NovelToon NovelToon
Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Tumbal Di Ranjang CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / CEO / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:258
Nilai: 5
Nama Author: Haha Hi

Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, Luo Wan dijebak oleh ayahnya sendiri dan terpaksa melarikan diri di malam penuh skandal. Tanpa sadar, ia masuk ke kamar pria asing—dan keesokan harinya, hidupnya berubah total.

Pria itu adalah Sheng Qing, CEO muda yang dingin dan berkuasa. Setelah malam itu, ia berkata:

> “Kamu sudah naik ke ranjangku duluan. Sekarang kamu milikku.”



Sejak saat itu, Luo Wan terperangkap di antara cinta, dendam, dan permainan kekuasaan.
Namun dunia segera tahu—Luo Wan bukan wanita yang bisa dibeli atau diperbudak oleh siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haha Hi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Di kamar yang remang- remang, tepat di depan jendela kaca besar dilantai atas sebuah hotel mewah.

Luo Wan menopang kedua tangannya yang lemas pada kaca, matanya perlahan memerah dan dipenuhi embun.

Gaun panjangnya sudah terangkat hingga ke pinggang, memperlihatkan lekuk tubuh yang begitu menggoda.

Bibir merahnya terbuka sedikit, tampak ranum dan basah, seolah siap dicicipi, menggoda siapa pun yang melihat.

Pria itu menekan dari belakangnya, tangannya yang kasar meremas pinggang dan Bokongnya yang lembut, menempel di lehernya dan berbisik dengan suara serak :

"Seluruh tubuhmu sedang menginginkanku."

Di jalanan bawah sana orang lalu lalang, tapi Luo Wan hanya merasa malu luar biasa.

Di jendela kaca, dia dipaksa untuk melihat dirinya sendiri yang sedang dipermainkan dengan brutal olehnya.

Dia gugup, ingin menarik diri, tapi—

“Jangan banyak tingkah.”

Pria itu mencium setiap inci kulitnya, menelan semua suara d3sahannya.

Suara laki- laki yang rendah dan serak tiba -tiba terdengar dari belakang.

Lalu tubuh kekar itu membungkusnya dari belakang, aroma maskulin yang pekat langsung memenuhi udara.

Dalam sekejap, suasana kamar berubah panas dan liar.

……

Keesokan paginya, pukul sembilan, Luo Wan baru pelan -pelan membuka mata.

Seluruh tubuhnya pegal dan nyeri seolah habis dihajar habis- habisan.

Dia mengangkat tangannya dan memegang pinggangnya yang nyut -nyutan, rasa panas masih terasa membakar di sana.

Bayangan dari semalam langsung melintas di kepalanya—

Pria itu seperti kesetanan, paling suka meremas pinggangnya, sepanjang malam tangannya tidak pernah lepas.

“Sudah bangun?”

Suara laki- laki itu tiba- tiba terdengar di sebelahnya, menghentikan lamunan penuh gairah di otaknya.

Luo Wan kaget dan menoleh tajam.

“Kenapa kamu masih di sini?”

Pria itu bersandar santai di sandaran tempat tidur, tubuh bagian atasnya telanjang, hanya bagian bawahnya yang tertutup selimut tipis.

Mendengar pertanyaannya, pria itu hanya tertawa pelan, dada bidangnya berguncang. Ia menatap Luo Wan dengan tatapan penuh selera dan menggoda, lalu berkata dengan sinis:

“Kalau tidak salah, ini kamarku. Justru aku pengen tahu, kenapa Nona Luo bisa ada di ranjangku?”

Luo Wan baru sadar, menatap sekeliling dan ingat kenapa bisa sampai di kamar ini tadi malam.

Dua bulan terakhir, Grup Luo krisis keuangan.

Kemarin, ayahnya malah mencampurkan sesuatu ke dalam minumannya demi menjadikannya ‘hadiah’ untuk calon investor.

Untung dia sempat sadar dan kabur, lalu tanpa sengaja masuk ke kamar pria ini.

