NovelToon NovelToon
Istri Kontrak CEO Duda

Istri Kontrak CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: sweetmatcha

menceritakan gadis cantik yang berwajah baby face dengan jilbab yang selalu warna pastel dan nude yang menjadi sekretaris untuk melanjutkan hidup dan membantu perekonomian panti tempat dia tinggal dulu. yang terpaksa menikah dengan CEO duda tempat dia berkerja untuk menutupi kelakuan sang ceo yang selalu bergonta ganti pasangan dan yang paling penting untuk menjadi mami dari anaknya CEO yang berusia 3 tahun yang selalu ingin punya mami
dan menurut yang CEO cuman sang seketerasi yang cocok menjadi ibu sambung untuk putri dan pasang yang bisa menutupi kelakuannya
dan bagaimana pernikahan Kontrak ini apakah akan berakhir bahagia atau berakhir sampai kontrak di tentukan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetmatcha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 – Titipan yang Sarat Isyarat

Setelah meeting selesai dan seluruh pihak menyepakati kerja sama strategis, suasana di kafe perlahan mencair. Beberapa staf mulai berkemas, pelayan membersihkan meja, dan rombongan Pak Arga bersiap meninggalkan tempat.

Saat Nayla melangkah ke arah mobil, langkahnya terhenti oleh suara panggilan yang terdengar terlalu manis untuk tulus.

“Mbak Nayla!”

Rini dan Salma—dua sekretaris Pak Natan—menghampirinya dengan senyum penuh maksud. Gaun ketat, parfum menyengat, dan gesture tubuh mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata.

“Boleh titip ini buat Pak Arga, ya?” ucap Rini sambil menyerahkan sebuah paperbag mungil.

“Saya juga ya, Mbak Nayla.” Salma ikut menyodorkan sebuah kotak kecil yang dibungkus pita merah muda.

Nayla menerima keduanya dengan ekspresi netral, meskipun dalam hatinya sudah meracik berbagai spekulasi.

“Oke, nanti saya sampaikan ke Pak Arga, Mbak Rini, Mbak Salma,” jawabnya diplomatis.

“Terima kasih yaaa…” sahut mereka bersamaan, seolah sedang memberikan undangan ulang tahun, bukan jebakan.

Nayla melangkah menuju mobil dengan hati mendesah sinis.

“Demi Tuhan… isinya pasti bukan dokumen. Ini dua cewek pasti pengin naik ke ranjangnya Pak Arga. Emang ya... nggak ngerti malu.”

Sesampainya di mobil, Dion langsung menoleh.

“Ada apa, Nay?”

“Biasa, Mas. Titipan buat Pak Arga.”

Dion melirik paperbag dan kotak yang kini diletakkan Nayla di dashboard. Ia mendengus.

“Gue udah tahu niat mereka. Dan si bos kita itu... kemungkinan besar nerima dengan senyum puas.”

Tak lama kemudian, Nayla menyerahkan barang-barang itu ke kursi belakang.

“Pak, ini titipan dari sekretaris Pak Natan. Mbak Rini dan Mbak Salma.”

Pak Arga hanya melirik sekilas, ekspresinya datar. “Taruh aja di meja saya besok pagi.”

“Baik, Pak.”

Langit mulai menggelap. Waktu menunjukkan hampir pukul setengah enam. Dion menyalakan mesin dan menoleh.

“Pak, kita antar Nayla dulu atau Bapak dulu?”

“Kita antar Nayla dulu aja,” jawab Arga.

“Oke. Nay, apartemen kamu di mana?”

“Di Mentari Residence, Pak. Deket kantor.”

“Ohh, yang deket stasiun itu ya?” Dion mengangguk. “Sip. Kita langsung ke sana.”

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan lobi apartemen. Nayla membuka pintu, lalu menoleh ke belakang.

“Terima kasih ya, Pak Arga. Pak Dion juga. Hati-hati di jalan.”

Senyumnya hangat dan tulus, lalu ia masuk ke gedung.

Mobil kembali melaju, menyisakan keheningan beberapa menit.

Kemudian Dion membuka suara.

