NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제9장

Restoran itu megah dan sunyi. Ha Young duduk di salah satu sudut ruangan yang telah ia pesan khusus untuk pertemuan ini. Tak ada tamu lain. Hanya pelayan yang sesekali mengintip dari balik dapur, membuatnya merasa risih. Ia mengenakan kacamata hitam, bukan hanya untuk menyembunyikan identitasnya, tapi juga untuk menutupi kegelisahan yang belum sepenuhnya reda.

Hari ini adalah Natal. Dan orang yang ia tunggu akhirnya datang.

Han Jae Wan melangkah santai ke arahnya, mengenakan mantel gelap dan ekspresi tenang. Begitu melihatnya, Ha Young berdiri, mencoba tersenyum.

“Selamat pagi, Detektif Han. Aku senang kamu bisa menemuiku di hari Natal ini. Ahh, aku lupa selamat Natal,” ucapnya dengan senyum lebar yang sedikit dipaksakan.

“Iya, selamat Natal juga,” jawab Jae Wan sambil duduk. “Aku cukup terkejut saat kau bilang ingin bertemu. Tapi karena ada hal yang ingin aku pastikan, aku datang memenuhi undanganmu.”

“Memastikan sesuatu?” Ha Young mengangkat alis, penasaran.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawakan minuman. Ha Young membuka buku menu dan memesan spaghetti. “Detektif Han, kau bisa memesan apa pun yang kau inginkan. Hari ini aku mentraktirmu sebagai hadiah karena kau sudah menyelamatkanku saat terkena usus buntu.”

Jae Wan tersenyum tipis. “Aku tidak ingin pesan apa pun. Aku baru saja sarapan.”

Ha Young mengangguk, lalu menatap minumannya sejenak sebelum berbicara lagi. “Aku pernah bilang padamu kalau aku tidak mau punya hutang. Sebenarnya aku ingin memberimu hadiah... tapi sesuatu yang buruk terjadi padaku, dan aku sempat lupa.”

 “Seperti yang sudah kukatakan,” ujar Jae Wan dengan nada tenang, “membantu orang lain adalah tugasku sebagai polisi. Jadi kamu tidak perlu merasa berhutang padaku.”

Ha Young tersenyum tipis. Ada kelegaan yang merambat pelan di dadanya. Ia membatalkan pesanan spagettinya dan hanya memesan secangkir kopi. Tangannya meraih gelas, tapi matanya tetap tertuju pada Jae Wan. Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih pelan. “Sekretarisku sudah menceritakan bagaimana aku pulang semalam. Tapi... aku sendiri tidak benar-benar ingat.”

Jae Wan menatapnya, matanya tenang namun tajam. “Kamu tidak ingat sama sekali?”

Ha Young menggeleng. “Hanya potongan-potongan. Kedai kecil, ajumma yang marah, lalu... aku muntah. Setelah itu, aku tidak ingat.”

Ia menunduk, jemarinya menggenggam gelas dengan erat. “Aku ingin tahu... apakah aku mengatakan sesuatu yang memalukan? Apakah aku... menyusahkanmu?”

Jae Wan menghela napas pelan. “Kamu tidak menyusahkan. Kamu hanya... terlihat sedang ada masalah.” Jae Wan menatapnya lama, lalu berkata pelan, “Semua orang punya sisi rapuh, Ha Young-ssi. Tapi tidak semua orang berani mengakuinya. Karena itu kamu bisa cerita semua masalahmu pada orang yang benar-benar kau percaya, itu jauh lebih baik daripada melarikan diri”

Ha Young terdiam. Kata-kata itu menenangkan, tapi juga menyentuh luka yang belum sembuh. Ia tahu, pertemuan ini bukan hanya tentang membayar hutang. Tapi tentang mengakui bahwa ia butuh bantuan. Bahwa ia tidak bisa terus berpura-pura kuat.

“Ahh, aku ingat,” katanya pelan. “Saat di rumah sakit... kau bilang kamu menolongku karena sebenarnya kamu memang ingin bertemu denganku.”

Jae Wan mengangguk pelan. “Aku benar-benar terkejut kamu masih ingat ucapanku.”

“Apa itu ada kaitannya dengan hal yang ingin kamu pastikan?” tanya Ha Young, kini lebih serius.

“Tentu saja,” jawab Jae Wan. “Dan sebelum aku memastikannya, aku harus menanyakan sesuatu padamu.”

“Baiklah,” sahut Ha Young, duduk lebih tegak. “Aku akan menjawabnya... jika memang itu penting.”