Apa yang terjadi selanjutnya… murni karena efek obat.

“Kamu kenapa bisa tahu nama belakangku?” wajah Luo Wan langsung berubah, waspada.

Perasaan was-was muncul dalam hati—jangan -jangan pria ini memang sudah diatur ayahnya, dan dia justru jadi mangsa yang masuk ke perangkap.

Pria itu mengambil beberapa lembar kertas A4 dari meja, lalu menyerahkannya.

Isinya semua tentang dirinya.

Luo Wan membaca semuanya dan akhirnya menghela napas lega. Yang penting dia bukan kaki tangan ayahnya.

Ia letakkan berkas itu, lalu bertanya: “Jadi kamu nyelidikin aku?”

Pria itu mengangkat alis, lalu berkata: “Sebagai cewekku, wajar dong aku tahu segalanya tentang kamu.”

“Apa maksudmu cewekmu?”

Ucapan itu bikin Luo Wan langsung duduk tegak.

Tapi sialnya, gerakan itu malah menarik selimut yang menutupi pria itu.

Selimut tipis terlepas, dan pria itu kini telanjang bulat di depan matanya—

Dan yang paling memalukan, ‘barang’ itu tampak mulai bangun lagi!

Luo Wan sampai melotot.

Begitu sadar, dia langsung memalingkan muka dengan pipi merah padam.

“Maaf! Aku nggak sengaja!”

“Memang bener aku yang masuk ke kamarmu semalam, tapi sebagai laki- laki, kamu juga tidak rugi apa- apa! Jadi kamu tidak perlu segitunya!”

Luo Wan enggan menutupi tubuh pria itu. Malah dia sendiri yang menggulung diri dalam selimut karena dirinya juga tidak pakai apa- apa.

Pria itu mengernyit, nadanya tajam:

“Kamu kira ranjangku tempat umum? Mau naik seenaknya, mau pergi tinggal cabut?”

“Terus kamu maunya apa?”

“Jadi cewekku. Toh kamu yang duluan naik ranjang. Jadi kapan hubungan ini selesai, itu hak aku buat tentuin.”

Luo Wan pusing sendiri.

Pria itu berdiri dan mulai berpakaian.

Satu set jas mahal disarungkan ke tubuh kekarnya, menutupi aura liar itu dan menggantikannya dengan kesan pria elegan.

Wajah tampannya seperti ukiran, tegas dan berwibawa.

Pria itu mengeluarkan kartu nama dan menyerahkannya.

Suaranya tenang tapi penuh tekanan:

“Namaku Sheng Qing. Ini kartu namaku. Aku kasih kamu waktu tiga hari. Kalau udah mikir matang, datang ke Grup Sheng. Kalau belum, aku yang bakal cari kamu.”

Sambil berkata begitu, dia meraih dagu Luo Wan dan mencubit pipinya.

“Manis, jangan coba kabur.”

”*

Setelah dia pergi, Luo Wan menunduk melihat kartu nama itu.

Sheng Qing.

CEO Grup Sheng.

Meskipun Luo Wan tidak ngikutin dunia bisnis, nama besar Sheng Qing tidak asing di telinganya.

Keras, kejam, dan tak tertandingi.

Begitu dewasa langsung mewarisi Grup Sheng dan dalam waktu singkat menjadikannya perusahaan nomor satu di negeri ini.

Pria sehebat itu… malah tidur sama dia semalam.

Kalau cewek lain mungkin udah heboh senangnya. Tapi Luo Wan bukan cewek penggila harta atau status. Jadi, omongan Sheng Qing tadi tidak dia anggap serius.

Setelah menenangkan diri, Luo Wan lempar kartu nama itu ke tempat tidur, lalu mengenakan pakaiannya.

Di sisi lain.

Sheng Qing keluar dari hotel dan langsung pulang ke rumah keluarga Sheng.

Nenek dan kakeknya udah siap di rumah, menunggu sambil bawa semangkuk jamu hitam yang kental.

