Loving Again?

Aisya menarik satu sudut bibirnya. Dia kini tahu tentang banyak hal yang bahkan mungkin gadis itu tidak ketahui.

Aqila Henida Kusuma, adalah gadis yang mungkin sedikit manja dan terlalu disayang oleh ayahnya. Dia menganggap bahwa kehidupan kedua orangtuanya itu sangat penuh dengan cinta. Tapi faktanya tidak demikian.

Dan yang membuat Aisya puas adalah anak itu ternyata lahir dalam keadaan ayah dan ibunya masih dalam posisi belum menikah.

"Ini menguatkan bukti kalau saat bersama Ibu, pria ini berselingkuh dengan Delia. Dia meminta perceraian kepada Ibu karena ingin menikahi si Delia ini. Sebagai bayarannya dia diberikan perkebunan yang luas. Aneh sekali rasanya, mereka yang bermain kotor kok malah dapat hadiah. Aaaah ... ."

Aisya menjadi ingat akan sesuatu. Sebuah sinetron atau mini seri yang tak sengaja dia tonton. Pria disuruh berpisah dengan istrinya lalu diberi imbalan sesuatu. Mungkin kasusnya akan setipe dengan itu.

"Kalau dari awal memang drama, maka ujungnya pun drama. Duuuh ini gemes sekali rasanya. Kalau benari itu cewek akan melanjutkan S2 di UN, maka aku tentu bisa bertemu dengannya. Mari lakukan sedikit trik. Memang benar sih dia tidak salah, yang salah adalah dua orang dewasa yang keburu nafsu. Tapi karena dia harus lahir dengan ayah, akhirnya aku yang lahir tanpa ayah. Lihat saja nanti."

Memang benar, Aqila sama sekali tidak bersalah. Karena yang bersalah adalah kedua orang tuanya yakni Hendra dan Delia. Dan mungkin juga Dewi ikut andil memiliki salah karena waktu itu tidak memberi tahu Hendra tentang kehamilannya.

Akan tetapi, keputusan Dewi waktu itu tidak disalahkan oleh Aisya. Mungkin jika Aisya berada dalam posisi Dewi, dia pun akan melakukan hal yang sama.

Siapa yang sudi memberi tahu tentang kehamilan kepada pria yang tiba-tiba menceraikannya. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba minta cerai tanpa alasan yang jelas.

Dan setelah 20 tahun lebih berlalu, akhirnya ketahuan juga. Bahwa Hendra menceriakan Dewi karena ingin menikahi Delia yang hamil.

Pertanyaan Aisya, apakan anak mereka ini yang bernama Aqila tahu kalau dia dikandung sebelum pernikahan? Ini akan menjadi senjata Aisya nanti.

"Hidup memang tidak seindah dan secantik unggahan media sosial, Aqila. Aku akan memberitahu mu bahwa yang namanya dunia maya itu penuh tipu, dan yang sebenarnya adalah kehidupan sehari-hari. Aku juga akan memberitahumu bahwa hidup tak selamanya manis."

Aisya yang sudah biasa dengan kehidupan tanpa ayah, tidak sekalipun merasa ingin memiliki ayah. Terlebih jika itu Henda. Tapi tidak bisa dipungkiri dulu sebagai seorang anak, dia pun ingin mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.

Namun sekarang tidak lagi, terlebih ketika dia sudah mengerti dan tahu faktanya.

"Awas saja nanti jika sudah selesai, dia kembali mencari Ibu. Tidak akan pernah ku biarkan pria semacam itu mengganggu ibu ku."

Aisya mengepalkan erat tangannya. Banyak hal yang sekarang dirasakan oleh hatinya. Sedih, kesal, amarah, benci, dendam, dan yang lainnya.

Tapi dia ingat apa yang dikatakan oleh Kai. Abangnya itu berpesan kepadanya untuk tidak terlalu fokus dengan hal itu. Bagaimana pun cita-citanya untuk jadi dokter adalah hal yang utama dan harus dia perjuangkan sekuat tenaga.

*

*

*

"Cieee baru pulang liburan lagi ya kamu. Duuuh enak sekali sih, wira-wiri liburan. Mana sama orang tua lagi. Aku iri deh lihat ayah sama ibu kamu yang selalu sweet."

