Dari kecil Raka tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, Ibu nya selingkuh saat ia baru berusia satu tahun. dan saat itu Ayah nya tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan.
Sampai Raka di usia 22 tahun, Ayah nya memutuskan untuk menikah dengan janda satu orang anak.
Disanalah hidupnya berubah setelah berkenalan dengan Adik tirinya bernama Nadine, Nadine baru berusia 20 tahun, mahasiswi semester 4 jurusan Tata boga.Dan ternyata mereka satu kampus.
Nadine tidak ikut tinggal dengan keluarga barunya, ia memilih untuk tinggal di apartemen nya, tapi sesekali ia akan menginap di rumah keluarga barunya, dan disanalah Mereka sering bertemu dan berinteraksi. mau di rumah ataupun di luar.
Ada kejadian dimana membuat Raka mulai jatuh cinta dan tertarik kepada Nadine.
kira-kira kejadian Apa ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Halaman Sepuluh
***
Raka bangun lebih dulu, ia mengerjap-ngerjapkan Mata nya. terkejut saat melihat ada Nadine di dalam dekapannya, beberapa detik kemudian ia teringat dengan kejadian semalam.
Raka mengusap wajah nya, bisa-bisa nya ia berbuat begitu. Tapikan lelaki mana coba yang tidak tergoda sama perempuan yang memakai pakaian yang sangat terbuka.
Raka masih mendekap Nadine, ia melirik sekilas ke arah jam. Baru jam Empat Pagi, sepertinya kalau tidur lagi tidak masalah.
Ia memejamkan kembali matanya, tubuhnya terasa hangat dan nyaman ketika tidur saling berpelukan seperti ini. Rasanya ingin seharian begini, tapi itu tidak mungkin terjadi.
Sudah jalan beberapa menit, giliran Nadine yang bangun. Ia memperhatikan Wajah Raka agak lama, setelah itu ia berusaha untuk melepaskan pelukannya dan pelan-pelan turun dari ranjang.
Nadine berjalan menuju kamar mandi, setelah masuk. Ia menyenderkan tubuhnya pada pintu kamar mandi.
“Gila, kenapa semalam Gue langsung confess. Setelah ini Bang Raka bakalan ngejauh nggak ya?”
Nadine benar-benar merutuki kelakuannya itu, padahal rencana awal mau di pendam dulu. mungkin karena terbawa suasana setelah mereka melakukan ciuman, jadi otaknya nganggap kalau Raka juga menyukainya.
Nadine menghela napasnya, ia mencuci wajahnya dan keluar dari kamar mandi.
Ia terkejut saat melihat Raka sudah bangun dan menyenderkan kepalanya pada headboard, jantungnya kembali berdebar saat mendengar suara Raka yang menyapanya.
“Pagi.”
“Pagi juga, Aku kira Abang belum bangun.” ucap Nadine berusaha menutupi kegugupannya.
“Sebenarnya sudah bangun dari tadi, tapi tidur lagi.” balas Raka.
Nadine berjalan ke arah ranjang dan duduk di hadapan Raka. “Abang nggak ke kamar Abang?”
“Kamu nggak suka Abang disini? Padahal semalam kamu nggak mau di tinggal.”
“Bukan ngusir, tapi cuma tanya aja. Takutnya ketauan Ibu.”
Raka turun dari ranjang nya. “Kalau gitu Abang ke pergi dulu.”
Nadine meremas tangan nya sendiri. “Abang Marah?” tanya Nadine dengan suara pelannya.
Raka yang mau membuka jendela kamar Nadine langsung kembali melangkah menuju Nadine, ia berjongkok dihadapan Nadine dan mengangkat dagu Nadine, karena Adik nya itu menundukkan kepalanya
“Hei, Abang nggak marah.” ucapnya. Ia memeluk Nadine sejenak. “Jangan berpikir kalau Abang lagi marah ya, mana mungkin Abang marah sama kamu.”
Cup
Raka mengecup sekilas Bibir Nadine. “Jangan lupa nanti siang kita ketemu Fahri.”
Raka berdiri, sebelum benar-benar pergi. Raka menatap Nadine dengan lekat dan di balas tatapannya oleh Nadine.
“Kalau mau ke luar kamar ata mau pergi kemanapun jangan pakai pakaian terbuka ya, kita nggak akan tahu isi pikiran orang.” ucap Raka. Nadine tanya menganggukan kepalanya.
“Abang balik ke kamar dulu ya.” pamit Raka, tapi sebelum benar-benar pergi ia malah melumat Bibir Nadine sebentar, setelah itu baru ia keluar lewat balkon kamar.
Setelah Raka sudah tidak terlihat lagi, Nadine menyembunyikan wajahnya di atas bantal. wajahnya terasa panas.
