaralah,” perintah sang putri, suaranya datar namun sarat kuasa.
Tabib itu berlutut di hadapan semua orang. Suaranya pecah ketika ia bersuara, “Ampunilah aku… Ampuni dosaku, Yang Mulia. Aku… aku mengakui, racun itu hamba racik atas perintah Lady Morgana. Aku hanya seorang hamba, tak berdaya menolak ketika beliau memaksaku menciptakan ramuan untuk melumpuhkan otot perlahan hingga mati… racun yang dituangkan Lady Morgana ke dalam minuman Ratu Lysandra.”
Balairung pun pecah oleh seruan dan pekikan rakyat. Beberapa bangsawan mundur selangkah, terperanjat oleh pengakuan itu. Semua mata kini beralih pada Lady Morgana yang wajahnya mendadak pucat pasi, topeng tenangnya runtuh di hadapan bukti dan kesaksian.
Balairung yang semula bergemuruh kini tenggelam dalam keheningan yang menyesakkan. Hanya terdengar detak jantung yang kian kencang, seakan seluruh dinding istana ikut menyaksikan kebobrokan yang terbongkar.
Siapa sangka, Lady Morgana yang selalu bersikap manis di hadapan publik adalah seorang pembunuh berdarah dingin yang berani menghabisi nyawa majikannya sendiri.
kaisar tiran bakalan tunduk/luluh gak sama putri Anastasia??? 🙂🙂🙂
meskipun udah sah tp itu keterlaluan