Aqila tersenyum bangga. Ya dia selalu mengunggah kegiatannya bersama kedua orangtuanya di akun media sosial miliknya. Dia memang selalu membanggakan tentang kehidupan keluarganya yang harmonis.

Dulu ketika awal-awal dia mengunggah, banyak komentar miring terhadapnya. Banyak yang berkata bahwa dirinya adalah anak manja, anak papi, dan sejenisnya.

Namun Aqila tentu tidak menggubris akan hal tersebut. Dan seiring berjalannya waktu, komentar miring itu hilang dan berganti dengan komentar sanjungan.

"Aku iri sekali. Apalah daya aku yang anak broken home."

"Tidak apa-apa, kamu tetap harus bahagia. Jika kamu tidak memiliki orang tua yang harmonis, kamu harus janji kamu akan jadi orang tua yang lebih baik nantinya."

"Huhuhu, angkat aku jadi saudara mu Aqila."

Itulah obrolan singkat Aqila bersama dengan teman-temannya ketika di kampus. Setelah mendapat apa yang diinginkan, Aqila pun pulang ke rumah. Dia harus segera menyiapkan berkas untuk pendaftaran S2 nya.

Sebenarnya Aqila sudah mendaftar, dia hanya perlu melengkapinya saja. Lagi pula mendaftar S2 tidak seperti mendaftar S1 yang memiliki banyak pesaing.

Ketika sampai di rumah Aqila mengerutkan alisnya. Dia tidak mendapati mobil milik sang ibu.

"Pa, Mama pergi? Padahal sudah sore lho ini."

"Iya, katanya ada janji sama temannya. Kamu juga sudah pulang? Sudah beres?"

"Iya sudah, besok tinggal ke UN. Sebenarnya bisa dikirim ia surel sih. Tapi aku pengen ke sana sambil melihat-lihat. Pa, Mama kok akhir-akhir ini sering pergi sih?"

Degh!

Akhirnya Aqila menyadari hal itu juga. Hendra sebenarnya sudah siap akan pertanyaan ini, tapi tetap saja rasanya dia bingung harus menjelaskan apa.

Tapi mungkin Aqila yang sudah dewasa ini akan mengerti jika diberitahu sedikit-sedikit tentang kondisi yang terjadi antara dirinya dan Delia.

"Mungkin Mama bosen sama Papa. Mama pengen mencari hal lain di luar sana."

"Eiii, mana mungkin. Mama itu cinta sekali sama Papa. Sudah ah, Papa jangan becanda. Ya sudah aku masuk ke kamar dulu ya Pa, setelah ini ayo kita makan malam bersama."

Hendra hanya tersenyum kecut sambil mengangguk. Tapi setelah Aqila masuk ke kamar, dia membuang nafasnya kasar. Niat hari ingin memberi anaknya itu sebuah clue, tapi malah dianggap bercanda.

"Andai kamu tahu apa yang terjadi pada kami, sayang. Kamu pasti akan sangat kecewa. Aku sungguh tidak bisa membayangkan bagaimana Aqila kecewa."

Hendra mengusap wajahnya dengan kasar. Dia kini menjadi bingung sendiri harus bagaimana.

Delia selalu meminta cerai, tapi wanita itu tak mua bergerak lebih dulu. Atau lebih tepatnya dia ingin Hendra lah yang mengajukan gugatan.

Jika itu dilakukan pasti Aqila akan semakin kecewa terhadapnya. Hendra tidak mau. Dia amat menyayangi putrinya itu. Dia tidak ingin dipandang buruk oleh putrinya. Apalagi yang menginginkan perpisahan itu Delia, bukannya dia.

"Kenapa juga sih kamu harus meminta pisah. Apa kurangnya aku dalam hidup mu Delia? Kita sudah 20 tahun lebih bersama. Apa aku tidak ada artinya untuk mu?"

Selama ini Hendra memang merasa cinta sendiri. Dan itu terbukti saat waktu itu, dimana dia mengetahui segalanya tentang Delia.

Namun Hendra tentu tidak mudah melepaskan Delia. Biarlah dia dikata egois. Akan tetapi sekarang, mungkin memang sudah waktunya dia melakukan itu.

"Haah, rasanya sudah sangat lelah bertahan."

TBC