Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Kesedihan Alona
Karena kondisi Alona sudah mulai membaik, akhirnya ners Zaki diantar pulang bersama usi dan papa oleh Kapten Jefry Wijaya sahabat Vier sejak kecil. Alona di ruang VIP hanya ditemani suaminya. Sedangkan ada dua anggotanya yang berjaga di luar. Selesai membersihkan dirinya, Vier menghampiri istrinya.
"Mas, makan dulu."
"Iya sayang, gampang. Nanti mas makan."
"Ade ngak mau mas sakit."
"Mas akan sehat buat kamu sayang." Vier mencium Alona. Karena baru operasi Alona belum bisa makan berat. Hanya bubur yang di belender bersama sayuran dan daging. "Mas suapin ya?"
"Iya, tetapi janji habis ini mas harus makan."
"Siap dokter cintaku." Vier mengatur tempat tidur Alona, agar nyaman buat makan. Vier dengan telaten menyuapi istrinya pelan - pelan. Selesai istrinya Alona makan, Vier pun makan. Sekarang mereka sudah tidur berdua di atas satu tempat tidur. Alona sudah bisa bergerak menyamping agar dia bisa memeluk suaminya.
"Mas, adek tahu kalau anak kita sudah ngak ada di perutku." Vier mencium kening istrinya sangat mesra.
"Maafkan mas, andai tadi mas bisa jemput, atau melarang kamu naik grap pasti tidak ada kejadian ini. Maafkan mas , sayang."
"Mas, tidak kecewakan ade belum bisa memberikan turunan buat mas."
"Kamu selamat dan sehat saja sudah bersyukur."
"Nanti kalau adek sudah pulih, kita program lagi ya." Vier meneteskan air matanya, dia tahu bahwa istrinya tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya dan kandungannya. Vier memeluk istrinya dan mengangguk.
"I love you sayang."
"Love you more mas."
Sudah hampir satu minggu Alona di rumah sakit. Setiap hari semenjak di ijinkan dokter Alona terus berlatih berjalan agar masa otot di kakinya tidak kaku. Mama dan papanya telephone tetapi Alona dan Vier tidak memberitahukan kondisi Alona. Hanya mereka tahu, Alona kelelahan dan mengalami keguguran.
Dokter Alona sudah diijinkan pulang, namun hari ini dia akan berkonsultasi dengan dokter kandungan. Semua perlengkapan yang di bawa ke rumah sakit sudah dibereskan dibantu suaminya dan bidan Cila. Di poli penyakit dalam ada dokter residen yang membantu Alona memeriksa pasien mereka. Laporan dan kendala tetap disampaikan kepadanya.
Hal terberat pagi Mayor Xavier Anthonio melihat kesedihan istrinya. Namun hal ini harus diketahui oleh dirinya.
"Sudah siap sayang?"
"Sudah mas. Ayo kita ke poli ginekolog" Meskipun sakit Alona tetap tampil prima dengan kencantikan naturalnya, terlihat luka - luka akibat kecelakaan sudah memudar bahkan menghilang. Mereka tetap menunggu giliran, meskipun Alona adalah dokter di rumah sakit ini.
Tampak raut wajah bersedih dari Alona, ketika dokter spesialis kandungan menyampaikan kondisi sebenarnya akibat kecelakaan maut itu yang menyebabkan dua orang meninggal di tempat dan Alona mengalami keguguran. Jari tangan Vier tetap ditautkan pada jari tangan istrinya, sebagai tanda Alona tidak sediri ada dirinya yang tetap setia dan sayang padanya.
"Dokter kemungkinan saya hamil masih bisa kah dokter?"
"Bisa dokter Alona, meskipun kemungkinannya hanya dua puluh persen. Tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil."
"Amin." Vier dan Alona sama - sama mengucapkan kata itu.
"Di Indonesia mungkin sedikit bisa berhasil, namun diluar negeri sana banyak yang mempunyai kasus seperti dokter berhasil. Tetap semangat. Dokter Alona kenal dengan dokter She Yu Tan?"
"Iya kenal. Sama - sama jadi dokter residen di rumah sakit Peking."
"Dia dokter ginekolog terhebat, kemarin saya konsultasi kasus kamu dokter, dan dia menyarankan kamu bertemu dengannya. Mohon maaf Alona nomor handphone kamu saya berikan kepada She."
"Terima kasih dokter, dibalik kesedihanku ada sedikit harapan untuk kami."
Dalam perjalanan pulang, namun Vier tidak menuju arah ke rumah mereka.
"Mas, kita mau ke papa dan usi?"
"Tidak sayang. Adek, mau tahu kan siapa yang berniat jahat sama kamu."
"Adek, sudah memaafkan mereka mas. Biar hukum negara yang memutuskan." Vier langsung mengerem mobil di bahu jalan. Dia mengambil tubuh yang baru pulih membawanya dalam pelukan yang hangat dan mesra.
"Kamu terlalu baik sayang. Namun mas mau kamu harus tahu pelakunya. Disana sudah ada Jefry dan Chris." Akhirnya Alona mengikuti suaminya menuju pengadilan negeri. Sampai di sana Jefry dan Chris sudah menanti.
"Sidangnya baru mau di mulai. Alona tidak mengapa mengikuti sidang ini." Vier melihat ke istrinya.
"Alona harus tahu siapa pelaku yang membuat dia celaka. Saya tidak mau sembunyikan apa pun di hadapannya."
Ruang sidang satu Pengadilan Negeri sudah dihadiri oleh banyak orang. Tampak di deretan kursi pengunjung yang hadir keluarga dsri terdakwa keluarga Fernandes, Mama, papa dan adek Clara ada disana. Mereka tidak menyangka bahwa anak mereka, anak perempuan mereka terlibat kasus ini. Sebagai CO perusahaan Fernandes Grup yang bergerak di bidang hiburan dan makanan Clara memiliki Club yang ilegal serta Cafe dan restoran.
Orangtua Clara menangis, waktu hakim menayakan hal apa yang menyebabkan dia melakukan seperti itu, jawabannya kurang kasih sayang, dan merasa orang yang dia sayang direbut. Hal itu yang memicu Clara melakukan hal bodoh itu. Alona memegang tangan suaminya begitu kuat. Vier memberikan usapan menenangkan pada tangan istrinya dan memeluk dia dengan erat.
Putusan hakim memutuskan dua tersangka yang mengeksekusi di lapangan hukuman seumur hidup, sedangkan Clara dijatuhi hukuman dua puluh tahun penjara. Diakhiri dengan ketukkan palu sidang, maka Clara pun mengemparkan ruangan sidang dengan berteriak sekeras mungkin seperti orang yang mengalami gangguan jiwa, dia memberontak. Chris yang memiliki perasaan tersembunyi kepada Clara meneteskan air matanya. Mamanya Clara seketika langsung pingsan.