NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

09 Mobil Porsche putih

Mobil Porsche putih berhenti tepat di depan rumah megah Kediaman Rudi Hartono. Dari dalam keluar Naomi, tampil memesona dengan balutan dress putih gading yang menonjolkan pesona seorang wanita hamil yang tampak begitu angkuh dan berani.

“Kamu yakin aku tak perlu menemanimu?” tanya Dilan dari kursi kemudi, nada suaranya terdengar khawatir.

“Tenang saja, paman dan bibi sangat baik padaku,” jawab Naomi dengan senyum manis yang seperti dipoles madu. “Aku hanya ingin bicara baik-baik supaya mereka mempercayaiku.”

“Gimana kalau Nuha dan Naru juga ada di sana?”

Naomi tersenyum sinis, matanya berkilat penuh kesombongan. “Justru aku ingin mereka lihat. Aku yakin Nuha nggak bakal berani bicara. Mungkin malah pingsan begitu aku datang,” katanya sambil menirukan gaya orang gemetaran ketakutan. “Sudahlah, tenang saja. Aku pasti memenangkan posisi ini.”

“Baiklah,” Dilan menghela napas panjang. “Kalau dua jam kamu nggak kabari, aku langsung datang menjemput.”

“Terima kasih, dokter,” ucap Naomi pelan, lalu melumat bibir Dilan dengan panas. Sekilas, tapi cukup membuat kita menegang.

Dilan tak membalas. Ia hanya menatapnya sesaat, kemudian menutup kaca mobil dan melambaikan tangan sebelum pergi.

Begitu Porsche itu menjauh, Naomi menatap gerbang besar bergaya kupu tarung yang perlahan terbuka. Dua satpam di sana sempat ragu, tapi begitu Naomi melontarkan senyum lembut dan menyapa dengan nada ramah, mereka langsung luluh. Dulu, mereka mengenalnya sebagai gadis manis yang sopan. Siapa sangka kini auranya aur-auran...

Namun, langkah anggunnya baru menapak tiga kali di jalur batu halaman rumah, eh! sebuah tangan besar tiba-tiba menutup mulutnya dari belakang.

“Mmhh--!”

Aroma tajam menusuk hidungnya. Kain saputangan itu lembap dan beraroma kloroform.

Naomi mencoba melawan, tapi tubuhnya perlahan kehilangan tenaga. Pandangannya kabur, dunia di sekitarnya memutar. Kain putihnya berkibar sekali sebelum jatuh ditangkap oleh dua pasang tangan berbalut pakaian hitam.

Bruk!

Dunia berputar, cahaya malam menelan bayangannya. Semuanya memudar lalu...

...adegan berganti.

Nuha tengah rebahan di pangkuan ibunya, berselimut hangat dan nyaman. "Astaga, Nuha... kamu malah manja-manja sama ibu begini. Kasihan tuh suamimu, kamu anggurin kayak jemuran yang nggak kering-kering," goda ibunya.

"Ih, Ibu..." Nuha cemberut, menggulung posisi seperti anak kecil yang ngambek. "Aku capek, capek sama dia."

"Aduh, kok kamu malah bilang gitu," ujar ibunya sambil menggeleng, namun jemarinya tetap mengelus lembut kepala sang putri. Gerakannya tenang, penuh kasih, seperti doa yang tak bersuara.

Nuha menutup matanya, menikmati sentuhan itu. “Hmm... Nggak ada yang lebih damai dari pangkuan seorang ibu,” katanya pelan, separuh berbisik.

Nuha tak mampu membantah lagi. Apalagi sore tadi, ibu dan Kak Rani terlihat begitu senang menatap album pernikahannya yang dibawakan Naru. Tawa kecil, dan tatapan bahagia terasa hangat, menembus benteng ego Nuha yang biasanya keras.

Lalu, di mana Naru?

Pria itu masih harus mengalah dan bersabar. Ia duduk di teras rumah menikmati angin malam. Ditemani secangkir cokelat hangat berpadu dengan camilan kecil yang dibawakan Nuha.

Cokelat itu bukan sembarang cokelat. Rasanya punya ciri khas. Agak terlalu manis di awal, tapi meninggalkan rasa lembut yang menenangkan di akhir. Mungkin karena Nuha selalu menambahkan sejumput bubuk kayu manis dan menuangkannya ke gelas kesayangannya. Gelas bergambar mata kucing yang pernah Naru berikan saat berkunjung untuk pertama kali.

Naru tersenyum kecil.

Setiap kali Naru meneguknya, ada rasa lucu yang menyelinap. Ia bisa membayangkan wajah Nuha yang cemberut saat mengaduk, lalu bergumam pelan, "Nih, biar kamu nggak ngeluh aku nggak perhatian."

Meski Nuha tadi menyerahkan minuman itu dengan senyum kecut, ia tetap bahagia. Karena tahu, itu tetap rasa paling sempurna… karena ada “Nuha” yang ikut larut di dalamnya.

Pesan muncul di layar ponsel Naru. “Tuan, Nona Naomi sudah kami amankan di sebuah ruangan. Ia akan tertidur sampai besok pagi. Setidaknya sampai Tuan besar dan Nyonya besar berangkat kerja. Kami akan berjaga 24 jam.”

Naru menatap pesan itu lama. Tidak ada senyum, tidak ada rasa puas. Antara lega dan amarah yang masih tersisa. Alasan dia tidak bisa menemani Nuha di kafe karena ia mendatangi kantor polisi untuk menanyakan perkembangan laporan pencarian Naomi.

