NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 09

Wei Nan menerima gulungan perkamen itu dengan tangan gemetar. Matanya menelusuri tulisan kaligrafi yang rapi, membaca detail kepemilikan tanah dan bangunan yang tertera di sana. Wajahnya yang biasanya tenang kini menunjukkan ekspresi terkejut yang luar biasa, bercampur dengan rasa tak percaya. "Ini... ini tidak mungkin, Lin Hua," bisiknya, suaranya tercekat. "Tanah dan bangunan sebesar ini... bagaimana bisa?"

Lin Hua hanya tersenyum manis, memeluk lengan ayahnya lebih erat. "Ayah tidak perlu khawatir tentang bagaimana. Yang penting, sekarang Ayah punya tempat yang lebih besar untuk mewujudkan semua ide-ide hebat Ayah dalam membuat pedang. Ayah bisa mempekerjakan lebih banyak orang, melatih mereka, dan membuat pedang yang lebih indah dan kuat!" Matanya berbinar, memancarkan keyakinan yang menular.

Wei Liu Han dan Wei Liu Yuan, yang sedari tadi menyaksikan adegan itu, kini ikut mendekat. Mereka tahu bahwa adik mereka selalu melakukan hal-hal di luar dugaan, tetapi hadiah sebesar ini benar-benar membuat mereka terperangah. Wei Liu Han menepuk bahu ayahnya, senyum lebar terukir di wajahnya. "Ayah, Lin Hua benar. Ini kesempatan kita untuk berkembang!"

Wei Nan menatap putrinya, lalu beralih ke kedua putranya. Ada kebanggaan yang meluap di dadanya, juga sedikit rasa haru. "Tapi... ini terlalu banyak, Putriku," ucapnya, matanya berkaca-kaca. Dia tahu betapa kerasnya putrinya bekerja, dan hadiah ini pasti membutuhkan pengorbanan besar.

"Tidak ada yang terlalu banyak untuk Ayah," sahut Lin Hua dengan tegas, namun penuh kasih sayang. "Ayah sudah bekerja keras seumur hidup untuk kami. Sekarang giliran kami untuk membuat Ayah bahagia."

Melihat ketulusan di mata putrinya, Wei Nan akhirnya menghela napas panjang, sebuah senyum tulus merekah di wajahnya yang mulai menua. Dia memeluk Lin Hua erat-erat, lalu kedua putranya. Suasana haru menyelimuti rumah kecil itu, dipenuhi kehangatan cinta keluarga.

'Mungkin ini bukan pabrik modern dengan mesin-mesin canggih, tapi ini adalah awal dari sebuah impian. Impian Ayah, dan impian kami semua,' pikir Lin Hua, hatinya dipenuhi kebahagiaan. Dia tahu, dengan "Bengkel" baru ini, keluarga mereka tidak hanya akan membuat pedang, tetapi juga mengukir masa depan yang lebih cerah.

. . .

Pangeran Han Yuan tiba di depan rumah pandai besi yang reyot, tempat di mana pejabat daerah korup itu biasa memesan ratusan pedang untuk para prajurit yang dikirim ke medan perang. Namun, begitu dia tiba, pemandangan yang menyambutnya hanyalah kesunyian yang mencekam. Rumah itu tampak kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sekitarnya. Pintu dan jendela tertutup rapat, seolah sudah lama ditinggalkan.

Zheng Bai, tangan kanannya yang setia, segera melakukan pemeriksaan singkat. Setelah beberapa saat, dia kembali menghadap Pangeran Han Yuan dengan wajah datar. "Tuan, tidak ada seorang pun di sini. Semua barang-barang mereka juga sudah lenyap, seolah ditelan bumi," lapornya dengan nada prihatin.

Pangeran Han Yuan mengerutkan kening, merasa curiga dengan situasi ini. "Benar-benar tidak ada seorang pun?" tanyanya, memastikan kembali laporan yang baru saja dia dengar. Matanya menyapu seluruh area, mencari petunjuk sekecil apapun.

Zheng Bai mengangguk. "Tetangga dekat rumah ini mengatakan bahwa pemilik rumah sudah pindah sejak lama. Mereka dikabarkan membuka bisnis baru di tempat baru bersama dengan anak-anaknya," jawab Zheng Bai, menjelaskan informasi yang berhasil dia kumpulkan dari penduduk sekitar. Nada bicaranya hati-hati, menyiratkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kepindahan keluarga pandai besi itu.

Pangeran Han Yuan terdiam sejenak, rahangnya mengeras. Firasat buruk mulai menghantuinya. Mungkinkah ini ada hubungannya dengan penyelidikannya terhadap pejabat daerah yang korup? Mungkinkah keluarga pandai besi itu melarikan diri karena takut terlibat atau bahkan diancam?

"Ke mana mereka pindah?" tanya Pangeran Han Yuan, suaranya dingin dan menusuk.

