Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Siang ini Revan terpaksa pergi ke rumah sakit. Sebagai salah seorang pemegang saham di rumah sakit Medika Sejahtera, Revan harus menghadiri rapat laporan semester setiap enam bulan sekali.
Revan tidak sengaja melihat Ayunda yang sedang duduk di halte bus. Jadi dia ingin memberikan tumpangan kepada gadis malang itu yang tujuannya ke rumah sakit juga.
"Terima kasih, pak." ucap Ayunda kepada dosennya itu.
Tanpa bertanya mengapa dan apa urusan dosennya itu ke rumah sakit, Ayunda langsung masuk ke dalam rumah sakit.
Ayunda sudah tidak sabar melihat perkembangan kesehatan sang ibu hari ini. Perlahan Ayunda membuka pintu kamar rawat sang ibu, takut jika ibunya itu sedang tidur. Dan ternyata memang benar, wanita yang ia panggil ibu sedang berbaring sambil memejamkan mata.
Melihat ibunya yang sedang tertidur, Ayunda pun ikut mengistirahatkan tubuhnya dengan duduk bersandar di kursi.
Sudah setengah jam berlalu, Ayunda melihat ibuku tak kunjung sadar. Sang ibu juga tidak terlihat bergerak.
"Bu, ibu." panggil Ayunda dengan lembut.
Kemudian Ayunda menyentuh tangan ibunya karena sang ibu tidak merespon. Namun ibunya tak juga membuka mata. Ayunda mulai cemas dan dia pun segera memanggil perawat.
"Bagai mana keadaan ibu saya, sus ?" Tanya Ayunda.
"Sabar nona, kami akan memanggil dokter untuk memeriksa ibu anda lebih lanjut." jawab perawat itu sambil menekan tombol darurat.
Beberapa detik kemudian dua orang perawat dan seorang dokter masuk kedalam kamar rawat itu. Membuat Ayunda semakin panik dan takut.
"Ada apa dengan ibu saya ?" tanya Ayunda.
"Anda tenang dulu nona, dokter sedang memeriksanya." jawab salah seorang perawat.
Melihat kesibukan perawat dan dokter yang tengah memeriksa ibunya, Ayunda bisa menebak jika keadaan ibunya tidak baik-baik saja. Air mata Ayunda pun langsung jatuh begitu saja.
Ayunda berdoa kepada Tuhan agar sang ibu baik-baik, tapi sayangnya takdir justru berkehendak lain. Sang ibu tercinta telah pergi untuk selamanya.
"Ibu jangan tinggalkan Ayu !!"Ayunda menangis, meratap sambil memeluk tubuh ibunya yang kaku.
"Ibu jangan pergi, hiks hiks hiks, jangan tinggalkan Ayu Bu hiks hiks hiks !" suara tangisan seorang anak yang di tinggal mati ibunya terdengar pilu di telinga.
Revan yang ingin menjenguk ibu Ayunda setelah selesai rapat malah menyaksikan kesedihan Ayunda.
Untuk beberapa saat Revan hanya berdiri diam. Membiarkan gadis itu puas melihat dan memeluk sang ibu untuk terakhir kalinya. Setelah Ayunda lebih tenang barulah Revan bicara.
"Beritahu keluarga dan kerabat mu."
Ayunda langsung menoleh begitu mendengar suara dosennya. Sungguh dia tidak tahu jika ternyata pak Revan ada di sana.
Dengan pandangan mata yang sendu Ayunda menggeleng dan menjawab.
"Kami tidak punya keluarga atau kerabat lain."
Mereka hanya berdua menjalani hidup. Ayunda tidak pernah tahu siapa paman, bibi atau saudara ibu atau saudara almarhum ayahnya.
Dan sekarang Ayunda benar-benar tinggal sendiri.
Kemudian Revan memutuskan untuk membantu Ayunda mengurus jenazah ibunya sampai mengurus pemakamannya.
Meski terlihat dingin, namun Revan memiliki hati yang baik dan peduli. Revan memang tidak memberikan semangat dan pelukan hangat pada Ayunda. Tapi dia bisa membantu prihal materi.
Sore itu juga ibu Ayunda selesai di makamkan. Ayunda masih bersimpuh di sana seolah tidak tega berpisah dengan sang ibu.
"Sebentar lagi malam, ayo pulang!"
Ayunda menoleh ketika lagi-lagi mendengar suara dosennya. Ayunda pikir semua orang sudah pergi, termasuk pak Revan. Rupanya dosennya itu masih di sana.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya