Rahul adalah Seorang pemuda tingkat kelas bawah, tidak sengaja memperoleh bokor kecil dan mengubah segalanya.
Ia menguasai jalan kultivasi, pengobatan, teknik abadi yang mengguncang langit dan bumi.
Simak jalan ceritanya, lucu, lugu, penuh trik dan intrik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jhonny Lever.
Bagian 10.
"Ra..Rahul...Ma..Malam ini ja..Jangan da, datang iya! Ku..Kudengar a..ada orang yan..Yang ca,cari kau. Ka..Kayaknya, Ja..Jahat deh. Me...Mereka i..ingin me, mukul k..kau.."
Begitu mendengar suara gugup itu, Rahul langsung waspada. Jhonny Lever tak mungkin berbohong.
Ia langsung teringat malam sebelumnya saat ia menyelamatkan Pretty dari seorang pemuda bernama Ajay.
Dia ada pewaris keluarga Devgan yang bergerak di bidang properti di ibu kota lama.
Saat itu ia sengaja melepaskan seragam kerjanya dan pergi lewat pintu belakang, tak banyak yang melihat wajahnya.
Dan ia percaya rekan rekan kerjanya tidak akan mengkhianatinya. Tapi kini ia tersadar, uang dan kekuasaan bisa mengubah segalanya.
Kemungkinan Ajay sekarang sedang mencarinya.
Secara logika Rahul bisa saja meminta Pretty menyelesaikan urusan ini, Namun sebagai seorang pria ia enggan meminta bantuan pada seorang wanita.
Ia telah membuat keputusan menolong, maka ia pun siap menerima konsekuensinya.
Namun sebelum ia bisa menyimpulkan lebih jauh, ponselnya kembali berdering.
Kali ini menaker bar yang muncul di layar ponselnya.
Perasaannya langsung tidak enak, tetapi ia tetap mengangkatnya.
"Menaker Rakhes..!"
"Rahul, datanglah lebih cepat malam ini, bonus akan di bagikan. Kalau lewat jam delapan, kau tak perlu lagi mengambil gaji bulan ini" Telepon langsung di tutup.
"Rahul menyeringai Baby Rakhes, kau sedang menjebak ku iya?"
Ia melihat jam pukul 19: 20 dengan santai ia turun dari kamar kos nya dan melangkah ke bar.
Uang satu bulan adalah hasil kerasnya, kalaupun ada jebakan malam ini, ia tak takut lagi sekarang.
Ia sempat curiga, apakah menaker Rakhes menjebaknya dan bekerja sama dengan orang yang sedang mencarinya.
Apakah dia di paksa atau memang mata duitan dan tega mengkhianati bawahannya sendiri.
Yang jelas menaker Rakhes mengatakan lewat telepon bahwa akan ada bonus.
Itu saja sudah membuat Rahul curiga, berdasarkan pengalamannya, tidak mungkin Menaker Rakhes memberikan bonus.
Rahul jelas jelas merasakan ada kejanggalan dari kata kata menaker Rakhes, tapi ia tetap harus datang.
Ketika pikirannya terus berkelana, Rahul sudah melangkahnya masuk kedalam bar.
Acara malam baru akan di mulai pada pukul 20:30 dan sekarang masih setengah jam lagi sebelum pergantian shift, ia dan si gagap hanya pegawai paruh waktu untuk shift malam.
Musik keras mengguncang telinga, tapi Rahul sudah terbiasa. Ia langsung berjalan keruang manajer Rakhes.
Tiba tiba seorang berpakaian pelayan mendekat dan bergegas menarik tangannya.
Tanpa perlawan Rahul mengikuti pelayan itu masuk ke toilet.
"Ra..Rahul, kak! Bukankah aku sudang bilang kamu jangan datang" Ucap pemuda itu dengan nada gagap.
"Tak apa, siapa yang mencari ku? Kamu tahu?" Tanya Rahul yang sebelumnya belum sempat bertanya ketika si gagap menelepon.
"Ya, ya itu Pandev. Sekarang dia menunggu di dalam kantor manajer Rakhes. J..Jangan masuk, me..Mereka memiliki niat tidak baik!" Jawab si gagap dengan wajah cemas.
Melihat itu, Rahul tersenyum hangat dan berkata.
"Tenang saja, aku hanya ingin melihatnya langsung. Aku datang mengambil gaji bulan ini!"
"Ka..Kakak Rahul! Semalam soal kau menolong orang itu, mung.. mungkin Pandev sudah memberi tahu mereka. Pandev dan kelompoknya baru saja bicara dengan menaker Rakhes" Lanjut si gagap makin gugup karena panik.
