Kehidupan sempurna. Paras cantik, harta melimpah, suami yang berkuasa. Nayla merasa hidupnya begitu sempurna, sampai ketika Stefan suaminya membawa seorang gadis muda pulang ke rumahnya. Kecewa dan merasa terkhianati membuat Nayla memutuskan untuk menuntut cerai suaminya ...
Dan di saat terpuruknya, ia menerima lagi pinangan dari seorang pria muda bernama Hayden yang menjanjikan kebahagiaan baru padanya ...
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari bersama-sama simak ceritanya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengulang Kesalahan
"Hahh ... Ada perlu apa lagi, Stef? Aku lelah. Jika, tak penting pergilah." Ujar Nayla sambil merubah posisinya jadi duduk.
"Kamu sudah sangat berubah Nayla." Ucap Stefan yang membuat kening Nayla berkerut.
Bagaimana bisa ia mengatakan seperti itu, padahal ia sendiri yang terlebih dulu berubah dengan membawa gadis asing dalam hubungan rumah tangga mereka.
"Apa kau tidak berkaca terlebih dulu sebelum mengatakan itu? Aku yakin di rumah ini tidak kekurangan kaca." Sarkas Nayla, sambil bangkit dari ranjangnya, mengabaikan Stefan.
Ia berjalan ke arah jendela yang langsung mengarah ke taman belakang, tempat para pekerja sedang melaksanakan perintahnya. Bisa ia lihat, tempat favoritnya itu sudah hampir rata dengan tanah.
Ada perasaan sedih saat melihat hal itu, karena ia sudah kehilangan tempat dimana ia bisa sejenak melarikan diri saat lelah. Tapi, jika dibandingkan dengan memakai barang bekas pelac*r itu semakin membuat Nayla ngeri.
Seakan tak mau mendengar perkataan Nayla. Stefan justru kembali menyudutkannya.
"Aku mendengar hal buruk yang kamu katakan pada Roselyn. Sampai membuatnya merasa sedih." Ucap Stefan sambil mengingat kesedihan dan air mata Roselyn tadi.
Ia merasa kasihan padanya. Bagaimana bisa seorang gadis muda yang masih begitu polos itu, harus mendengar perkataan jahat dari Nayla.
"Memang perkataan jahat apa yang aku katakan padanya?" Tanya Nayla sambil menyilangkan tangannya di depan tubuhnya.
"Jangan berpura-pura lupa Nayla. Kamu tadi mengatakan padanya, kalau aku akan membawa gadis lain lagi." Jawab Stefan dengan tatapan tajam.
"Lalu, apa ada yang salah dari perkataanku itu?" Sindir Nayla. Seakan ia ingin berkata, kalau faktanya Stefan sendiri sudah terbukti bisa mengkhianatinya. Apalagi, Roselyn yang tak punya apa-apa.
"Dia hanya berniat baik untuk bisa akrab denganmu. Harusnya kamu tak usah sampai sebegitu jahatnya padanya."
"Kalau aku jahat, lalu kau apa Stef?! Kau sungguh membutuhkan kaca Stefan." Seru Nayla dengan nada sinis.
"Nayla!" Teriak Stefan dengan nada tinggi. Itu cukup membuat Nayla terkejut juga semakin ikut tersulut emosi.
"Berapa kali aku harus mengulangi perkataanku padamu Stefan?! ... Aku tidak mau terlibat dan sama sekali tidak tertarik dengan hubunganmu dan simpananmu itu. Jadi, katakan padanya untuk menjauh dariku dan jangan mengusikku. Termasuk kau juga Stefan! ... Kalianlah yang terus mengusikku terlebih dulu!" Seru Nayla dengan nada tak kalah tinggi. Perkataannya penuh penekanan. Di sertai sorot mata yang tajam.
"Aku juga tak mau mengusikmu. Tapi, aku juga tak bisa membiarkanmu bersikap keterlaluan, pada gadis yang aku pedulikan." Ucap Stefan tak mau disalahkan. Nayla sudah benar-benar muak mendengarnya.
"Maka dari itu, katakan padanya untuk tidak mengusikku dan jangan terlihat di depan mataku ... Hahhh, aku jadi penasaran. Apakah mendiang ayah mertua juga bersikap seperti ini pada ibu mertua sebelumnya." Sindir Nayla. Ia tak tahan lagi untuk tidak mengungkit cerita lama yang sangat sensitif bagi Stefan.
Sudah menjadi rahasia umum di kediaman Saverio, bahwa kepala keluarga sebelumnya. Atau ayah dari Stefan juga memiliki simpanan. Dan hal itu adalah hal yang paling Stefan benci. Tapi, ironisnya. Sekarang dia sendiri jugalah yang mengikuti jejak sang ayah.
