Lisa Anggraeni , seorang gadis yang tengah berjalan dengan sahabatnya setelah dari aktifitas kuliah mengalami kecelakaan saat dia tengah menunggu bus yang ada di sebrang jalan. Dia menoleh dan melihat ada motor melanu cepat membuatnya mendorong Hani. Dan membuatnya menjadi korban kecelakaan. Lisa yang mengalami luka luka sempat di bawa ke rumah sakit. Namun sayang, saat dirinya sedang di operasi, nyawanya tak bisa di selamatkan.
Lisa yang tahu dirinya mengalami kecelakaan sebelumnya mengira dia selamat, dan berada di salah satu rumah sakit.
Tapi saat dia sadar justru, dia sedang di salah satu ruangan kosong gelap dan pengap.
Namun saat dirinya berusaha mencari jalan keluar, dia justru melihat bayangan seseorang dari kaca hias kecil.
"Aaaaaa... Wajah siapa yang ada di mukaku ini!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adira_Mutiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Imbangi
Setibanya di rumah, Rubby melangkah pelan. tapi matanya menatap ke arah mobil yang terparkir di halaman, ia kenali dari ingatan Rubby.
Dalam hati, Rubby berdecak sebal karena pasti di dalam rumah akan ada drama yang terjadi jika dia masuk ke sana. dengan helaan nafas, Rubby berjalan pelan. ada ringisan kecil saat kulit di bagaian pahanya mengenai bahan rok yang di kenakan. walau sudah di olesi salep, tapi rasa perih masih terasa.
Tiba saat masuk ke rumah, dia mendengar sedikit isakan dari seseorang yang duduk di ruang tamu. di sebelahnya ada ibunya yang sedang menenangkan gadis itu agar tidak menangis.
"Rubby, akhirnya kamu pulang juga" ucap Iram yang duduk di kursi sofa single.
dengan langkah pelan, dan sedikit meringis. Rubby melangkah mendekati dimana orang tuanya duduk. Iram yang melihat langkah kaki Rubby yang sedikit pincang membuatnya beranjak dan mendekat ke putrinya.
"kaki kamu kenapa?" tanya Iram yang merangkul Rubby, dan mendudukan putrinya di sofa.
Rubby menatap wajah Iram dan Sonia secara bergantian, lalu menatap ke arah Jenia yang menunduk. dalam otaknya dia langsung berfikir, mungkin Jenia sedang memainkan peran menjadi anak yang tersakiti. tapi disini Lisa, wanita angkuh yang menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran. tapi disini dia akan memainkan peran agar dirinya lebih unggul dari gadis licik itu.
Dengan tatapan polos dan mata yang sedikit berkaca kaca, Rubby menatap wajah Iram yang masih khawatir. mendadak dia berlagak menjadi gugup dan gelisah.
Sonia yang melihat putrinya bungkam beranjak dan duduk di sebelah Rubby, "kenapa, sayang?"
Rubby hanya menggeleng kecil, tapi bibirnya bergetar sedikit. dia seakan menahan tangisnya. "oh ya ampun.. aku baru bermain peran tapi kenapa puas banget y."
"awww... " pekik Rubby yang meringis kala pahanya di sentuh oleh ibunya.
"Astaga, sayang.. kenapa? ada yang sakit?"
"enggak, ma. gapapa kok, ma"
Sonia sekali lagi menyentuh paha putrinya dan Rubby kembali meringis, karena tak sabar. Sonia menyibak sedikit rok Rubby. paha putih itu merah sedikit melepuh. Sonia membekap mulutnya dan matanya berkaca kaca. lalu dia menatap ke arah Rubby dan segera memeluknya dengan erat. hatinya sakit saat melihat bagian tubuh putrinya terluka.
"siapa yang lakuin ini sayang?" bisiknya
Iram yang melihat itu, mengepalkan genggaman tangannya. dia merasa gagal menjadi seorang ayah yang tidak bisa menjaga putrinya agar tidak terluka.
"udah di obati sama kak Galen kok, ma. gapapa, besok juga sembuh kok" suaranya lembut tapi sedikit bergetar.
"kita ke rumah sakit. ini harus di obatin."
"pelayan, suruh supir siapkan mobil sekarang" Iram pergi, tapi dari cara memanggil pelayan untuk menyiapkan mobil begitu penuh emosi.