Jae Wan merogoh saku jaketnya, lalu mengeluarkan sebuah foto. Ia meletakkannya di atas meja, menghadap Ha Young. Foto itu tampak sederhana hanya gambar sebuah jam tangan.

Ha Young meliriknya sekilas, lalu kembali menatap Jae Wan dengan bingung. “Ini... foto jam tangan. Kenapa kamu menunjukkan ini padaku?”

“Apakah kau mengenal jam yang ada di foto itu?” tanya Jae Wan, nadanya tetap tenang namun penuh makna.

Ha Young mengambil foto itu, memandangnya lekat-lekat. Ada sesuatu yang mengusik ingatannya. Bentuknya... warna kulitnya... ukiran kecil di sisi bingkai jam itu...

“Aku... tidak yakin,” gumamnya. “Tapi... jam ini terasa tak asing. Seperti... aku pernah melihatnya.”

Ia menatap Jae Wan, matanya mulai dipenuhi tanda tanya. “Apa ini milik seseorang yang aku kenal?”

Jae Wan tidak langsung menjawab. Ia membiarkan keheningan menggantung, memberi ruang bagi Ha Young untuk menyelami ingatannya sendiri.

“Apakah kamu pernah melihat jam ini di rumahmu?” tanya Detektif Han, suaranya tenang namun penuh makna.

Ha Young tampak terkejut. Ia memicingkan mata, mencoba menyelami ingatannya. Ada sesuatu yang samar... lalu perlahan, bayangan itu menjadi jelas.

“Ahh... iya,” katanya pelan. “Aku baru ingat. Itu adalah jam yang sering digunakan sekretaris ayahku.”

Jae Wan menatapnya serius. Penuturan itu menguatkan keyakinannya bahwa kasus yang sedang ia tangani berkaitan erat dengan Jung Dam Bi, ayah Ha Young.

“Jadi jam ini milik Sekretaris Lee Ji Hoon?” tanya Jae Wan, mencoba mengonfirmasi.

Ha Young menggeleng. “Anio. Bukan Sekretaris Lee, tapi Sekretaris Kim.”

“Sekretaris Kim?” ulang Jae Wan, alisnya terangkat.

“Dia adalah sekretaris ayahku yang lama. Sebelum Sekretaris Lee. Dua tahun lalu, ayahku mengganti Sekretaris Kim dengan Lee Ji Hoon.”

Jae Wan mencatat dalam pikirannya. “Apa kamu tahu alasan pergantian itu?”

Ha Young menatap meja sejenak, lalu menjawab pelan. “Entahlah. Aku pernah dengar dari ajumma yang bekerja di rumah... katanya Sekretaris Kim sakit keras. Jadi ia pulang ke kampung halamannya.”

Jae Wan terdiam, matanya menatap foto jam di atas meja. Wajahnya tampak memikirkan sesuatu yang dalam. Ha Young memperhatikan perubahan ekspresi itu, dan rasa penasarannya semakin tumbuh.

“Detektif Han... kenapa kamu bertanya tentang jam tangan mantan sekretaris ayahku?” tanyanya, suara mulai ragu.

“Jung Ha Young-ssi,” ujar Han Jae Wan, suaranya pelan namun tegas, “sebelum aku menjawab pertanyaanmu... bolehkah aku bertanya satu hal?”

Ha Young menatapnya, sedikit terkejut tapi tetap tenang. “Tentu saja. Kamu boleh menanyakan apa pun padaku.”

Jae Wan melirik ke arah dapur, di mana seorang pelayan tampak mengintip mereka dengan gelagat mencurigakan. “Apa ayahmu sering mengirim orang-orangnya untuk mengawasimu setiap hari?”

Ha Young tidak langsung menjawab. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Jae Wan, berbisik pelan, “Apa kamu melihat mereka di sini?”

Jae Wan mengangguk pelan.

Ha Young menghela napas panjang, lalu bersandar di kursinya. “Ahh... aku benar-benar sudah muak dengan ini,” gumamnya. “Setiap langkahku seperti diawasi. Bahkan saat aku hanya ingin bicara dengan seseorang.”

Ia menatap Jae Wan dengan mata yang mulai lelah. “Lalu, Detektif Han... apa alasanmu menanyakan foto jam itu padaku?”

Jae Wan menatapnya dalam. “Karena aku tidak bisa bertanya langsung pada tersangka.”

Ha Young mengernyit. “Tersangka? Apa maksudmu? Siapa yang kau maksud dengan tersangka?”

Jae Wan menggeleng pelan. “Ini urusan polisi. Kamu hanya bisa tahu sebatas itu dulu. Saat aku sudah mendapatkan bukti yang lebih kuat... aku akan memberitahumu.”