Begitu lihat cucu sulung mereka pulang, langsung disodorkan ke depan.

“Cepat, cepat, minum selagi panas. Baru manjur!”

Dua orang tua itu tertawa penuh semangat.

Kemarin malam, mereka lihat sendiri ada cewek masuk ke kamar cucu mereka. Sampai pagi tidak keluar.

Pria - Wanita, muda, satu kamar semalaman—pasti ‘kejadian’.

Sheng Qing mengernyit, menatap mangkuk jamu hitam itu, lalu melirik dua orang tua gila itu.

“Semalam… pintu kamarku itu kalian yang kunci, kan?”

Dua orang tua itu sejak kehilangan anak dan menantu, hidup mereka cuma fokus pada cucu.

Sejak cucu dewasa, didesak terus supaya cari pacar. Begitu usianya cukup, didesak lagi supaya segera punya anak.

Apa yang mereka lakukan selalu bikin geleng kepala.

Tapi Sheng Qing nggak bisa berbuat apa- apa. Satu -satunya cara: kabur ke luar negeri.

Kali ini dengar neneknya sakit, dia buru -buru pulang. Eh, pulang -pulang langsung dijebak begini.

Mendengar pertanyaannya, dua orang tua itu saling pandang dan buang muka.

Sheng Qing menghela napas panjang.

Akhirnya, dia menenggak habis jamu hitam itu dalam sekali teguk.

Dua orang tua itu langsung saling kode lewat tatapan.

“Tuh kan, aku bilang juga semalam pasti ‘kejadian’.”

“Lihat, sampai lemes tuh. Satu mangkuk langsung tuntas.”

Sheng Qing menaruh mangkuknya, lalu menatap mereka dengan tajam.

“Lain kali, berhenti bikin drama.”

“Jadi… kapan dong kita bisa lihat cucu mantu?”

Sheng Qing pegal kepala. Ia berkata dengan suara dalam: “Kalau pengen cepat punya cucu mantu, tolong… JANGAN GANGGU.”

Nenek Sheng mengangkat alis, tersenyum lebar.

Sepertinya… ada harapan.

Biasanya ditanya begini anak itu langsung cuek.

Sekarang? Bahkan jamu itu pun ditenggak habis.

……

Luo Wan selesai bersiap dan langsung kembali ke rumah keluarga Luo.

Awalnya dia mau cari ayahnya buat nuntut penjelasan. Tapi baru sampai depan rumah, sudah dihadang duluan.

Luo Rou—kakak tirinya seayah, dan ibunya Rui Tianfeng—berdiri di depan pintu.

“Adik, semalam kamu ngapain aja?”

Luo Rou bersandar di kusen pintu sambil senyum sinis.

Luo Wan malas tanggapi mereka. Yang dia ingin: menemui ayahnya.

“Di mana Ayah?”

“Kamu masih ada muka nanya soal Ayah?”

“Kalau kamu tidak kabur semalam, Ayah sekarang tidak perlu susah payah minta maaf ke orang.”

Luo Wan mengernyit tajam.

Luo Rou tetap dengan wajah songong menyalahkan.

“Ayah udah bilang, begitu kamu pulang langsung disuruh berlutut di depan rumah. Tunggu sampai dia balik.”

“Kalau kali ini gagal investasi… kamu yang bakal jadi tumbalnya.”

Semakin dengar, hati Luo Wan makin dingin.

Tapi dia nggak bodoh. Dia tidak akan percaya omongan dua perempuan ular ini. Dia harus konfirmasi langsung ke ayahnya.

“Minggir.”

Wajah Luo Wan berubah dingin, sorot matanya tajam dan dingin.

1
Haha Haha
semoga cepat di ACC editor ya,,,😁😁
Gaara
Di sini sedang ada rombongan pembaca rame banget yang udah nggak sabar menanti kelanjutannya, thor cepat dong!
〤twinkle゛
Menyentuh hati.
_senpai_kim
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!