Rubby hanya tersenyum kecil, itu pun tidak terlihat oleh siapapun. tapi dia melihat ke arah Jenia yang menatap ke arahnya dengan kesal.
"Rubby kamu dengerin mama. siapa yang lakuin ini?"
"udah ma. gapapa kok. lagian Jenia pasti nggak sengaja... eh" Rubby seolah panik dan menutup mulutnya. dia menunduk dan meremas roknya kembali.
Sonia yang mendengar nama keponakannya disebut, dia segera menatap ke arah Jenia, "Jenia, kamu... kenapa tega sekali sama Rubby" lirih dan tak percaya dengan apa yang di dengarnya dari Rubby.
Jenia yang awalnya berniat membuat nama Rubby buruk justru dirinya terjebak dengan ucapan Rubby tadi. keringat dingin mulai membasahi punggungnya. dia bingung apa yang akan di tanyakan oleh kedua orang tua Rubby.
"Jenia. apa Rubby memiliki salah denganmu? kenapa kamu justru menyakitinya"
Semuanya menoleh ke arah suara seseorang yang baru saja masuk dari pintu utama rumah itu. Galen sejak awal berniat mengantar Rubby pulang. tapi dia memiliki jadwal yang tidak bisa di tinggal, dan saat pelajarannya selesai. ternyata Rubby sudah pulang.
"Galen! apa maksud kamu?"
"temen aku liat Jenia sengaja jatuh dekat Rubby. mangkok isi bakso panas tumpah mengenai bagian sisi rok Rubby" terang Galen yang semakin membuat Jenia takut.
Iram menatap tajam Jenia. kenapa keponakannya justru sangat kejam dengan putrinya. dalam hati dia mulai berfikir apa sebelumnya juga Jenia yang membuat masalah. karena sejak lama Jenia pasti akan pulang mengadu kepada dirinya dan Sonia tentang keburukan Rubby di sekolah yang katanya membully dirinya. jika memang benar Jenia melakukan itu, berdosalah dirinya yang selalu memarahi putrinya tanpa mendengar penjelasan.
"om,, tante... ini nggak bener, semuanya nggak di sengaja, om,, tante." kilah Jenia.
"tapi itu sakit.. kuahnya terlalu panas, Jenia." lirih Rubby yang matanya sudah menitihkan air matanya.
"hei,,, jangan nangis.. ayo kita ke rumah sakit. mama nggak mau lukanya membekas dan itu ngga baik buat kamu"
Sonia beranjak, dan memanggil pelayan untuk menyiapkan mobil. dia berpamitan sebentar untuk mengambil tas dan isinya. Galen mendekat dan memegang bahu Rubby dan memapah Rubby untuk keluar menuju mobil.
Dan tinggallah Jenia dan Iram, pria itu menatap Jenia dengan tajam. dan melangkah mendekati gadis yang tertunduk di tempat duduknya.
"jangan ganggu putriku. kau hanyalah orang asing di keluargaku. saya mungkin dulu akan membelamu , tapi melihat tindakanmu tadi saya tidak Terima akan kelakuanmu yang memperlakukan putriku seperti itu. saya akan membicarakan ini dengan ayahmu. dan pastinya jangan pernah datang kemari lagi jika hanya ingin mencari muka di rumahku"
*
*
Di luar rumah, Galen menggandeng Rubby dengan hati hati. Galen memperlakukan adik sepupunya seperti berlian yang harus di jaga dengan baik.
"gimana akting aku kak" bisiknya dengan kekehan kecil.
Galen menoleh dan menatap tak percaya saat mendengar ucapan Rubby.
"ap-apa maksud kamu?"
Rubby menghapus air matanya dan tersenyum lebar, "aku hanya ingin membalas Jenia, kak. tapi dengan cara lebih lembut dari dia"
Galen memundurkan langkah, wajahnya benar-benar terkejut. bagaimana bisa adik sepupunya memiliki pemikiran seperti itu, dia berakting untuk membalas Jenia.
"aku bodoh dan salah selama ini. aku selalu diam saat Jenia berlaku seenaknya. aku,, aku hanya ingin merubah menjadi lebih baik lagi."
"kakak dukung rencana kamu, kita buat gadis itu merasakan apa yang kamu rasakan"
*
*
Hai,,
Jangan lupa komen sama like nya biar makin semangat buat nulis..
💜💜💜