Mendengar perkataan Nayla itu, mendadak wajah Stefan jadi pucat. Ia tak menyangka kalau Nayla akan mengungkit cerita itu.
"Aku tak menyangka kamu akan mengungkit cerita itu Nayla. Padahal kamu tahu, cerita itu sangat menyakitkan untukku." Ujar Stefan sebelum ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Nayla.
Melihat Stefan pergi, barulah Nayla bisa bernafas dengan bebas. Dadanya terasa sesak. Kakinya bahkan terasa lemas. Bertepatan saat itu, Ana kembali masuk ke dalam kamar. Ia memang tak pergi jauh tadi, karena khawatir pada majikannya. Terlebih saat ia juga tak sengaja mendengar suara Stefan yang meninggi tadi.
Benar saja, saat ia melihat tuannya sudah keluar kamar dengan wajah penuh amarah. Ana segera berlari ke kamar. Di sana ia melihat Nayla yang terlihat akan jatuh. Ia segera berlari mendekati nyonya nya itu dan memeluknya.
"Semua baik-baik saja, nyonya. Anda tidak melakukan kesalahan apapun." Ucap Ana sambil menepuk punggung Nayla. Tanpa sadar, air mata Nayla terjatuh mendengar perkataan hangat itu.
"Terima kasih, Ana ..."
...
Kabar pertengkaran Nayla dan Stefan malam itu, dengan segera menyebar di kediaman Saverio. Semua pekerja sangat menyesalkan kejadian itu. Mereka tahu hubungan tuan dan nyonya mereka tak akan bisa kembali seperti sebelumnya. Dan untuk pekerja dikediaman Saverio, seakan mengulang mimpi buruk yang sama seperti dulu.
"Helen ... Apa benar tuan Stefan memarahi nyonya Nayla karena aku?" Tanya Roselyn dengan mata berbinar.
"Dari yang saya dengar. Memang benar seperti itu, nona. Para pelayan di kediaman utama, mengatakan kalau tuan Stefan sampai berteriak pada nyonya Nayla." Jawab Helen dengan senyum ketir, karena diam-diam merasa iba pada Nayla. Andai saja ia tak terikat kontrak untuk melayani Roselyn, ia pun akan memihak pada Nayla.
"Wow, tuan Stefan memang luar biasa ... Begitu besar rasa cintanya padaku. Hehe." Ucap Roselyn sambil tersipu malu mendengar jawaban Helen. Ia tak menyangka Stefan akan begitu membelanya.
"Kamu juga berpendapat yang sama denganku kan Helen. Kalau tuan Stefan sangat mencintaiku, bukan?" Tanya Roselyn meminta legitimasi.
"Iya, nona." Jawab Helen pelan dengan senyum dipaksakan.
"Ya kan, hehehe ... Aku dan tuan Stefan itu sudah seperti pasangan yang ditakdirkan dalam buku dongeng!" Seru Roselyn semangat. Ia tersenyum puas membayangkan adegan Stefan yang memarahi Nayla di otaknya.
Bertepatan saat itu, ada beberapa pekerja yang membawakan sebuah ayunan besar ke taman paviliun dimana ia berada.
"Apa ini?" Tanya Roselyn bingung, namun matanya terlihat berbinar menatap ayunan itu.
"Ini hadiah dari tuan Stefan untuk anda nona. Beliau berkata sekarang anda bisa bermain ayunan sepuas anda mau. Beliau juga berpesan, kalau ada lagi yang anda inginkan, anda bisa segera menyampaikannya dan tuan akan segera membelikannya untuk anda." Ucap pekerja itu sopan. Walaupun aslinya ia merasa ingin segera pergi dari sana.
"Wah, terima kasih. Tolong sampaikan pada tuan Stefan, untuk mampir ke paviliun nanti."
"Baik nona."
Setelah kepergian para pekerja itu. Roselyn mendekati ayunan itu. Ukurannya jauh lebih besar dan lebih mewah dari ayunan milik Nayla sebelumnya. Ia sangat terharu membayangkan Stefan sendirilah yang memesan dan membelikan itu untuknya.
"Tuan Stefan pasti sangat mencintaiku." Gumam Roselyn senang sambil mencoba ayunan barunya.
Sedangkan Helen hanya diam di tempatnya dan mengamati majikannya itu. Memang Roselyn barulah gadis muda yang polos. Tapi, ia juga tak bisa membenarkan perbuatan nonanya itu. Merusak rumah tangga orang lain adalah perbuatan buruk tak termaafkan.
"Andai anda tidak memilih jalan ini, anda pasti akan jauh lebih bersinar, nona." Gumam hati Helen, sambil terus menatap Roselyn yang terlihat senang duduk di atas ayunannya.
.
.
.
Bersambung ...