NovelToon NovelToon
Ku Dapat Dudamu

Ku Dapat Dudamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: housewife

Dalam perjalanan pulang dari kantor Sheryl tiba-tiba bertemu dengan cinta monyetnya waktu SMA yang pernah membuatnya patah hati, tapi ternyata dia sudah punya anak. Akankah cinta itu tumbuh lagi setelah 10 tahun berlalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon housewife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinner bersama

 Setelah kejadian itu Lusi perlahan-lahan mulai menunjukan perubahan, dia mulai banyak bicara, menyibukkan diri dengan hal-hal kecil untuk mengalihkan pikirannya misalnya saja dengan membaca buku, menonton tv atau mengobrol dengan orang-orang di rumahnya. Sedikit-sedikit dia sudah mau makan, karena kalau dia tidak mau makan Papa dan Mamanya selalu mengancamnya akan menelpon rumah sakit jiwa. Tubuhnya yang kurus kini mulai berisi begitupun dengan pipinya yang tirus sekarang sudah mulai terlihat chubby lagi. Mamanya pun mengajak dirinya ke spa untuk melakukan beberapa perawatan supaya pikirannya rileks, Lusi pun menikmati setiap pelayanan yang diberikan kepadanya.

  Dua minggu kemudian, Lusi sudah kelihatan lebih rileks dan aura wajahnya pun lebih cerah. Senyum yang lama tidak tampak di wajahnya kini mulai bisa dilihat kembali oleh orang-orang di sekitarnya. Darmawan menganggap ini semua berkat Bimo, dia ingin berterima kasih karena Bimo telah membantu mengembalikan keceriaan anaknya.

'Aku memang tidak salah pilih, Bimo adalah orang yang tepat untuk Lusi' ucap Darmawan dalam hati.

  Lalu Darmawan berencana mengajak Desi dan Lusi berkunjung ke rumah Rendi. Sebelumnya Darmawan sudah janjian mau makan malam bersama di rumah Rendi.

"Sore ini Papa mau mengajak kamu dan Mama kamu main ke rumah Pak Rendi." ucap Darmawan.

" Untuk apa Pa?" tanya Lusi.

"Kamu harus minta maaf atas sikap kamu tempo hari terhadap Bimo. Kamu sudah mengusir seorang tamu, bukankah itu tidak sopan?" ujar Darmawan.

"Tapi Pa kan dia duluan yang..." ucap Lusi terpotong.

"Ssh tidak ada tapi tapi. Sekarang kamu dan mama siap-siap sana dandan yang cantik." suruh Darmawan.

"Sekarang Pa?" tanya Lusi.

"Iya kan Papa bilang sore ini, nah ini sudah sore kan? Ayo sana cepat." ujar Darmawan.

"Iya iyaa..." sahut Lusi cemberut.

 Tidak lama kemudian mereka pun sudah siap berangkat. Mereka diantar oleh supir. Sementara itu di Jl.Kesejahteraan no.10 Rendi dan Bimo pun sudah siap untuk menyambut tamu mereka.

Setibanya di sana mereka turun dari mobil dan langsung di sambut oleh Rendi.

"Assalamu'alaikum" sapa Darmawan.

"Wa'alaikumsalam, haha akhirnya sampai juga gimana di jalan macet ya?" tanya Rendi sambil berjabat tangan.

"Ya macet memang makanan sehari-hari haha.." jawab Darmawan.

Mereka semua saling berjabat tangan dan ketika Lusi memberi salam Rendi pangling melihatnya.

"Ini Lusi?" tanya Rendi.

"Iya Om” jawab Lusi.

"Wah Om sampai nggak ngenalin wajah kamu hahaa. Ayo semuanya silakan masuk sini anggap saja rumah sendiri." ucap Rendi melangkah ke ruang tamu dan mempersilakan mereka duduk.

"Bagaimana kabarnya semuanya sehat kan?" tanya Rendi.

"Alhamdulillah kami semua sehat." jawab Desi tersenyum.

"Kakak-kakaknya Lusi tidak pernah kelihatan di mana mereka?" tanya Rendi.