Ia bangkit dari kursinya, merapikan jaketnya, lalu memberi anggukan singkat. “Terima kasih atas waktunya. Aku pamit.”

Ha Young masih duduk terpaku, pikirannya berputar. Tapi sebelum Jae Wan sempat keluar dari restoran, ia berlari menyusulnya hingga ke area parkir.

“Detektif Han, tunggu sebentar!” serunya.

Jae Wan menghentikan langkahnya, menoleh. Ha Young berdiri di hadapannya, wajahnya bingung, matanya penuh tanya.

“Aku... aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa ini bukan hanya tentang jam tangan. Ini tentang ayahku, bukan?”

Jae Wan menunduk sedikit, lalu berkata singkat, “Maafkan aku, Ha Young-ssi. Aku harus pergi.”

Ia berbalik, hendak membuka pintu mobilnya. Tapi suara Ha Young menghentikannya.

“Lalu... kamu ingat, kan? Saat aku mabuk semalam, aku bilang aku ingin memenjarakan ayahku. Kau pasti masih ingat,” serunya, nada suaranya tegas, nyaris mengguncang.

Langkah Jae Wan terhenti. Ia menutup kembali pintu mobilnya, lalu berjalan pelan ke arah Ha Young.

“Aku serius mengatakannya,” ujar Ha Young, menatapnya lurus. “Walaupun saat itu aku tengah mabuk... aku sedikit ingat apa yang aku katakan.”

Jae Wan menatapnya lama, lalu berbisik, “Jung Ha Young-ssi... apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu katakan? Kamu akan memenjarakan ayahmu sendiri.”

Ha Young tidak bergeming. “Jika itu yang terbaik... maka aku harus melakukannya.”

Ia menarik napas panjang, lalu melanjutkan dengan suara yang lebih pelan namun mantap. “Aku harus bisa bertahan, Detektif Han. Dan hanya dengan memenjarakan ayahku... aku bisa bertahan.”

Ia tidak sepenuhnya mengerti situasi yang dialami Ha Young. Tapi ia tahu satu hal, gadis ini tidak sedang mencari sensasi. Ia sedang mencari keadilan. Bahkan jika itu berarti menghancurkan ikatan darahnya sendiri.

Dan sebagai seorang polisi, tugas Jae Wan adalah membantu mereka yang membutuhkan pertolongan. Termasuk mereka yang berani memilih kebenaran, meski harus melawan orang yang paling dekat.

Lampu meja menyala redup di sudut ruang kerja. Tumpukan berkas berserakan di atas permukaan kayu, sebagian terbuka, sebagian masih tersegel. Han Jae Wan duduk membungkuk, matanya menyisir lembar demi lembar dengan ketelitian seorang penyelidik yang tahu bahwa satu detail bisa mengubah segalanya.

Di layar laptopnya, profil Jung Dam Bi terpampang jelas: pengusaha media, pemilik jaringan properti, tokoh publik yang disegani. Tapi Jae Wan tidak tertarik pada citra. Ia mencari retakan.

Jae Wan menggarisbawahi satu nama: Kim Sang Woo. Ia membuka kembali laporan pengunduran diri tahun 2023. Alasan: sakit keras. Tapi tidak ada surat medis. Tidak ada catatan rumah sakit. Hanya satu kalimat dari HR: “Telah kembali ke kampung halaman.”

Ia menghela napas, lalu membuka rekaman wawancara internal dengan staf lama. Suara-suara terdengar samar:

“Sekretaris Kim dulu sangat dekat dengan putri Pak Jung.”  

“Dia pernah mencoba melindungi Ha Young dari kemarahan ayahnya.”  

 “Setelah dia pergi, suasana rumah berubah... lebih dingin.”

Jae Wan mencatat semuanya. Di samping laptopnya, foto jam tangan masih tergeletak. Ia menatapnya lama, lalu menuliskan satu kalimat di buku catatannya:

“Jam ini bukan hanya milik. Ini adalah saksi.”

Ia menyandarkan tubuhnya sejenak, menatap langit malam dari jendela. Di luar, kota Seoul tetap sibuk. Tapi di dalam ruangan itu, satu orang sedang menyusun potongan-potongan kebenaran yang selama ini disembunyikan oleh kekuasaan.

Dan Han Jae Wan tahu, semakin dalam ia menggali, semakin besar risiko yang menunggunya. Tapi ia juga tahu jika ia berhenti sekarang, maka suara-suara yang selama ini dibungkam akan tetap terkubur

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!