Tapi begitu tiba, berkasnya… sudah lenyap. Dicabut oleh seseorang. Dan nama di balik pencabutan itu tidak asing baginya, Dilan. Teman seangkatannya dulu, orang yang seharusnya tahu batas antara profesionalitas dan permainan kotor.

Rahang Naru menegang. Ia memejamkan mata, menahan amarah yang hampir pecah. Sebisa mungkin, dua manusia itu tidak boleh dibiarkan mendekat lagi. Tidak lagi.

Ia menambah jumlah pengawal, menyebar mata-mata di setiap titik strategis. Tak perlu banyak tindakan, hanya satu perintah sederhana. “Jika bertemu Naomi… bungkam dia. Aku yang akan mengurus sisanya.”

Malam sudah semakin larut.

Tak seperti biasanya, Kak Muha belum juga pulang. Begitu Naru melangkah masuk, suasana rumah itu langsung menyambutnya dengan hangatnya kesederhanaan.

Nuha tertidur pulas di pangkuan ibunya, sementara sang ibu ikut terlelap bersandar pada bantal di dinding. Televisi masih menyala, menampilkan acara tengah malam dengan volume yang kecil.

Rumah kecil itu memang tak mewah, tapi ada sesuatu yang membuatnya terasa lebih hangat dari istana mana pun. Meski kecil, rasanya seperti dipeluk oleh kehangatan keluarga.

Ketika Ibu membuka mata dan melihatnya, senyumnya lembut. “Naru… bisakah kamu bawa Nuha ke kamarnya?”

“Em, baik, Bu.”

“Apa Kak Muha udah pulang?”

Naru menggeleng pelan. Ibu tampak sedikit cemas, tapi ia memilih untuk mempercayakan malam pada ketenangan. Kemana sih Kak Muha?

Dengan hati-hati, Naru menunduk dan menyusupkan tangannya ke punggung dan bawah lutut Nuha. Tubuh gadis itu terasa ringan, tapi kehangatannya seperti menyalakan sesuatu di dada Naru.

Baru saja ia berdiri, suara lembut Nuha menggumam, setengah sadar, “Kakak… apa itu kamu?”

Naru menahan napas. Jantungnya seperti berhenti sesaat. Kalau Nuha tahu yang menggendongnya adalah dia… entah bagaimana? Keadaan bakalan jadi pecah.

Namun, bukannya terbangun, Nuha justru semakin memeluk lehernya. Wajahnya tenggelam di bahu Naru, napas hangat itu membuat kulit Naru meremang.

Mungkin dia benar-benar mengira itu Kak Muha. Sebab sejak kecil, hanya dua orang yang biasa menggendongnya ke kamar. Ayah dan Kak Muha.

Perasaan Naru campur aduk di dada. Gadis ini… bahkan dalam tidur pun bisa bikin hatiku berantakan. Pelan-pelan, ia melangkah menuju kamar Nuha, berusaha tidak menimbulkan suara apa pun.

Sebab satu hal yang ia tahu, Nuha bakal marah-marah jika tidur lelapnya dibangunkan begitu saja. Dan itu, bagi Naru, mungkin lebih menegangkan daripada menghadapi Naomi.

Naru menempatkan Nuha perlahan di ranjang. Tapi pelukan itu tak juga lepas, tangan kecil itu masih menempel di lehernya, seolah tak rela berpisah.

Naru terdiam.

Ada sesuatu di pelukan itu yang membuat dadanya nyeri. Bukan karena beban, tapi karena rindu yang selama ini harus ia tahan. Ia membalas pelukan itu. Lebih erat tapi kaya akan kelembutan. Merengkuhnya penuh cinta.

Dalam diam itu, suara lirih Nuha menggema di antara helaan napasnya sendiri. “Kak…” nyaris seperti gumaman mimpi. “Aku nggak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi… aku merasa, sepertinya aku sudah menyakiti hati seseorang. Aku takut sekali.”

Ia menggenggam ujung baju Naru lebih erat. “Aku nggak bermaksud begitu… aku cuma… nggak bisa mengimbangi sikapnya. Kadang aku merasa kecil banget di hadapannya. Tapi aku juga nggak tau harus gimana.”

Kalimat itu menembus langsung ke dada Naru. Ia tahu siapa yang dimaksud. Dan ia tahu, gadis itu sedang berbicara dalam setengah sadar. Jujur tanpa sadar sedang jujur. Begitulah.

Dengan suara paling pelan, yang bahkan mungkin hanya didengar oleh hatinya sendiri, ia berbisik, “Kamu nggak pernah menyakiti siapa pun, Nuha. Justru kamu yang selalu menenangkan segalanya…”

Ia diam sejenak, membiarkan keheningan berbicara untuknya. “Kalau pun ada yang terluka, mungkin karena terlalu mencintai kamu tanpa tahu bagaimana caranya berhenti.”

Pelukannya terlepas. Nuha tertidur, napasnya damai. Dan di antara jarak yang nyaris tak ada itu, Naru sadar... kadang, kebisuan adalah cara paling jujur untuk mencintai.

Nuha mulai terlelap dan miring membelakangi Naru. Gumaman spontan tiba-tiba meluncur, "Kak Wisnu, kamu ganteng banget hari ini..."

.

.

.

. Eh?! ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!