NovelToon NovelToon
SHIRAYUKI SAKURA

SHIRAYUKI SAKURA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Fantasi Isekai / Fantasi / Anime / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Reinkarnasi
Popularitas:299
Nilai: 5
Nama Author: IΠD

Shirayuki Sakura adalah dunia fantasi medieval yang bangkit di bawah kepemimpinan bijaksana Araya Yuki Yamada. Kisah intinya berpusat pada Ikaeda Indra Yamada ("Death Prince") yang bergumul dengan warisan gelap klannya. Paradoks muncul saat Royal Indra (R.I.) ("Destroyer") dari semesta lain terlempar, menyadari dirinya adalah "versi lain" Ikaeda. R.I. kehilangan kekuatannya namun berperan sebagai kakak pelindung, diam-diam menjaga Ikaeda dari ancaman Lucifer dan trauma masa lalu, dibantu oleh jangkar emosional seperti Evelia Namida (setengah Gumiho) dan karakter pendukung lainnya, menggarisbawahi tema harapan, kasih sayang, dan penemuan keluarga di tengah kekacauan multidimensi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KINGSGUARDS : IKAEDA' FEROCIOUS BATTLE

Pertarungan Ikaeda akhirnya mencapai klimaksnya. Dengan gerakan yang nyaris tak terlihat, ia berhasil melucuti kapak lawannya dan menjatuhkannya ke tanah, mengakhiri pertarungan tanpa menumpahkan darah. Peluit wasit berbunyi nyaring, menandakan kemenangan. Seluruh penonton bersorak-sorai memuji pertarungan yang cepat dan aneh itu. Namun, Ikaeda, Sang "Death Prince," hanya terdiam di tengah arena. Wajahnya tetap datar, seolah ia baru saja menyelesaikan tugas rumah yang membosankan, bukan mengalahkan musuh dalam gladiator.

Ikaeda melangkah mendekat, mengulurkan tangannya ke arah lawannya yang masih terengah-engah dan bergelut dengan rasa sakit dan malu. Itu adalah isyarat perdamaian dan penghormatan, sebuah kebiasaan arena yang telah ia pelajari. Namun, pria besar itu melihat tangan Ikaeda, matanya dipenuhi rasa takut yang nyata. Alih-alih menyambut uluran tangan itu, lawannya dengan cepat menolaknya, bangkit tergagap, dan berlari secepat mungkin keluar dari arena, tanpa melihat ke belakang.

Melihat reaksi aneh itu, Imo dan Ariel saling pandang dari bangku penonton. "Astaga, apa yang terjadi?" gumam Imo, kebingungan. "Kenapa dia lari begitu saja? Ikaeda bahkan tidak melukainya!" Ariel menyipitkan mata. "Mungkin dia hanya terlalu malu karena kalah dari Ikaeda yang terlihat seperti baru bangun tidur," balas Ariel, meskipun ia sendiri merasakan keanehan dalam situasi tersebut.

Saat mereka berdua masih merenungkan reaksi sang lawan, panitia tambun itu kembali muncul di tengah arena untuk mengumumkan pertarungan selanjutnya. "Dan untuk pertarungan berikutnya..." Namun, sebelum sang panitia sempat menyelesaikan kalimatnya, Imo dan Ariel terkejut. Tiba-tiba, Ikaeda sudah ada di samping mereka, duduk dengan postur santai seolah ia tidak pernah pergi.

"K-kau?! Kapan kau...?" Imo Fargan menatap Ikaeda dengan mata terbelalak. Kecepatan Ikaeda bergerak dari tengah arena yang ramai kembali ke bangku penonton tanpa menarik perhatian sungguh luar biasa, bahkan untuk seorang Kingsguard yang terlatih. Ariel, meskipun terkejut, mencoba menjaga ketenangan. "Bagaimana pertarungannya? Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Ikaeda menggeleng perlahan, raut wajahnya kembali muram. "Aku baik-baik saja. Tapi... hal yang aneh terjadi," katanya, mengulang firasatnya yang sebelumnya. "Ada sesuatu tentang atmosfer di sini, tentang pandangan lawan itu... Aku tidak bisa menjabarkannya secara pasti. Tapi rasanya tidak benar. Seperti ada yang... memaksa." Ariel segera menepuk bahu Ikaeda dengan lembut, menawarkan kehangatan yang jarang ia tunjukkan. "Tenanglah, Ketua. Aku tahu kau merasakan sesuatu. Kau tidak sendirian. Kita ada di sini. Kita akan mengungkapnya bersama," kata Ariel meyakinkan. Imo menimpali dengan senyum nakal. "Tepat sekali, Pangeran Kematian. Kami di sini untuk menjagamu. Jadi, jangan terlalu tegang! Sekarang ceritakan, apa kau sempat menguping pembicaraan panitia di sana?"

