Lana Croft, seorang mahasiswi biasa, tiba-tiba terbangun sebagai tokoh antagonis kaya raya dalam novel zombie apokaliptik yang baru dibacanya. Tak hanya mewarisi kekayaan dan wajah "Campus Goddess" yang mencolok, ia juga mewarisi takdir kematian mengerikan: dilempar ke gerombolan zombie oleh pemeran utama pria.
Karena itu dia membuat rencana menjauhi tokoh dalam novel. Namun, takdir mempermainkannya. Saat kabut virus menyelimuti dunia, Lana justru terjebak satu atap dengan pemeran utama pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YukiLuffy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Kael menyapu pandangan ke semua orang, suaranya tenang, sebuah kontras nyata dengan kepungan zombie di luar.
"Strategi: Kita tidak bisa melawan Bos Psikis sambil melindungi penyintas. Saya dan dua tim terkuat (Fenrir dan Tempest) akan membuat jebakan. Kami akan menarik perhatian sebagian besar zombie dan memburu Bos Psikis itu di Menara Administrasi," Kael menyatakan.
"Lucas," Kael menatap wakilnya. "Kau, timmu (Vanguard) yang tersisa, dan Phoenix Squad, kalian bertanggung jawab atas penyelamatan. Bawa Dr. Elias dan timnya keluar dari kompleks melalui pintu belakang. Jangan buang waktu."
Kael mengalihkan pandangannya ke Lana, matanya melembut, dipenuhi cinta dan penyesalan.
"Pedang Taktismu masih ingat cara kerjanya?" Kael bertanya.
Lana tahu ini adalah perpisahan, mungkin yang terakhir. Ia menahan air mata, menatap mata Kael dengan berani. "Aku ingat, Kakak. Aku tidak akan melakukan hal bodoh. Aku akan menunggumu. Berjanjilah kau akan kembali."
Kael menarik Lana ke pelukan yang menghancurkan, ciuman terakhir yang dalam, dipenuhi janji yang tak terucapkan dan rasa sakit perpisahan.
"Aku akan kembali. Demi kau, aku akan kembali," Kael berbisik.
Kael melepaskan Lana, lalu menoleh ke Lucas Reed. Tatapan Kael penuh dengan beban yang lebih berat daripada misi itu sendiri.
"Lucas. Lindungi Lana dengan nyawamu. Dia adalah prioritas utama. Jika terjadi sesuatu padanya, aku akan membuat kalian semua membayar."
Lucas, meskipun hatinya sakit oleh pengakuan Kael, mengangguk dengan serius. "Demi Tuhan, aku berjanji, Kapten."
Kael tidak membuang waktu. Ia memberi isyarat kepada Captain Ryder dan Captain Silas. "Ayo! Buat kekacauan!"
Kael memimpin di depan, melepaskan semburan petir besar, menarik sebagian besar gerombolan zombie ke arah Menara Administrasi.
Lucas segera memimpin kelompok kecil itu, lima ilmuwan yang masih pingsan digendong oleh Alex, Ben, dan anggota tim Phoenix lainnya. Lucas menempatkan Lana dan Riley di tengah formasi.
"Jalan! Kita harus cepat melewati halaman sebelum Pohon Elm itu bereaksi!" perintah Lucas.
Mereka menyelinap melalui sudut kompleks. Lana memegang pistolnya erat-erat, matanya fokus.
Mereka hampir sampai di pintu keluar, ketika sebuah bayangan gelap melesat. Lilith, yang berjalan di belakang, menatap Lana dengan kebencian yang membutakan. Rasa sakit fisik dan penghinaan yang ia rasakan dari Kael membuatnya kehilangan akal.
Dalam sepersekian detik, Lilith mengarahkan kemampuan anginnya, bukan pada zombie, tetapi pada Lana. Ia mendorong Lana dengan kekuatan yang mengerikan.
"Mati kau, jalang!" teriak Lilith dengan suara penuh kegilaan.
Lana terkejut, tubuhnya terlempar dan mendarat langsung di tengah-tengah dua zombie yang tersisa di dekat pohon.
SREKK!
Kuku zombie yang tajam dan busuk menggores lengan Lana yang terbuka. Darah merembes di kulitnya.
"Lana!" teriak Lucas dan Riley. Mereka segera menembaki zombie itu.
Pada saat yang sama, Pohon Mutated Pacific Elm di tengah halaman bereaksi. Cabang-cabangnya yang tebal, secepat ular, menyabet ke bawah, menjerat Lucas, Riley, Lilith, dan semua orang di sekitarnya. Cabang-cabang itu memancarkan cairan hijau yang membuat para korban mati rasa dan lemas.
Mereka semua tergantung tak berdaya di udara, di bawah cengkeraman pohon mutan itu.
Di Menara Administrasi, Kael baru saja menghancurkan Bos Psikis itu. Inti kristal hitam yang langka jatuh ke lantai.
Tiba-tiba, jantung Kael mencelos. Rasa sakit yang tajam dan menusuk menusuk otaknya, jauh lebih buruk daripada serangan mental tadi. Itu adalah rasa sakit psikis yang ia rasakan melalui ikatan tak kasat mata mereka.
"Lana!" Raungan Kael memenuhi koridor.
Kael tidak mempedulikan mayat Bos Psikis atau tim Fenrir dan Tempest yang kebingungan. Ia berlari dengan kecepatan penuh, seluruh tubuhnya diselimuti petir.
Kael muncul di halaman. Ia melihat pemandangan horor itu: pohon raksasa yang hidup, dan di cabangnya, teman-teman serta Lana tergantung tak berdaya. Lana tampak pucat, dan darah menetes dari lengannya.
Rasa takut kehilangan Lana mengubah Kael menjadi iblis. Matanya berubah menjadi liar, dipenuhi guntur dan amarah yang tak terkendali.
"KAU AKAN MATI!"
Kael tidak menyerang pohon itu. Ia menyerang akarnya. Ia melepaskan rentetan bola petir yang mengerikan, masing-masing setara dengan serangan Level 5, ke akar besar Pohon Elm itu.
Tanah bergetar. Asap tebal mengepul. Dalam hitungan detik, pohon yang menjulang tinggi itu mulai layu, kulitnya menghitam, cabangnya melepaskan cengkeramannya, dan Lana serta tim lainnya jatuh ke tanah dengan keras.
Kael terus menyerang hingga pohon itu roboh, meninggalkan lubang besar di tanah dan kristal hijau seukuran tinju yang memancarkan energi hayat.
Kael mengabaikan segalanya. Ia berlari ke arah Lana yang tergeletak di tanah, mengabaikan anggota timnya yang kini sadar dan terkejut.
"Lana! Buka matamu! Lana!" Kael berlutut, dengan panik memeluk gadisnya.
Lengan Lana yang berdarah dan goresan yang terlihat jelas membuat Kael membeku. Dalam kemarahan dan ketakutan yang menguasai akalnya, Kael tahu: Lilith akan mati.
mendengar konpirmasi
jadi
mandengar ucapan itu