Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Positif
Atas tawaran Dani, Amori akhirnya tetap tinggal di tempat latihan Lucas hingga jadwal pria itu selesai. Selama menunggu, Amori bertukar pesan dengan Nora yang mengingatkannya tentang agenda mereka mengunjungi klinik dokter Thomas untuk pemeriksaan lanjutan. Ia hampir lupa karena beberapa hari belakanagan ia juga tidak minum obat karena merasa tubuhnya baik-baik saja.
Karena jadwalnya nanti malam, Amori berniat untuk meminta izin untuk keluar setelah selesai membuat makan malam untuk Lucas dan Dani.
“Amori, butuh sesuatu?” entah sejak kapan, Lucas sudah ada di hadapannya, berlutut sambil memegang sebuah botol minum yang tutupnya terbuka. Membuat Amori bertanya-tanya, apakah pria itu berlutut di hadapannya memang untuk minum atau karena melihatnya melamun.
“Oh, nggak ada.” Lucas tersenyum, manis sekali, lalu bangkit sambil meremat lembut pundak Amori.
“Sebentar lagi latihannya selesai. Sabar.” katanya lalu kembali ke lapangan, diikuti dengan tatapan Amori yang semakin yakin dengan intuisinya. Lucas sepertinya memang benar tertarik padanya.
Tapi Amori menggeleng cepat. Pun jika intuisinya benar, Amori tidak berniat mengambil kesempatan. Lucas memang tampan, mapan dan yang paling penting memiliki kemungkinan besar tertarik padanya. Tapi posisi Lucas sebagai warga negara luar yang bahkan sama sekali tidak Amori kenal bagaimana sifat sebenarnya, bukan sesuatu yang bisa Amori pertimbangkan. Apalagi saat ini, status mereka ada sebagai pekerja dan pemberi kerja. Rasanya tidak profesional jika Amori menyambut ketertarikan Lucas yang entah atas dasar apa padanya.
Masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba Dani datang dan duduk di sampingnya. “Gimana, is everything fine?”
Amori menganguk. “Nggak ada masalah kok, Dan.” sahut Amori. “Dan, kalau nanti malam aku izin keluar, bisa kan?”
“Bisa. Kamu kan emang punya free time setiap hari. Mau kemana emang?”
“Aku ada janji sama temen.” mulut Dani sangat gatal ingin menanyakan lebih lanjut. Pun nanti informasinya akan ia laporkan pada Lucas. Tapi melihat Amori yang sepertinya tidak ingin memberikan infromasi lebih dari ‘ada janji dengan teman’, Dani jadi urung.
“Jam berapa kamu berangkat? Biar aku antar aja nanti.”
“Gapapa, temen ku mau jemput kok. Aku perginya setelah selesai bikin makan malam, jadi mungkin akan balik agak malam. Nggak apa-apa beneran kan?” Dani mengiyakan dengan tegas. Lagipula kalalu Lucas sampai tahu kalau Amori punya keperluan, tidak mungkin pria itu tidak mengizinkan. Masalahnya disini lebih kepada, Dani tidak memiliki informasi apapun untuk dilaporkan!
Lalu seperti yang Lucas katakan, latihan selesai tak lama kemudian. Mereka bertiga berjalan beriringan ke pelataran parkir, dengan Lucas yang terus berusaha menyamai langkah Amori yang tidak selebar miliknya.
“Dan, mampir dulu ke Nordic. Tadi Ari bilang udah pesan bahan buat nanti malam sampai besok.” kata Lucas setelah berhasil membuat Amori duduk di bangku belakang bersamanya. Gadis itu sempat kaget, tapi karena tenaganya kurang kuat ia berakhir pasrah.
“Loh, bukannya masih ada?” Lucas mengedikkan bahunya asal lalu menyandarkan kepalanya di pundak Amori yang sempat tegang karena kaget. Lagi.
