Karena kesulitan ekonomi membuat Rustini pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembantu, tapi dia merasa heran karena ternyata setelah datang ke kota dia diharuskan menikah secara siri dengan majikannya.
Dia lebih heran lagi karena tugasnya adalah menyusui bayi, padahal dia masih gadis dan belum pernah melahirkan.
"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.
"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"
Perjanjian apa yang sebenarnya dituliskan oleh Jarwo?
Bayi apa sebenarnya yang harus disusui oleh Rustini?
Gas baca, jangan lupa follow Mak Othor agar tak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Bab 10
Rustini kini dilanda kebingungan dan juga ketakutan yang luar biasa, tentunya karena dia mendapatkan pertanyaan dari majikan wanitanya. Rustini tentunya bingung menjawabnya harus seperti apa, karena pada kenyataannya dia bisa terlihat berjalan dengan tidak normal karena ulah dari Jarwo, suami Ratih.
Kalau dia berkata dengan jujur, sudah pasti kalau dirinya akan terancam untuk dikeluarkan dari pekerjaannya. Sedangkan Rustini begitu membutuhkan pekerjaan itu, dia juga sudah memakai uang yang diberikan oleh Jarwo.
Wanita muda itu langsung memutar otaknya dengan begitu keras, kepalanya sampai terasa berdenyut nyeri. Hingga tidak lama kemudian sebuah ide pun muncul di otaknya.
"Saya jatuh, Nyonya. Kaki saya sepertinya keseleo," jawab Rustini.
Ratih tentunya merasa kaget mendengar jawaban dari Rustini, karena itu artinya wanita muda yang ada di hadapannya hidupnya sangat teledor.
"Kenapa bisa jatuh? Kenapa kamu hidupnya begitu teledor? Malam ini adalah jatah kamu menyusui anak saya, kalau kamu sakit begini bagaimana hah?"
Rustini tentunya merasa ketakutan mendapatkan teguran seperti itu dari Ratih, wanita itu terlihat begitu marah sekali kepada dirinya. Rustini kembali memikirkan kata apa yang pas yang harus dikatakan kepada wanita itu.
"A--- anu, Nyonya. Dada saya tak apa-apa, cuma kaki saya yang agak sakit. Nanti setelah saya pakein balsem juga sembuh," ujar Rustini.
"Benar juga, ya sudah sana makan yang banyak. Minta sama bi Neneng apa yang kamu butuhkan, janga sampai anak saya nanti kekurangan susu."
"I--- iya, Nyonya."
Rustini cepat-cepat ke dapur dan segera makan yang banyak agar dia tidak sakit, banyak perempuan yang ada di dapur menatap dirinya dengan tatapan heran. Ada juga yang merasa kasihan, tetapi Rustini pura-pura tidak peduli.
Saat ini yang terpenting adalah dirinya makan dengan cepat, setelah itu dia harus memulihkan kondisi badannya yang dirasa tidak baik-baik saja. Badannya terasa remuk redam, area intinya juga begitu sakit seperti sobek dengan lebar.
"Bi Neneng, aku boleh minta obat anti nyeri sama balsem gak?" tanya Rustini setelah dia selesai makan.
"Boleh, sebentar."
Bi Neneng mengambilkan obat anti nyeri dan juga balsem yang diminta oleh Rustini, setelah itu memberikannya dan meminta Rustini untuk cepat kembali ke kamar.
Rustini tentunya menurut, tetapi saat dia hendak masuk ke dalam kamar, seorang wanita bernama Romlah langsung menghampiri Rustini dan menegur wanita itu.
"Aku lihat tadi kamu dimarahi sama nyonya ya? Memangnya kamu kenapa?"
"Nggak kenapa-kenapa, cuma lagi gak enak badan aja."
"Saya, Romlah. Kamu harus sabar, harus ikhlas menjalani semua ini. Karena kita sudah terikat, berontak juga tak aka bisa."
Rustini merasa kalau Romlah juga merupakan wanita miskin seperti dirinya, wanita itu juga pasti mengalami hal yang sama seperti dirinya. Mungkin saja Romlah juga pernah menjadi pemuas bagi Jarwo, makanya mengatakan hal seperti itu.
"Hem, aku paham. Aku pamit masuk dulu ya," ujar Rustini.
"Ya, cepat tidur. Karena jam satu malam kamu harus menyusui lagi, lumayan tidur sebentar."
"Ya," jawab Rustini.
Selepas minum obat dan membaluri tubuhnya dengan balsem, Rustini merebahkan tubuhnya. Dia ingin tidur dulu, biar saat menyusui tak terlalu mengantuk.
Pukul satu malam Ratih membangunkan Rustini dengan kasar, wanita itu sampai kaget dibuatnya. Ratih memang tak berperikemanusiaan, ingin marah tapi tak bisa.
"Cepat buka baju dan lakukan tugas kamu," ujar Ratih setelah mereka tiba di dalam kamar yang ada di lantai dua.
"Iya," jawab Rustini patuh.
Seperti biasanya, setelah membuka baju dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Rustini akan diminta untuk menggunakan penutup mata saat menyusui bayi milik Ratih itu.
Rustini awalnya pasrah saja, tetapi tiba-tiba rasa penasarannya muncul begitu besar ketika Ratih mengatakan ingin pergi sebentar ke kamar mandi.
"Saya akan ke kamar mandi, perut saya mulas. Kamu anteng-anteng menyusui bayi saya, jangan sampai nanti saya marah."
Rustini menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan, tetapi setelah wanita itu masuk ke dalam kamar mandi, terus ini yang begitu penasaran membuka sedikit penutup matanya.
Sungguh dia ingin tahu bayi berapa bulan yang dia susui, atau mungkin anak Ratih itu sudah berusia lebih dari 2 tahun, tetapi tidak mau disapih. Makanya mencari wanita pengganti untuk anaknya itu.
Saat Rustini membuka sedikit penutup matanya, dia rasanya ingin berteriak saja. Namun, dengan cepat dia menutup bibirnya dengan telapak tangannya.
Ada rasa takut yang begitu besar saat ini dia rasakan, karena ternyata yang menyusu kepada dirinya itu bukanlah bayi biasa. Ukurannya memang seperti bayi berusia beberapa bulan, tetapi wajah bayi itu terlihat begitu tua.
Telinganya panjang, wajahnya keriput. Seluruh tubuhnya kisut, kuku tangan dan juga kakinya panjang panjang. Yang membuat dia takut, wajahnya seperti manusia berusia ratusan tahun, wajahnya seperti tengkorak terbalut kulit saja.
Namun, bibirnya terlihat begitu kuat saat menyesap ujung dadanya. Bahkan kedua tangannya begitu aktif bergerak untuk bermain dengan ujung dada satunya.
Rustini menjadi bertanya-tanya di dalam hatinya, apakah yang dia susui itu benar-benar bayi atau makhluk lainnya. Rustini kebingungan saat ini.
'Duh Gusti, bayi apa yang sedang aku susui?' tanya Rustini dalam hati.
Mak Reader mau lihat gimana perjuangan mu dulu Jarwo
gak juga kali ngejelasin nya 😫🤦♀️