"Takdirnya ditulis dengan darah dan kutukan, bahkan sebelum ia bernapas."
Ling Yuan, sang pewaris yang dibuang, dicap sebagai pembawa kehancuran bagi klannya sendiri. Ditinggalkan untuk mati di Pegunungan Sejuta Kabut, ia justru menemukan kekuatan dalam keterasingan—dibesarkan oleh kuno, roh pohon ajaib dan dibimbing oleh bayangan seorang jenderal legendaris.
Kini, ia kembali ke dunia yang telah menolaknya, berbekal dua artefak terlarang: Kitab Seribu Kutukan dan Pedang Kutukan. Kekuatan yang ia pegang bukanlah anugerah, melainkan hukuman. Setiap langkah menuju level dewa menuntutnya untuk mematahkan satu kutukan mematikan yang terikat pada jiwanya. Sepuluh tahun adalah batas waktunya.
Dalam penyamarannya sebagai pemulung rendahan, Ling Yuan harus mengurai jaring konspirasi yang merenggut keluarganya, menghadapi pengkhianat yang bersembunyi di balik senyum, dan menantang takdir palsu yang dirancang untuk menghancurkannya.
Akankah semua perjuangan Ling Yuan berhasil dan menjadi Dewa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Pengenalan Energi Kutukan
Ling Yuan duduk bersila di atas lantai batu yang dingin, Kitab Seribu Kutukan terbuka di pangkuannya. Setelah pertarungan singkat dengan roh jahat, keheningan di gudang itu terasa berat, sarat dengan bau karat dan energi spiritual yang tersisa. Pedang Kutukan Mao bersandar di dinding, bilah hitamnya sesekali memancarkan kilau ungu samar, memancarkan kepuasan predator.
Ia menatap Kitab itu. Tidak ada gambar, hanya aksara kuno yang ditulis dengan darah kering dan tinta yang berdenyut. Kitab itu bukan untuk dibaca; itu adalah reservoir pengetahuan terlarang yang menuntut transfer langsung ke jiwa.
“Siap, Anakku?” suara Jendral Mao beresonansi di inti spiritual Ling Yuan. Suara itu kini memiliki bobot dan tekstur, tidak lagi bisikan, melainkan perintah seorang guru yang menduduki takhta di dalam kesadarannya.
Ling Yuan menarik napas dalam-dalam dan mengangguk, meskipun tidak ada yang melihatnya. Ia menyentuh halaman pertama Kitab Seribu Kutukan.
HUUUNG!
Begitu sentuhan terjadi, gudang itu menghilang. Pikiran Ling Yuan dibanjiri oleh gelombang informasi yang tak terlukiskan. Itu adalah ribuan tahun sejarah kultivasi terlarang, catatan tentang entitas yang dilupakan, dan, yang paling penting, anatomi Energi Kutukan.
“Energi kutukan bukanlah Qi murni,” Jendral Mao memulai pelajarannya, suaranya seperti guntur di dimensi spiritual. “Itu adalah *Entropi Murni*. Kekuatan ini berasal dari kekacauan, penderitaan, dan kehancuran takdir. Di seluruh Kekaisaran, kultivator berlatih untuk memurnikan Qi; kita berlatih untuk menguasai korupsi.”
Ling Yuan merasakan energi hitam pekat, tebal seperti lumpur, mulai berkumpul di sekitar Dantiannya. Energi ini bukan miliknya; itu adalah bagian dari kutukan yang ia terima saat lahir, kini ditarik dan diorganisir oleh Kitab.
ZZZZZZT!
Jalur kultivasinya berdenyut kesakitan. Energi normal yang ia kumpulkan selama sepuluh tahun pelatihan spiritual yang bersih bereaksi dengan panik, mencoba mengusir penyusup gelap itu. Jika ia gagal mengendalikan energi ini, ia akan meledak dari dalam, jiwanya terkoyak.
“Tahan! Jangan lawan. Biarkan ia masuk,” perintah Mao dengan suara yang tegang. “Kitab ini memberimu pengetahuan. Kau harus memberinya wadah. Jika kau menolaknya, ia akan menghancurkanmu. Jika kau menerimanya terlalu cepat, ia akan menelan kehendakmu.”
Ini adalah dilema utama kultivator kutukan: menari di tepi jurang kegilaan dan kehancuran. Ling Yuan memfokuskan pikirannya, mengingat visi orang tuanya yang terbunuh, mengingat ramalan palsu yang membuangnya. Ia membiarkan kebencian itu menjadi katup, saluran yang memungkinkan energi gelap itu mengalir.
“Gunakan kemarahanmu sebagai jangkar!” teriak Mao. “Bukan untuk menguasai orang lain, tetapi untuk menguasai kekacauan ini. Pikirkan Kutukan Pertama: Anak Pembawa Kematian. Energi ini adalah manifestasi fisik dari kutukan itu. Jika kau menguasainya, kau akan mematahkan ikatan pertama!”
Proses integrasi itu terasa seperti bilah es tajam yang memutar organ-organ dalamnya. Ling Yuan mengepalkan giginya, darah mengalir dari sudut bibirnya. Ia melihat sekilas prinsip-prinsip dasar yang diungkapkan Kitab: Kutukan sebagai Perisai, Kutukan sebagai Kecepatan, dan yang paling terlarang, Kutukan sebagai Penyerapan Jiwa.
Prinsip pertama yang harus ia kuasai adalah *Teknik Dasar Pengendalian Bayangan*. Ini mengajarkan bagaimana cara menahan dan memadatkan energi kutukan, mencegahnya menyebar dan meracuni lingkungan.
