Nania, seorang wanita pekerja kantoran yang tengah merantau di Kota B, tinggal sendirian di sebuah apartemen. Meski berasal dari keluarga berada di sebuah desa di S, ia memilih hidup mandiri. Namun, kemandirian itu tak menutupi sisi lugu dan cerobohnya.
Suatu pagi, saat bersiap menuju kantor, mood Nania langsung terganggu oleh suara musik metal yang keras dari apartemen sebelah. Kesal, ia memutuskan mengetuk pintu untuk menegur tetangganya. Tapi alih-alih menemukan seseorang yang sopan, yang muncul di depannya,muncul seorang lelaki dengan telanjang dada dan hanya mengenakan boxer membuka pintu dan memandangnya dengan acuh tak acuh.
Akankah pertemuan pertama yang tak terduga ini justru menjadi awal dari sesuatu yang manis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Messan Reinafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Masa Kecil
"Fanya, bagaimana keadaan Kai, apa dia baik-baik saja?" suara dari seorang pria diseberang telpon terdengar bergetar menahan tangis.
" Dia mengalami luka yang cukup parah, tapi anda tenang saja tuan Hanson, Kai sudah melewati masa kritisnya"
Fanya Lieber pengacara keluarga Hanson baru saja melangkahkan kaki keluar dari rumah sakit. Ia menghubungi tuan Hanson sekaligus melaporkan kondisi Kai yang masih terbaring lemah di ruang perawatan rumah sakit.
"Aku mohon jaga anakku, Fanya kau satu-satunya sahabat Kai yang paling dekat dengan keluarga kami" pinta pria tua itu terisak. Fanya menghela nafasnya berat.
"Tenang saja tuan, seseorang saat ini menjaganya dengan sangat baik" pandangannya nanar kedepan. mengingat sosok wanita yang ia temui saat menjenguk Kai tadi.
Ingatan Fanya menerawang kembali ke masa lalu. Kai adalah teman masa kecilnya, mereka bersahabat sejak TK karena mommy Fanya merupakan teman dekat Mommy Kai.
Dari kecil Fanya sering kerumah Kai bermain bersama. saat kecil, Fanya anak yang kaku dan susah sekali untuk mendapat teman. Namun karena sikap Kai yang ramah perlahan kepercayaan diri Fanya tumbuh sehingga ia menjadi anak yang lebih PD untuk menggapai mimpi-mimpinya. Karena sering bertemu, diam-diam Fanya memiliki perasaan suka pada Kai.
Saat SMA ia pernah menyatakan perasaannya kepada Kai saat hari valentine. Ia membuat kue coklat buatannya sendiri dan memberikannta sepulang sekolah.
saat Kai menerima coklatnya dengan antusias namun sahabat nya itu hanya terdiam saat Fanya mengungkapkan perasaannya.
hanya kalimat ini yang ia ingat dan cukup membuat hatinya yang sedang berbunga seketika menjadi sakit. "Aku menyayangimu Fanya, seperti seorang adik" kata-kata itu sempat membuatnya putus asa dan membuat hubungan mereka perlahan merenggang
Namun Kai terlihat berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka seperti awal yaitu sebagai sahabat. Ia mulai sering menghubungi Fanya melalui ponsel dan mengajaknya belajar bersama. Meskipun kadang sering ia abaikan dengan alasan sibuk padahal ia berusaha untuk menghindar karena tidak mau hatinya bertambah sakit harus bertemu dengan orang yang ia cintai.
Kai selalu hadir saat Fanya membutuhkan, mendukung nya dengan sepenuh hati.
Hingga pada hari itu, saat Kai kehilangan sebagian hidupnya. Mommynya meninggal disaat usia mereka masih belia.
Kai yang tadinya adalah anak yang ceria berubah menjadi pendiam. Ia lebih suka menyendiri bermain musik di kamarnya.
Ditambah saat itu Fanya sedang fokus pada pendidikannya mempersiapkan diri menjadi seorang pengacara.
Sempat tidak saling menghubungi dalam waktu cukup lama, dan saat kelulusan Fanya memutuskan mendaftar di fakultas hukum di kota J, sedangkan Kai mengambil jurusan seni bertahan di kota B, ia tidak ingin meninggalkan papanya sendiri meskipun saat itu tuan Hanson sudah menikah lagi dengan seorang janda.
bahkan sebelum ke kota J, Fanya tidak sempat berpamitan kepada Kai.
sampai suatu saat, beberapa hari yang lalu Kai tiba-tiba menghubunginya minta bantuan untuk mengurus kepindahan Tuan Hanson ke negeri seberang dan mengurus perusahaannya untuk sementara waktu.
Namun kejadian kemarin cukup membuat dada Fanya sesak, kejadian penembakan oleh seorang pengusaha terkenal hampir saja merenggut nyawa orang yang dicintainya.
Ingin secepat kilat ia menuju rumah sakit malam itu, tapi ada kasus yang tidak bisa ia tinggalkan.
Namun hari ini setelah melihat kondisi Kai yang tidak sadarkan diri membuat hatinya terenyuh, cukup lama ia memandangi tubuh Kai yang kaku tidak sadarkan diri.
Hingga lamunan nya dikagetkan oleh sosok wanita yang menjadi alasan Kai berjuang melawan semua musuhnya sendirian. Ada perasaan kesal saat Fanya melihat wanita itu hadir dihadapannya. Tapi ia tahu, Kai sangat mencintainya dan ia tidak mau merusak kebahagian Kai.
Fanya mencoba mengubur perasaannya dalam-dalam. untuk saat ini ia akan melakukan yang terbaik untuk keluarga Hanson. Melupakan sejenak rasa yang masih tersisa didadanya.
***
Mata Nania fokus memperhatikan garis-garis dimonitor yang naik turun. Ia menghela nafas berat sesekali melirik dada Kai yang naik turun perlahan ingin memastikan pria yang terbujur didepannya masih bernafas.
ia meremas tangannya yang dingin mengusapnya perlahan, matanya berkaca-kaca berharap keajaiban segera datang pada pria yang ia cintai yang saat ini sedang berjuang dengan selang oksigen di hidungnya
"Na...lihat!" seru Anggara mengagetkan Nania.
"Ada Apa?" tanya Nania penasaran menoleh kearahnya.
ia menunjuk telunjuk Kai yang bergerak.
Mata Nania berbinar, nafasnya tertahan. Keajaiban yang ia tunggu-tunggu akhirnya terjadi. "Kai?! apa kamu mendengarku?" tanyanya berbisik.
senyumnya melebar sekilas kearah Anggara yang tersenyum getir.
"Sebentar, aku akan panggilkan dokter" Anggara beranjak bangkit dari sofa menuju ruangan dokter jaga.
sekelebat dokter dan perawat berlarian ke kamar Kai memastikan kondisinya.
Anggara melambatkan jalannya dibelakang. sorot matanya kedepan memandang para medis yang berlarian dengan tatapan datar.
Ia senang melihat kondisi Kai yang terbangun dari masa kritisnya, namun disisi lain hatinya serasa tertusuk mengingat inilah saatnya dimana ia harus merelakan Nania pergi dari sisinya.