“Saya berat, nggak?” Amori sampai menahan napas ketika Lucas agak mendongak untuk melihat wajahnya. Dengan kaku Amori menggeleng sebagai jawaban, dan gerak-geriknya yang canggung itu membuat Lucas terkekeh.
Sepanjang perjalanan Amori hampir tidak bergerak sedikitpun. Ia takut mengganggu Lucas yang terlihat kelelahan dan langsung tertidur lelap sesaat setelah kepalanya menyandar pada bahu Amori. Bahkan Dani harus turun sendiri untuk mengambil pesanan Ari hanya agar istirahat Lucas tidak terganggu.
Sesaat setelah sampai kediaman, Amori langsung bersiap untuk mengolah makan malam. Ia tidak ingin terlambat dan membuat Nora menunggu. Bisa diceramahi berjam-jam dia kalau itu sampai terjadi.
Jadi setelah selesai menata makanan yang sudah selesai ia masak di atas meja makan, Amori langsung membangunkan Dani. Ia mengetuk pintu kayu di hadapannya tiga kali sampai terdengar sahutan redam dari dalam.
“Dan, makanannya udah siap.” untuk beberapa saat tidak terdengar sahutan dari dalam sana. Sampai akhirnya pintu kamar Dani terbuka dan memperlihatkan wajah kuyu pria itu.
“Mor, tolong bangunin Lucas ya. Aku nanti nyusul, mau mandi dulu.” katanya sambil berlalu dan menggaruk kepala. Sementara itu Amori agak ragu. Biasanya tugas membangunkan Lucas adalah tugas Dani. Waktu itu Dani dan Gaby pernah bercanda, katanya Lucas biasa tidur dalam keadaan yang hanya menggunakan celana dalam. Amori jadi takut untuk membangunkan pria itu.
Tapi karena Lucas punya jadwal minum vitamin dan obat yang terjadwal, Amori mau tidak mau harus membangunkan pria itu. Ia pun naik ke lantai dua, mengetuk pintu kamar Lucas, dan memanggilnya cukup keras. Berharap pria itu bisa langsung bangun tanpa dirinya harus masuk.
Amori langsung mengelus dada ketika akhirnya pintu terbuka, dan Lucas muncul dengan rambut yang berantakan. Bagian bawah tubuhnya sudah ditutupi dengan celana panjang sementara tubuh bagian atasnya telanjang tak tertutup apapun.
Entah apakah Amori harus bersyukur atau mengutuk Lucas.
“Makanannya udah siap.”
“Okay, thank you.” Amori serasa sedang diberikan latihan jantung oleh Lucas. Entah sudah berapa kali dalam satu hari ini Amori dibuat kaget sampai mematung.
Pasalnya sebelum berjalan melewatinya, pria itu sempat-sempatnya mengecup pelipis Amori. Entah apakah itu memang budaya orang Belanda atau hanya Lucas yang kurang normal karena suka sekali memberikan kejutan kecil.
Beruntung Amori tidak harus terjebak dalam suasana canggung bersama Lucas karena tak lama Dani. Melihat pria itu datang diam-diam Amori menghela dan langsung beranjak dari meja makan.
“Udah mau jalan?” Lucas mengerut bingung mendengar asistennya bertanya pada Amori. Menyadari kebingungan Lucas, Dani memaki di dalam hati. Ia baru ingat kalau dirinya belum sempat mengatakan bahwa malam ini Amori akan keluar untuk urusan pribadi.
“Aku berangkat, ya. Vitamin sama obatnya udah aku taruh di kotak obat. Bye.” belum sempat Lucas menahan dan meminta penjelasan, Amori sudah lebih dulu berlalu dan menghilang di dalam lift. Dani langsung mengerut karena tatapan tajam Lucas padanya benar-benar menyeramkan.
***
Amori yang masih berbaring di ranjang periksa mendadak kaku. Hasil pemeriksaan urinnya telah keluar dan hasilnya sungguh di luar perkiraan.
“Jadi, positif dok?”
***
Bersambung....