“Bayangkan energi itu sebagai pasir hitam yang cair. Kau harus memadatkannya menjadi berlian,” instruksi Mao, membimbing napas Ling Yuan yang terputus-putus. “Jangan gunakan Qi Spiritual! Gunakan Kehendak Murni. Hanya kemurnian tekadmu yang bisa menundukkan korupsi ini.”
Ling Yuan berjuang. Setiap kali ia mencoba memadatkan energi, energi itu melawan balik, menciptakan denyutan menyakitkan yang mengancam untuk memecahkan tulang rusuknya.
KRAKK! KRAKK!
“Lebih kuat! Kau adalah pewaris Pedang Kutukan! Kau menanggung karma ribuan tahun! Jangan biarkan energi rendahan ini mendikte kehendakmu!” dorong Mao.
Tiba-tiba, Ling Yuan menemukan titik fokus. Itu adalah rasa sakitnya, bukan dari kultivasi, tetapi dari kesepian sepuluh tahun. Rasa sakit itu, diubah menjadi tekad dingin, bertindak sebagai palu spiritual.
WHOOOM!
Energi hitam yang mengelilingi Dantiannya akhirnya menurut. Ia tidak menjadi Qi, tetapi tetap gelap dan korosif, namun kini ia terorganisir. Ling Yuan merasakan kontrol mutlak atas kekuatan yang mengerikan itu.
Ia membuka matanya. Kedua tangannya terangkat, dan ia mencoba menarik energi kutukan itu keluar. Di udara di depan tangannya, kabut ungu gelap mulai berputar, bukan lagi asap liar, tetapi pusaran mini yang disiplin. Bentuknya tidak sempurna, terus-menerus mencoba melepaskan diri, tetapi Ling Yuan memegangnya erat-erat.
“Sempurna! Itu adalah pengendalian dasar,” Mao memuji, nada suaranya sedikit lega. “Kau telah memahami bahwa energi kutukan adalah dua sisi mata uang: ia bisa menjadi senjata yang melenyapkan, atau racun yang memperkuat. Kau baru saja menciptakan racun yang terkendali.”
Dengan pengendalian dasar ini, Ling Yuan kini dapat memahami bab-bab pertama Kitab Seribu Kutukan, yang menjelaskan bagaimana energi kutukan dapat digunakan untuk menyembunyikan kultivasi spiritual konvensional.
“Sekarang, gunakan energi ini untuk tujuan lain,” Mao melanjutkan. “Kau adalah bangsawan Yang yang dibuang, tetapi kau kembali sebagai pemulung bisu. Aura bangsawan yang kau miliki sejak lahir, meskipun disembunyikan oleh segel kuno, masih bisa menarik perhatian kultivator kuat di Kota Kekaisaran.”
Ling Yuan mengerti. Ia harus menggunakan kegelapan untuk menutupi cahayanya.
Ia mengarahkan Energi Kutukan yang baru ia padatkan ke seluruh tubuhnya, membiarkannya menyelimuti jalur kultivasi yang bersih, seperti minyak hitam menutupi baja mengkilap.
SHSSSHHH...
Sensasi itu dingin dan menenangkan, kontras dengan rasa sakit sebelumnya. Ketika ia selesai, ia menarik napas. Jika kultivator normal mencoba mengukur auranya sekarang, mereka tidak akan menemukan Qi bangsawan Yang yang kuat, tetapi hanya jejak kultivasi spiritual yang kacau dan rendah—persis seperti yang dimiliki oleh pemulung yang tidak sengaja menemukan sedikit keberuntungan.
“Kau baru saja memperkuat segelmu dengan lapisan racun karma. Mereka yang mencari Qi bangsawan hanya akan menemukan bau busuk penderitaan,” kata Mao. “Ini adalah dasar dari penyamaranmu, Ling Yuan.”
Namun, Mao segera mengalihkan fokus dari penyamaran ke bahaya. “Pengenalan ini hanyalah permulaan. Waktu kita mendesak. Kitab ini mengajarkan bahwa kutukan yang tertanam di jiwamu akan mencapai titik kritis dalam sepuluh tahun. Kita telah menghabiskan sebagian besar waktu itu di Pegunungan Kabut. Kau harus mulai mematahkan kutukan itu sekarang.”
Mao menjelaskan bahwa energi yang baru saja Ling Yuan kendalikan hanyalah bagian kecil dari energi Kutukan Pertama. Untuk mematahkannya sepenuhnya, Ling Yuan harus menggunakannya dalam skala besar, menguji kendalinya hingga batas spiritualnya.
“Bab berikutnya dalam Kitab adalah tentang *Manipulasi Kutukan Dasar*—bagaimana cara melepaskan energi ini secara terarah,” Mao memperingatkan. “Ini sangat berbahaya. Jika kau gagal, energi itu akan kembali ke Dantianmu dan meledak, menghancurkanmu. Apakah kau siap untuk melakukan Ujian Pertama Kitab?”
Ling Yuan merasakan kekuatan baru yang gelap dan mengerikan berdenyut di nadinya, energi yang bisa membuatnya setara dengan para kultivator di Kota Kekaisaran, tetapi juga bisa merobeknya berkeping-keping. Dengan tangan gemetar, ia membalik halaman Kitab Seribu Kutukan ke bab yang membahas aplikasi praktis dari energi yang baru ia kenal. Matanya dipenuhi tekad yang membatu.
“Ya, Guru,” jawab Ling Yuan, kali ini suaranya terdengar, rendah dan serak, tetapi penuh otoritas yang baru ditemukan. Ia tidak punya pilihan. Waktu adalah musuh terbesarnya. Ia harus menguji batas-batasnya sekarang, atau binasa.