“Ini lebih gila.” Nadine menatap langit-langit kamar nya. “Lagian Gue pake baju terbuka cuma di depannya doang.”
Mengingat kejadian semalam dan barusan, Nadine membuang napasnya dengan kasar. “Nggak bilang suka, tapi malah nyium-nyium. Apa coba maksudnya?”
“Lain kali kalau mau di cium lagi harus tanya dulu, kalau belum suka di pending ciumannya.” lanjut Nadine.
.
Di kamar sebelah, Raka langsung mandi setelah dari kamar Nadine. Ada yang menegang di bawah nya saat kembali melihat penampilan Nadine, dan berjuang main solo di dalam kamar mandi.
Sebenarnya semalam juga sama, tapi ia berusaha menahan nya. Ternyata si Kris ya itu lumayan sensitif, biasanya juga kalau bertemu para perempuan yang memakai pakaian terbuka dan membentuk tubuh nya, si Kris nya itu tidak pernah bereaksi.
Beberapa menit kemudian. Raka sudah selesai Mandinya, ia sedang mengeringkan Rambutnya.
“Kayaknya cuma sama Nadine begini.”
Sepertinya ia akan meminta Nadine untuk selalu memakai pakaian agak tertutup, agar is krisnya tidak bereaksi. mungkin semalam masih bisa menahan nya, dan barusan bisa langsung menuntaskan nya karena masih di Rumahnya.
Coba kalau di tempat umum, kan berabe. mana menurut nya nggak enak lagi kalau di tahan begitu.
*
Di jam Sebelas siang, Raka dan Nadine pergi ke kafe untuk menemui Fahri. selama di perjalanan, Perasaan Nadine semakin gelisah.
Kini mereka sudah sampai, masih di dalam mobil. Raka melirik ke samping, menggenggam tangan Nadine.
“Kalau belum siap, bisa kita undur.”
“Jangan, aku siap kok. Cuma agak sedikit gugup aja.” balas Nadine.
Mereka keluar dari dalam mobil, Fahri sudah mengabari Raka kalau dirinya sudah datang.
Saat masuk ke dalam kafe, mereka bisa melihat Fahri sudah menunggu nya. Dengan perasaan campur aduk, mereka mendekat ke meja yang di tempati Fahri.
“Sorry lama.” ucap Raka.
“Aman, duduk-duduk.”
Nadine duduk di samping Raka dan berhadapan dengan Fahri. ia tersenyum kikuk saat Fahri menyapa nya, bingung sebenarnya mau ngomong apa dulu, jadi ia lebih baik menunggu Fahri yang duluan bicara.
“Abang mau Minta Maaf atas nama Ayah sama Mama, Abang tahu kelakuan mereka sangat keterlaluan dan sudah membuat Ibu kamu sakit hati, jujur saat Abang di kasih tahu yang sebenarnya, Abang sempat kecewa. kenapa Abang di lahirkan dari orang tua seperti itu, kalau bisa memilih lebih baik tidak di lahirkan.” Ucap Fahri.
Fahri menundukkan kepalanya sejenak, kemudian kembali menatap Nadine. “Ayah lagi sakit, lumayan sudah lama dan pengen ketemu kamu sama Ibu kamu, mungkin Kamu benci sama Ayah, tapi Abang Mohon sekali aja temui Ayah.” mohon Fahri.
Di bawah meja, Nadine menggenggam erat tangan Raka. Ingin mengeluarkan Suaranya tapi terasa berat.
Suasana di Meja mereka sangat hening, mereka sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Harus berani.” gumam Nadine dalam hatinya.
“Aku mau ketemu Ayah, Abang.” ucap Nadine.
Fahri tersenyum. “Ayah kamu juga, tapi kita makan siang dulu ya. habis itu baru kerumah Abang.” balas Fahri.
“Hemm.”
Mereka memesan beberapa menu, sambil menunggu pesanan nya datang. Nadine memilih untuk memainkan Hp nya, Fahri terus menatap Nadine. Rasanya ia ingin memeluk Adik nya yang selama ini ia cari.
Raka memperhatikan gerak-gerik sahabat nya itu, ia sedikit tidak suka disaat Fahri terus menatap Nadine. Walaupun mereka kakak beradik satu ayah, tetap saja Raka tidak menyukainya.
Raka ini membingungkan, belum yakin sama perasaan nya dan menganggap Nadine hanya sebagai Adik, tapi prilakunya itu malah lebih dari itu. Ia seperti seorang pacar yang sedang cemburu, bukan hanya itu saja, Raka juga malah seenak nya mencium bibir Nadine.
Tadi aja sebelum berangkat ke kafe, saat baru masuk ke dalam Mobil. Ia sempat mencium bibir Nadine, Nadine sempat ingin menghindar tapi pergerakan Raka lebih cepat.