“Gra… lo tuh, ya. Kalau menurut gue, udah deh kurangin gaya lo main cewek. Serius aja. Nikah kek. Lu gak capek? Gak malu sama Nabila?”

Ia melirik ke arah Arga sebentar.

“Takutnya nanti Nabila punya adik, tapi dia tahu ibunya bukan yang dulu... bukan siapa-siapa... paham gak, lo?”

Arga menghela napas panjang. Tatapannya kosong menatap jalan.

“Gue udah mikirin itu, Dio. Gue juga sedih, tiap Nabila nanya, ‘Mana Maminya?’”

“Terus? Lu beneran mau nikah lagi? Sama siapa?”

“Gue udah ada kandidat,” jawab Arga lirih. “Gue mau Nayla jadi istri gue. Yang paling penting… jadi ibu buat Nabila.”

Dion sempat menahan napas. Tapi belum sempat ia merespons, Arga menambahkan,

“Kalau soal gue... gue nggak butuh istri buat diri gue, Dio. Gue malas komitmen. Lo tau itu. Hidup gue terkekang kalau ada perempuan ngatur sana-sini.”

Dion spontan menginjak rem dan menepikan mobil.

“Lu gila ya, Gra?” suaranya meninggi. “Gue gak setuju. Gue gak mau Nayla jadi korban dari mainan lo. Hidup dia udah berat, bro. Jangan ditambahin.”

Arga menoleh. Matanya tajam, tapi nadanya tetap tenang.

“Gue nggak minta persetujuan lo, Yon. Gue cuma cerita. Tapi gue serius. Nayla… satu-satunya yang cocok. Bukan buat gaya-gayaan. Tapi buat Nabila. Dan buat keluarga gue juga.”

Dion menatap sahabatnya itu dalam diam. Lalu akhirnya bergumam,

“Kalau lo nyakitin dia, Gra… gue sendiri yang turun tangan.”

Arga hanya mengangguk pelan.

 

Beberapa menit berlalu sebelum Arga balik bertanya, “Ngomong-ngomong, lo kapan nikah sama Mita?”

“Bulan depan,” jawab Dion sambil tersenyum kecil.

“Wah, pasti perusahaan heboh tuh.”

“Yah, lebih heboh kalau lo nikah sama Nayla. Bisa jadi Hari Patah Hati Nasional sekantor.”

Mereka berdua tertawa lepas.

Tiba-tiba ponsel Arga berdering. Di layar muncul tulisan “Mama is calling.”

Ia segera menjawab. “Halo, Ma? Iya, ini Arga. Mau pulang. Oke, Ma. Iya, malam ini nginap di rumah Mama aja.”

Setelah menutup telepon, Dion nyeletuk santai.

“Nyokap lo makin intens ya nyuruh lo nikah?”

Arga mengangguk sambil tertawa kecil. “Iya, biasalah. Sibuk jodohin gue sama anak temennya. Udah muak gue.”

“Trus?”

“Sekarang gue nyari istri bukan buat diri gue, tapi buat Nabila,” kata Arga santai. “Kalau buat diri gue mah gampang. Cewek mana sih yang nolak?”

Nada suaranya ringan, tapi Dion tahu... kali ini sahabatnya itu nggak cuma asal bicara.

Malam mulai turun. Lampu-lampu kota menyala satu per satu.

Dan di tengah arus kendaraan yang padat, pikiran Arga terus melayang. Tentang Nayla. Tentang Nabila. Tentang rumah.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya... ia berpikir tentang keluarga bukan sebagai beban, tapi sebagai tujuan.

1
Herliyanti Kilik
bagus
Merda
Agra...Arga..perhatikan dong thor...kesalahan menulis nama Arga, sampai berbab2..
Merda
Hahhhh baru umur 23 thn, dah jd Sekre CEO, buat kek umur 25 thn, lbh masuk akal...
Miu Miu 🍄🐰
bagus ceritanya seru ...semoga bisa sampai and KK Thor nulisnya 😍
Miu Miu 🍄🐰
lanjut Thor bagus ceritanya 😍
Shishio Makoto
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!