Tatapan Rahul menjadi gelap, ia sebenarnya tidak ingin melihat Pandev lagi, pria itu sudah lama menjadi duri dalam daging.
Tiga bulan yang lalu pria itu pernah mengganggu seorang mahasiswi baru dari universitas sebelah, Rahul yang tidak tahan melihatnya langsung bertindak dan melawan mereka.
Sejak saat itu Pandev menyimpan dendam dan selalu mengadu pada menaker Rakhes.
"Gagap, pergi ke gudang dulu, nanti aku akan menyusul! Ucap Rahul sambil keluar dari toilet.
"Ba...Baik kak Rahul, kalau ada apa pa..Panggil polisi!"
"Tenang saja!" Jawab Rahul sambil tersenyum tipis, mereka keluar dari toilet.
Rahul melangkah langsung menuju ke ruang menaker Rakhes.
Ia sudah bulatkan tekatnya malam ini ia harus mengambil gajinya, lalu ia berhenti bekerja di bar ini.
Ia sudah punya cara lain untuk menghasilkan uang, bekerja paruh waktu di bar jelas bukan solusi jangka panjang.
Sampai di depan pintu ia tidak mengetuk dan langsung mendorong masuk.
Setelah melihat kenyataan yang ada di depan matanya ia sangat yakin manager Rakhes memang bekerja sama dengan pihak yang ingin mencelakainya.
Di dalam ruangan, enam orang duduk di sofa, salah satunya adalah Pandev dengan rambut warna warni mencolok.
Manajer Rakhes duduk di sampingnya dengan wajah ramah, tapi menyebalkan. Mereka sedang minum bersama.
Melihat Rahul masuk wajah manajer Rakhes langsung berubah dan memarahi.
"Rahul, katanya mahasiswa! Masuk keruangan orang tanpa ketuk pintu, mana sopan santunmu?"
Rahul melihat suasa dalam ruangan itu, jelas ini sebuah jebakan. Pandev orang suruhan Ajay, tujuannya jelas membereskan dirinya.
Dengan tenang tapi sinis, Rahul berkata.
"Sopan santun itu untuk manusia, kau bukan manusia, kau menjebakku dan masih berharap bersikap sopan?"
"Bonus itu cuma umpan, sekarang aku sudah datang. Ayo bicara langsung!"
Menaker Rakhes mengerutkan kening dan berkata.
"Rahul, mulai detik ini kau di pecat, tak ada hubungannya lagi dengan bar ini"
'Heh...Segampang itu kah? Bayar dulu hajiku selama satu bulan!" Sahut Rahul.
"Hah...Kamu semalam telah memukul putra keluarga Devgan semalam, kamu telah membuat masalah untuk aku! Masih berani ninja kau..Ya..!" Bentak manajer Rakhes.
"Ternyata benar itu putra keluarga Devgan?" Dalam hati Rahul membatin.
Saat itu Pandev mendekat sambil membawa sebotol win, mendekat tersenyum sinis.
"Berani benar kamu pukul anak keluarga Devgan, kamu orang pertama yang berani berbuat begitu di seluruh kota Mumbai. Tau kamu lagi main main sama siapa?"
"Apa maksudmu?" Rahul menatapnya tanpa berubah sedikitpun ekpresi di wajahnya.
"Anak keluarga Devgan meminta aku memecahkan aset masa depanmu, besar ngak jadi urusannya?" Kata Pandev sambil tertawa.
"Memang benar, kalau kamu mampu melakukannya, silakan! Aku jamin kamu akan lumpuh seumur hidup. Ngak percaya!" Rahul balas dengan nada dingin.
"Hey, bocah sampah. Kamu pingin cari mati!"
Pandev melempar botol Wi kearah Rahul dan kakinya langsung menendang.
Rahul menghindar dan menangkap kaki Pandev dan mematahkannya.
KRAK....!
Suara tulang patah jelas terdengar di dalam ruangan itu.
Pandev langsung ambruk kelantai memegangi kakinya yang patah dan menjerit keras...
"AAAAH.................!"
Beberapa orang di sekitar Pandev langsung berdiri bergerak mengepung Rahul.
Namun mereka langsung di hajar Rahul habis habisan.
BUGH.....PLAK.....!
"AAAH.........!"
Rentetan pukulan dan tendangan terdengar dan tak satupun dari mereka yang mampu berdiri, dalam hitungan menit mereka semua tumbang di ikuti teriakan teriakan kesakitan.
Tak peduli besar kecil, kurus atau kekar semua di jatuhkan oleh Rahul.
Nantikan kisah cerita ini pada episode selanjutnya bersambung ke Bagian 11.