Ikaeda menggelengkan kepalanya pelan, menjawab pertanyaan Imo. "Tidak sempat," ujarnya. "Aku fokus pada arena. Lagi pula, mereka cukup jauh." Imo menepuk dahinya. "Benar juga. Kau sibuk berpura-pura menjadi tembok yang malas, Pangeran Kematian." Ikaeda mengabaikan ledekan itu dan kembali ke poin utamanya. "Aku merasakan seolah ada pembatas tak kasat mata di sekitar area panitia yang berjaga. Aku tidak bisa mendengar bisikan mereka, padahal suaraku cukup tajam. Tatapan mereka juga terasa kosong, tidak seperti orang yang menikmati pertunjukan."

Ariel, yang lebih tua dan memiliki pengalaman lebih banyak di luar struktur militer, hanya menyimak perkataan dua prajurit di sampingnya. Firasat Ikaeda yang aneh selalu patut dipertimbangkan. "Lalu, kapan kau akan bertarung lagi, Ketua?" tanya Ariel, berusaha mengalihkan perhatian Ikaeda dari keanehan itu. Ikaeda mengangkat bahu. "Tidak tahu. Aku hanya menunggu panggilan."

Melihat jeda itu, Imo berdiri dengan semangat. "Kalau begitu, aku akan pergi mencari makanan! Aku kelaparan!" Ariel langsung mengambil kesempatan itu. "Ide bagus. Aku mau kentang panggang yang disiram keju pedas, Imo. Jangan sampai salah!" Ikaeda juga menyahut pendek, "Aku juga, kentang panggang." Imo Fargan mengangguk dan segera bergegas pergi, menghilang ke kerumunan kota yang ramai.

Sambil menunggu Imo, Ikaeda dan Ariel berdiskusi dengan suara pelan. Ariel mengajukan beberapa hipotesis tentang apa yang mungkin terjadi, dan Ikaeda menanggapi dengan singkat, lebih banyak setuju daripada berpendapat. Mereka mempertimbangkan kemungkinan adanya sihir ilusi, atau bahkan campur tangan politik. Tepat saat mereka sedang serius berdiskusi, perhatian mereka kembali ditarik oleh arena.

Seorang petarung baru memasuki gelanggang, memancarkan aura buas yang mencolok. Petarungan itu dimulai, dan lawannya segera dibuat kewalahan. Gerakan petarung baru itu cepat, kuat, dan sangat beringas, tidak menyisakan ruang bagi belas kasihan. Ariel bergumam pelan, matanya menyipit saat mengamati kebrutalan itu. "Apakah dia sama sepertimu di masa lalu, Ikaeda?" Pertanyaan Ariel itu merujuk pada julukan 'Death Prince' Ikaeda. Ikaeda hanya menjawab pendek. "Entah."

Tidak lama setelah petarungan beringas itu dimulai, Imo kembali, membawa dua bungkus besar kentang panggang, baunya harum dan menggugah selera. Ia kembali duduk di antara Ikaeda dan Ariel. Imo segera mengunyah sambil matanya terbelalak menyaksikan pertarungan di arena. "Astaga! Orang ini bringas sekali! Dia kuat dan benar-benar tidak kenal ampun!" seru Imo, kegirangan sekaligus terkejut. Sementara Imo menikmati pertunjukan brutal itu, Ikaeda justru melakukan hal sebaliknya. Ia menutup matanya dan menunduk, melipat kedua tangannya di dada, seolah sedang tidur, mengasingkan diri dari pemandangan yang mengingatkannya pada sisi tergelap masa lalunya.