"Mereka sudah berumah tangga hanya datang ketika liburan saja." jawab Desi.

"Mana Bimo, kok tidak kelihatan?" tanya Darmawan.

"Ada kok dia tadi sedang mandi, mungkin sebentar lagi keluar."

"Pa." panggil Bimo yang tiba tiba muncul di belakang.

"Nah ini anaknya, ayo sana beri salam dulu." ucap Rendi ke Bimo.

"Halo Om ,Tante." sapa Bimo sambil mencium tangan.

Ketika berhadapan dengan Lusi Bimo bersalaman dengan malu. Jiwa playboy nya meronta-ronta kalau melihat cewek cantik.

 'Gila beda banget sama yang kemarin, cantik juga. Tahan Bimo jangan mudah tergoda. Sabar ini ujian.' gumamnya dalam hati.

Lusi pun membalas salamannya dengan cuek.

"Kedatangan kami ke sini selain mau bersilaturahim juga sekaligus Lusi mau meminta maaf apabila kemarin sikapnya kurang berkenan. Lusi, ayo bilang maaf ke Pak Rendi dan Bimo." ucap Darmawan.

"Maafkan saya ya Om atas kejadian kemarin dan juga kepada Bimo saya minta maaf karena sudah tidak sopan mengusir dia sewaktu bertamu." ucap Lusi.

"Tidak apa-apa Om juga tidak mengambil hati, tidak usah dipikirkan yang penting sekarang Om ikut senang melihat kamu sudah ceria seperti ini. Bukan begitu Bimo? tanya Rendi.

"I-iya ngga apa-apa santai aja." jawab Bimo cengengesan.

  Mereka pun berbincang-bincang mengenai banyak hal sambil menikmati teh hangat dan camilan yang ada. Hanya Lusi yang pendiam dan hanya senyum-senyum saja saat ditanya. Rendi menyarankan agar Bimo menemani Lusi melihat-lihat tamannya supaya tidak bosan. Bimo pun mengiyakan.

"Silakan lewat sini." ucap Bimo.

"Terimakasih." jawab Lusi.

  Sambil menikmati sore di taman yang dihiasi berbagai macam tanaman hias dan juga lampu yang mulai dinyalakan, Bimo pun memulai perbincangan.

"Gimana, kamu udah merasa lebih baik sekarang?" tanya Bimo canggung karena sekarang mereka cuma berdua.

"Ya Alhamdulillah sudah." jawab Lusi.

"Maaf kalau tempo hari aku ikut campur urusan kamu, waktu itu aku merasa harus melakukannya. Jujur aku ngga siap melihat orang jatuh dari balkon." sindir Bimo untuk mencairkan suasana.

Spontan saja Lusi langsung melototi Bimo.

"Kamu nemenin aku cuma mau ngeledek?" tanya Lusi dengan melipat tangannya di depan dada.

"Maaf aku cuma bercanda, galak banget." jawab Bimo dan lagi-lagi Lusi memelototinya.

"Kalau dibandingkan kemarin kamu berubah drastis, apa ada sesuatu yang bikin kamu cepat move on? Atau jangan-jangan gara-gara takut disuntik ya?" tanya Bimo meledek lagi.

"Kamu tuh...." ucap Lusi kesal. Dia menarik napas dalam dan menghelanya kemudian melanjutkan kata-katanya.

"Yah jujur aku akui berkat kamu aku bisa seperti sekarang ini. Mungkin kalau kamu sama Papamu nggak datang waktu itu, aku nggak akan ada disini saat ini. So... Thanks ya." ucap Lusi tulus.

"Iya sama-sama, kalau boleh tahu apa sih yang ada dipikiran kamu pada saat kamu mau bunuh diri? Kan kasihan orang tua kamu. Memangnya kamu nggak tau kalau itu dosa? Dan memangnya kamu udah siap mempertanggungjawabkan perbuatan kamu itu di hadapan Tuhan nantinya?" tanya Bimo.