Zheng Bai menggelengkan kepala. "Para tetangga tidak tahu pasti, Pangeran. Mereka hanya mendengar bahwa keluarga itu akan membuka bisnis di tempat lain, tetapi tidak ada yang tahu lokasi pastinya," jawabnya dengan nada menyesal.

Pangeran Han Yuan mendengus kesal. "Cari mereka," perintahnya tegas. "Cari tahu ke mana mereka pergi dan apa yang mereka rencanakan. Aku ingin tahu segalanya."

Zheng Bai menunduk hormat. "Baik, Pangeran. Akan saya laksanakan," jawabnya, lalu memberi isyarat kepada beberapa anak buahnya untuk segera berpencar dan mencari informasi tentang keluarga pandai besi yang hilang itu.

Pangeran Han Yuan kembali menatap rumah kosong itu, matanya menyipit. Ada sesuatu yang janggal di sini, dan dia bertekad untuk mengungkap kebenarannya. Dia merasa bahwa keluarga pandai besi itu memegang kunci untuk membongkar jaringan korupsi yang telah lama menggerogoti wilayah kekuasaannya.

'Jika mereka melarikan diri karena takut, aku akan melindungi mereka. Tetapi jika mereka terlibat dalam kejahatan, mereka akan menghadapi murkaku,' pikir Pangeran Han Yuan, hatinya dipenuhi tekad dan amarah yang membara. Dia tidak akan membiarkan siapapun menghalangi jalannya untuk menegakkan keadilan.

Di tengah kesibukan yang terasa mendesak, Pangeran Han Yuan telah menyisir beberapa rumah di desa itu. Sementara itu, di kediaman keluarga Wei, Wei Lin Hua dan keluarganya, dengan bantuan Shen Jian yang cekatan, tengah sibuk memasukkan barang-barang mereka ke dalam kereta kuda. Hari ini adalah hari keberangkatan mereka menuju kehidupan baru di kota, di mana bisnis yang telah mereka rencanakan dengan matang siap untuk dijalankan.

Mengenai kesaksian para tetangga yang berhasil dikorek oleh Pangeran Han Yuan, tentu saja Wei Lin Hua telah mengantisipasinya jauh-jauh hari. Dengan sejumlah uang yang cukup menggiurkan, ia berhasil membungkam mulut para tetangga dan mengarahkan mereka untuk memberikan informasi palsu kepada sang pangeran. Lagipula, sebagian besar warga desa memang berhutang budi kepada keluarga Wei, terutama kepada Lin Hua yang telah menanggung hidup mereka selama beberapa tahun terakhir. Mereka membenci para pejabat korup yang berkuasa, dan dengan senang hati membantu Lin Hua menutupi jejaknya.

"Hah..." Wei Nan menghela napas panjang, raut wajahnya menunjukkan betapa beratnya ia meninggalkan rumah yang telah menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya selama ini. Di setiap sudut rumah itu, terukir kenangan indah bersama ketiga anaknya, pahit manisnya perjuangan yang telah mereka lalui bersama.

Lin Hua, yang menyadari kegelisahan sang ayah, segera merangkul lengannya dengan penuh kasih sayang. "Kita akan selalu pulang ke sini untuk berkunjung, Ayah. Ayah tidak perlu khawatir. Aku akan meminta tetangga untuk mengurus rumah ini agar tetap terawat," ucapnya lembut, berusaha menenangkan hati ayahnya yang sedang dilanda kerinduan. Ia tahu betul betapa sulitnya bagi sang ayah untuk meninggalkan tempat yang begitu berarti baginya.

Wei Nan tersenyum lembut, membalas pelukan putrinya. "Hanya sedikit tidak rela," jawabnya lirih, menyiratkan bahwa perasaannya jauh lebih dalam dari sekadar "sedikit tidak rela".

Wei Nan kemudian masuk ke dalam kereta kuda bersama dengan Liu Yuan, yang sudah duduk manis di dalam. Saat Liu Han hendak menyusul, Lin Hua tiba-tiba menahan lengannya. "Kakak, aku harus pergi selama satu minggu. Kau jaga Ayah baik-baik, ya? Tidak perlu tinggal di akademi, kau bisa pulang pergi setiap hari. Aku sudah memesan pada guru untuk memberikan dispensasi," bisik Lin Hua, suaranya terdengar sedikit cemas.

'Jika Kaisar tidak memanggilku ke istana, aku lebih baik bersantai di rumah baru bersama Ayah dan kakak-kakakku,' gumam Lin Hua dalam hati, tanpa sadar pikirannya itu terdengar oleh Liu Han yang memiliki pendengaran tajam.

"Ah, yah... Tidak masalah. Aku akan menjaga Ayah dengan baik," jawab Liu Han dengan sedikit tergagap, terkejut mendengar pikiran adiknya yang bisa ia baca.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩: aku suka ceritanya kak semangat ya
total 2 replies
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!