NovelToon NovelToon
七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.

Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.

Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.

Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Paviliun papan misi sudah mulai ramai oleh para murid yang berdatangan. Di tengah kerumunan, Xuanyan berdiri tenang, memandangi kertas misi hitam itu. Kata-kata tentang kultivator iblis terus bergema di kepalanya, seakan berbisik untuk segera bertindak.

Namun sebelum sempat ia masukkan ke lengan bajunya, Penjaga Luo, pria tua penjaga harta, sudah bergerak cepat dan meraih lembaran itu.

“Carilah yang lain, Nak,” kata Luo dengan suara dalam. Ia menggulung kertas itu lalu menyelipkannya ke dalam lengan jubahnya. “Misi itu bukan untukmu. Aku lebih suka melihat naga muda terbang perlahan menembus awan, daripada menyaksikannya terbakar sia-sia karena mencoba menelan matahari.”

Xuanyan terdiam sejenak, menunduk hormat. “Aku mengerti, Senior.”

Penjaga Luo mengangguk, lalu menyodorkan beberapa kertas misi lain. “Ini. Mengawal pedagang jamu, memburu harimau giok, atau membersihkan bandit rawa. Semua cocok untukmu. Dengan menyelesaikan beberapa misi semacam ini, kau akan mendapat pondasi pengalaman.”

Xuanyan menerima lembaran-lembaran itu, matanya sekilas menyapu isinya. Tidak buruk, tapi dadanya tetap bergejolak—api di dalamnya belum juga padam. Ia menangkupkan tangan sekali lagi. “Terima kasih atas perhatian Senior Luo. Murid akan mempertimbangkannya.”

Ia lalu berpamitan, melangkah keluar paviliun.

Luo menatap punggung Xuanyan yang menjauh. Setelah beberapa saat, ia berniat memeriksa kembali kertas misi iblis tadi. Tangannya masuk ke lengan jubah… namun kosong.

Alisnya langsung berkerut. Ia menggeledah dengan hati-hati, tapi tetap tidak ada.

“Hmph…” Senyum tipis terukir di bibir tuanya. “Anak muda zaman sekarang… suka sekali menantang maut. Apa dia kira punya sembilan nyawa?”

Namun sesaat kemudian, tatapan Luo berubah semakin heran. “Tapi… sejak kapan dia mengambilnya? Bahkan aku tidak menyadarinya.”

Di luar paviliun, Xuanyan berjalan tenang di tengah hiruk pikuk murid lain. Namun di dalam genggamannya, kertas hitam itu telah terlipat rapi.

Tatapannya membara. “Misi pertamaku… akan kuselesaikan. Tak peduli seberapa berbahaya, aku tidak akan tinggal diam.”

Ia tidak kembali ke kediamannya. Langkahnya langsung mengarah ke gerbang timur, lalu menuruni jalan berbatu panjang yang menuju kota bawah gunung.

Kota itu bernama Linhai City—sebuah kota ramai yang berada di kaki pegunungan Azure Cloud. Di sana, berbagai pedagang, pemburu, dan kultivator tingkat rendah berlalu lalang. Namun, kabar hilangnya wanita-wanita muda sudah lama menjadi bisikan menakutkan di jalanan.

Xuanyan mengepalkan tangannya lebih erat. “Tunggulah, siapapun kau… aku akan mengakhiri perbuatan iblismu.”

Sementara itu…

Di sebuah tempat yang jauh dari cahaya matahari, kabut merah tebal menutupi seluruh lembah. Aroma amis darah bercampur dengan bau busuk daging busuk. Tulang-belulang manusia berserakan, tengkorak-tengkorak tergeletak membentuk gunungan.

Tiba-tiba, suara teriakan melengking pecah menembus kesunyian.

“Tol… tolong… tidaaak…!”

Di tengah altar batu berlumuran darah, seorang wanita muda berbaring tak berdaya. Kulitnya pucat pasi, tubuhnya gemetar.

Di atasnya, seorang pria berambut merah panjang dengan tubuh kekar bergerak liar. Senyum jahat menyeringai di wajahnya. Tubuh wanita itu perlahan mengering, keriput muncul seakan seluruh kehidupannya disedot.

“Ahhh…” pria itu mendesah panjang, penuh kenikmatan. “Berkultivasi ganda sambil menyerap inti kehidupan… sungguh nikmat tiada tara. Rintihan mereka itu… musik terbaik bagi telingaku.”

Beberapa saat kemudian, tubuh wanita itu benar-benar kering seperti kayu rapuh. Matanya kosong, napasnya lenyap.

Pria itu—Yan Mo—menjilat bibirnya dengan lidah panjang, lalu dengan jijik menendang mayat itu hingga jatuh bergulir ke tumpukan tengkorak.

“Hmph. Sudah habis.” Ia berdiri, mengenakan jubah hitam yang compang-camping. Matanya yang merah menyala berkilat puas.

Ia duduk bersila, memeriksa tubuhnya. Aliran energi hitam meresap ke setiap meridian, menggerakkan inti nascent-nya.

“Heh… sebentar lagi kultivasiku akan meningkat. Dari Nascent Soul lapisan ketiga ke lapisan keempat… hanya butuh beberapa tubuh perawan lagi.”

Ia bangkit, melangkah santai keluar altar. Di jalan, ia terkekeh sendiri. “Wanita desa memang cukup manis, tapi rasanya mulai membosankan. Aku ingin sekali mencicipi murid-murid dari sekte besar… terutama Sekte Azure Cloud. Daging mereka… pasti lebih harum, lebih menggoda.”

Namun sesaat kemudian, wajahnya mengeras. Ia menggertakkan gigi dengan kesal.

“Sialan! Kalau aku menyentuh murid sekte itu, orang-orang kuatnya akan turun tangan sendiri. Itulah alasan mereka tidak mengusikku sampai sekarang—karena aku belum menyentuh aset mereka. Hahaha, betapa munafik! Mereka tahu aku membantai ratusan orang, tapi karena bukan urusan mereka, mereka diam.”

Ia mendengus keras, menendang tengkorak yang bergulir jatuh.

“Karena itu, aku hanya bisa terus menculik dari kota kecil itu… dari rumah bordil murahan… hahahah!”

Langkahnya berhenti di sebuah bukit kecil. Dari atas, ia menatap ke arah Linhai City yang ramai di bawah sana.

Lidahnya menjilat telapak tangannya sendiri, seolah membayangkan rasa daging segar.

“Wanita perawan mana lagi yang harus kumakan, ya…?”

Angin dingin bertiup, membawa kabut merah yang menari di sekeliling tubuhnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!