"Iya aku tau itu dosa, saat itu yang ada di pikiranku hanya mati, aku nggak mau hidup lagi saking sakitnya hati ini karena tadinya aku sangat mencintai mantanku itu, dia selingkuh dengan sahabatku ,mereka menusukku dari belakang. Aku dibutakan oleh kesedihanku sehingga aku tidak berpikir jernih." jawab Lusi.

"Sekarang apa kamu masih cinta sama dia?"tanya Bimo.

"Yah memang tidak mudah untuk melupakan semua itu butuh waktu. Tapi aku sedang berusaha menepis perasaan itu dari otakku." jawab Lusi.

"Baguslah kalau begitu, kalau kamu butuh bantuan telepon aja aku." ucap Bimo gombal.

"Bantuan apa?" tanya Lusi.

"Bantuan untuk ngelupain mantan kamu lah, hehee..." jawab Bimo sambil cengar cengir.

"Haah... Dasar cowok gombal." gumam Lusi.

"Eh iya pertanyaanku yang tadi belum kamu jawab." kata Bimo.

"Pertanyaan yang mana?" tanya Lusi bingung.

"Apa bener kamu takut disuntik?" goda Bimo lagi.

" Ini orang ya bener-bener ngajak ribut deh, udah ah aku mau masuk." ucap Lusi kesal.

Dia pun cepat-cepat kembali ke dalam karena dia merasakan panas di wajahnya yang merona karena malu. Bimo yang melihatnya hanya bisa menertawakannya.

  Setelah beberapa lama, makan malam pun sudah siap. Mereka pun diarahkan ke meja makan untuk menikmati hidangan makan malam. Suasana berjalan lancar dan harmonis antara dua keluarga tersebut.

  Setelah selesai makan malam mereka memutuskan untuk pulang.

"Rendi kami pamit dulu, terima kasih lho makanannya enak-enak semua." ucap Darmawan sambil berjabat tangan dengan Rendi.

"Syukurlah kalau hidangannya cocok dengan selera kalian." ucap Rendi.

"Kapan-kapan gantian Pak Rendi dan Bimo yang dinner ke rumah kami, ya Pa?"

"Betul itu." jawab darmawan

"Insya Allah next time lah ya,haha..." ujar Rendi.

"Bimo, Om sangat berterima kasih sama kamu berkat saran dari kamu keadaan Lusi sudah membaik." ucap Darmawan.

"Ah bukan apa-apa Om saya nggak melakukan apa-apa" , lalu Bimo setengah berbisik "saya cuma kepikiran untuk menakut-nakuti anak Om saja, hehee." ucap Bimo ke Darmawan.

"Hahaa apa pun itu Bimo, Om sangat bersyukur. Sudah ya kami pulang dulu, assalamu'alaikum.

"Wa'alaikumsalam" jawab Rendi dan Bimo.

***

  Setelah para tamu pulang rumah Rendi kembali sepi hanya ada Rendi dan Bimo. Menjelang waktu tidur mereka berbincang-bincang di ruang tengah.

"Bim bagaimana menurut kamu?"tanya Rendi.

"Apanya Pa?" Bimo bertanya balik.

"Si Lusi, gimana menurut kamu? Cantik nggak?" tanya Rendi.

"Ehem, e...ya lumayan lah." jawab Bimo.

"Akh kamu mau bilang iya saja gengsi betul." ucap Rendi.

" Kamu mau ngga sama dia?"lanjut Rendi.

"Papa nih to the point banget. Baru juga kenal." jawab Bimo santai.

"PDKT dong, bukannya kamu jago urusan pdkt?" goda Rendi.

"Itu kan pdkt cuma buat pacaran main-main aja ibaratnya cinta sesaat, yang ini kan beda. Kita sudah lihat sendiri kan kalau dia udah sakit hati kayak gimana, ngeri Pa. Takutnya aku ngga bisa jaga hati dia, takut menyakiti hati dia." jawab Bimo.

"Itu kan kalau kamu ngga serius, kalau cowoknya serius ceweknya ngga bakal sakit hati lah." sanggah Rendi sambil mengirim sebuah pesan ke ponsel Bimo.Ponsel Bimo pun berbunyi.