Panggilan yang ditunggu Ikaeda akhirnya tiba. "Ikaeda!" seru panitia dari arena. Ikaeda segera membuka matanya yang tadi terpejam, melipat tangannya, dan bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan tenang dan tanpa ekspresi menuju arena. Imo dan Ariel segera bersorak. "Ayo, Pangeran Kematian! Tunjukkan pada mereka kenapa kau dipanggil begitu!" seru Imo bersemangat. Ariel menambahkan, dengan nada khawatir terselip, "Jangan berlebihan, tapi jangan sampai kalah!" Ikaeda hanya mengangguk pelan, sebuah balasan singkat yang cukup.

Sesampainya di tengah arena, Ikaeda berhadapan langsung dengan lawan yang baru saja mereka tonton-petarung beringas dengan aura haus darah. Ikaeda memasang kuda-kuda yang ia rancang sendiri: kuda-kuda berpedang yang efisien yang memungkinkan ia untuk bertahan sekaligus melancarkan tebasan mematikan. Ia tahu, melawan petarung ini, kelemahan pura-pura tidak akan cukup.

Pertarungan dimulai. Lawannya segera melancarkan serangan dengan gesit dan buas. Suara dentuman pedang yang keras dan kuat memenuhi udara, setiap ayunan menghasilkan angin kejut. Ikaeda terpaksa kewalahan di awal, fokus pada pertahanan. Sang lawan terlihat menikmati pertarungannya, berteriak penuh semangat setiap kali serangannya mendekat. Ikaeda hanya terdiam, sesekali ia tersenyum kecil saat serangan lawan mendarat tipis di jubahnya. Beberapa serangan mengenai tubuh Ikaeda, namun ia menahannya, dan dengan gesit juga menghindari lemparan pedang lawannya yang datang tiba-tiba. Serangan lawan yang bertenaga itu bahkan hampir mengenai wajahnya.

Dari bangku penonton, Imo dan Ariel tegang. "Dia benar-benar terdesak! Serangan orang itu terlalu berat!" seru Imo, tangannya mencengkeram pagar bangku. Ariel mengangguk, matanya mengawasi setiap gerakan Ikaeda. "Tapi lihat, Ikaeda tidak panik. Dia membiarkan dirinya dipukul untuk mengukur kekuatan lawan. Itu kebiasaan lamanya, yang mengerikan. Tapi dia harus mengakhirinya segera, dia tidak bisa terus-terusan menerima pukulan berat itu!"

Pertarungan mencapai puncaknya. Sang lawan, dalam upaya terakhir yang putus asa, melemparkan pedangnya dengan sekuat tenaga. Ikaeda menghindar dengan sedikit membungkuk. Sesaat lawannya tanpa senjata. Ikaeda mengambil kesempatan itu, mendekat dengan cepat. Lawannya yang panik dan tanpa senjata hanya bisa berteriak, "Ampun! Aku menyerah!"

Namun, kecepatan Ikaeda lebih cepat daripada kata-kata penyerahan itu. Dalam manuver terakhirnya, ia bermaksud melucuti, tapi malah tanpa sengaja mengenai kepala sang lawan. Untungnya, Ikaeda berhasil mengaktifkan pelindung pedang menggunakan mana miliknya, yang membuat ujung pedangnya tumpul dan benturannya tidak fatal. Lawan Ikaeda roboh pingsan, dan Ikaeda dinyatakan sebagai pemenangnya.

Imo dan Ariel segera bertepuk tangan dan bersorak sorai, lega sekaligus takjub. Mereka berlari menghampiri Ikaeda. "Gila! Kau menang! Tapi itu... itu nyaris saja!" seru Imo, masih terengah-engah. Ariel menggeleng heran. "Aku tidak percaya! Gerakan terakhirmu! Kau hampir memenggalnya lagi, Ikaeda! Beruntung kau mengaktifkan pelindungmu. Apa yang membuatmu begitu ceroboh di akhir?" tanya Ariel, nada suaranya dipenuhi keterkejutan dan keheranan.

.

.

.

.

.

1
Fairuz
semangat kak jngan lupa mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!