"Itu nomor Lusi sudah Papa kirimkan ke kamu. Papa minta sama Pak Darmawan. Barang kali kamu mau ngobrol sama dia. Silakan kamu pertimbangkan baik-baik. Papa kasih tahu ya, kamu sudah dewasa Bim harus sudah bisa berpikir mana yang mendatangkan manfaat, mana yang tidak. Kamu sudah tahu apa yang akan kita dapat kalau kamu bersedia menikah dengan Lusi. Papa bisa mengembangkan usaha Papa dan kalau berhasil itu kan untuk masa depan kamu juga, memangnya siapa yang akan meneruskan usaha Papa sedangkan anak Papa cuma kamu. Kalau kamu tidak mau ya sudah jangan minta modal terus ke Papa. Kalau usahamu gagal terus yang rugi Papa kan?" ucap Rendi serius.

"Ih Papa sadis bener sama anak." ucap Bimo.

"Lah ini bukan masalah sadis atau tega, kamu kan bisa matematika silakan hitung sendiri berapa modal berapa pemasukan. Masa yang kayak gitu harus diajarin lagi? Sudahlah lebih baik kamu pikirkan baik-baik semuanya jangan cuma memikirkan diri kamu sendiri." ujar Rendi.

Bimo mendengarkan ucapan Papanya tanpa membantah karena semua yang dikatakan Papanya benar adanya.

"Sudah ya Papa masuk kamar dulu." kata Rendi.

Bimo masih terdiam di ruang tengah memikirkan kata-kata Rendi. Dia pun merenung dalam hati.

'Apa iya selama ini aku sudah egois? Kalau dipikir-pikir Papa sudah lama menduda sejak aku SMP. Padahal kalau mau bisa saja Papa menikah lagi. Tapi Papa mempertimbangkan perasaanku dan memilih melanjutkan hidup dengan menyibukkan dirinya bekerja keras memajukan usahanya. Sedangkan aku hanya bisa menghabiskan uangnya. Modal yang aku peroleh dari Papa juga belum bisa balik sepenuhnya. Restoran yang aku buka kini sepi pengunjung karena persaingan yang ketat. Padahal aku sudah memprediksi restoranku bakal ramai karena aku mendirikannya di kawasan perkantoran. Tadinya aku ingin mandiri dan sukses dengan usahaku sendiri seperti Papa. Tapi malah merugikan Papa. Akh aku jadi pusing!'

  Bimo beranjak ke kamarnya. Dia berbaring di kasurnya dan melirik ke ponselnya. Diambilnya ponsel itu dan dilihatnya pesan dari Papanya. Sebuah nomor kontak yang dikirimkan kepadanya.

'Aku save saja dulu lah.' ucapnya dalam hati.

Setelah menyimpan nomornya Bimo kembali berpikir.

'Apa aku kirim pesan aja ya ke dia? Nge-test dikit ngga apa-apa kan, anggap aja sekedar tukeran nomor.'

Bimo mulai mengetik pesan : "ini nomor aku save ya, Bimo"

Lalu Bimo ragu untuk mengklik tombol "kirim" jadi dia meletakkan kembali HPnya di bantal.

"kirim, nggak, kirim, nggak... Kata orang kalau kita ragu-ragu mendingan nggak usah, ya udahlah aku hapus aja." gumamnya.

Begitu dia menggenggam kembali HPnya kebetulan layarnya masih menyala, tidak sengaja Bimo menekan tombol "kirim", entah dengan jari yang mana.

"Oh no...! centang hitam dua berarti belum dibaca, cepetan hapus ah." kata Bimo panik.

Tapi karena terburu-buru yang dia pilih adalah tombol "hapus untuk saya", jadi pesan itu hanya terhapus di HPnya bukan di HP Lusi.

"O...Ow" ucap Bimo sambil menjatuhkan HPnya diatas kasur.

...----------------...

1
Getoutofmyway
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
Almendra Acevedo
Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤
KnuckleBreaker
Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata betapa keren penulisan cerita ini, continue the good work!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!