Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Empat tahun kemudian.
"HANA, BELI...BELI" Teriak seorang wanita di depan warung.
"CEBENTAL, CUALAMU ITU BELICIK CEKALI, CEPELTI PETACAN. LUCAK CUDAH TELINGAKU GALA-GALA CUALAMU ITU" Sahut seorang di dalam dengan suara cadelnya yang terdengar menggemaskan.
Tak lama sepasang bocah kembar laki-laki dan perempuan, datang sambil membawa botol susunya yang ada di tangannya. Dengan susah payah mereka berdua naik ke atas kursi, melihat pembeli tersebut. Pipinya yang chubby seperti bakpau, membuat siapapun yang melihatnya pasti merasa gemas. Kulit putih, hidung mancung, dan mata bulat menambah kesan menggemaskan. Mereka kembar identik, yang membedakan hanya tinggi badan dan tanda lahir di tangan sebelah kanan.
"Mau beli apa? Mommy nya nda di lumah, lagi ke pacal." tanya Gadis kecil yang mengenakan dress berwarna pink, dengan rambut yang di kucir dua.
"Cia, ibu mau beli telur sekilo, sama kecap satu" ucap wanita itu.
Ciara Lu, nama gadis kecil itu yang sering di panggil Cia oleh orang sekitarnya. Hana sengaja memberikan marga sang ayah di belakang nama kedua anaknya.
"Ambil bang, Cia malas tulun" perintah gadis kecil itu kepada sang abang.
Xander Lu, bocah laki-laki itu menganggukkan kepalanya. Perlahan dia turun dari atas kursi, dan mengambilkan telur dengan gerakan hati-hati. Tak lupa dia juga mengambil kecap pesanan wanita tersebut, setelah selesai bocah laki-laki itu naik kembali keatas kursi dan memberikan belanjaan itu kepada si pembeli.
Sementara itu Ciara tengah sibuk menghitung belanjaan wanita itu, dengan menggunakan kalkulator milik ibunya.
"Totalnya, tiga puluh libu, cama utang yang kemalin jadi lima puluh lima libu. Cepat bayal!" todong Ciara.
"Kamu nda boleh utang lagi, nanti warung mommy bangkrut" peringat Xander dengan wajah datar.
Meskipun kembar identik, tetapi mereka memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda. Ciara lebih cerewet dan bermulut pedas, sementara Xander lebih pendiam, dan dingin.
Namun meskipun begitu, keduanya sama-sama cerdas. Mereka sudah pandai berhitung di usianya yang masih empat tahun.
"Suami ibu belum gajian, nanti saja setelah gajian bayarnya" ucap wanita tersebut yang bernama Asih.
"Nda bica, kemalin juga janjinya cepelti itu, tapi nda di bayalnya campai cekalang. Lebih baik ganti cuami aja dalipada nda belguna" ucap Ciara.
Membuat Asih tersulut emosi. "Dasar anak har*m, tidak punya sopan santun kamu. Pantas saja ibumu tidak punya suami, mana ada laki-laki yang mau memilki anak seperti kalian" marah Asih menghina mereka.
"Nda apa-apa nda punya cuami, dalipada citu punya cuami tapi nda bica bayal utang" sahut Ciara santai sambil memainkan jari jemarinya yang terlihat gemuk.
Tak lama Hana pulang sambil membawa sejumlah belanjaannya. Wanita baru pulang dari pasal belanja kebutuhan warungnya.
"Ada apa ini" tanya Hana ketika melihat tatapan tak biasa putranya.
"Itu nenek lampil mau utang lagi, nda cadal dili dia itu. Yang kemalin aja belum di bayal cudah mau utang lagi" jawab Ciara sambil melirik kearah Asih.
"Kata siapa saya tidak mau bayar, saya mau bayar kok setelah suami saya gajian nanti" seru ibu Asih tidak terima.
Hana menghela nafas panjang, tetangganya satu ini memang sering berhutang, dan akan membayarnya dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Maaf, bu Asih. Tapi untuk kali ini saya tidak bisa memberikan tambahan hutang, saya juga butuh perputaran modal untuk warung saya" ucap Hana tegas.
Asih berdecak kesal dan pergi begitu saja meninggalkan warung Hana.
Setelah melihat kepergian Asih, Hana menghampiri putranya yang masih mengepalkan tangannya dengan nafas yang naik turun menahan amarah.
"Xander kenapa sayang" tanya Hana berjongkok dihadapan putranya. Di usapnya pipi putranya dengan lembut.
Xander tidak menjawab, dia hanya diam sambil meremas ujung bajunya. Melihat keterdiaman putranya, Hana pun memutuskan bertanya pada sang putri.
"Abang kenapa, Cia" tanya Hana.
"Abang malah, tadi nenek lampil itu ngatain kami anak halam. Memangnya anak halam itu apa, mommy?" tanya Ciara polos.
Hana menarik nafas dalam, dia menatap putrinya dengan tatapan berkaca-kaca. Tak jarang kedua buah hatinya itu mendapatkan hinaan dari tetangga sekitar. Namun, Ciara yang tidak tahu arti anak h*ram, dia tampak biasa saja, berbeda dengan Xander. Bocah laki-laki itu tahu maksud hinaan yang di lontarkan pada dirinya dan sang adik.
Hana tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kesedihan yang sedang menghimpit hatinya. "Anak har*m itu bukan hal yang baik, sayang. Tapi jangan khawatir, karena kalian berdua adalah anak yang baik dan mommy bangga punya kalian," jawab Hana dengan lembut.
Xander, yang diam di samping Ciara, meremas tangannya sendiri, matanya juga berkaca-kaca. Dia merasa takut dan marah dengan apa yang dikatakan tetangganya itu, namun tidak tahu harus berbuat apa.
Hana menghela nafas dalam, dan memeluk keduanya erat. "Jangan dengarkan omongan orang lain, ya. Kalian anak mommy, kesayangan mommy," ucap Hana sambil menenangkan hati anak-anaknya.
Ciara dan Xander memeluk erat ibunya, mencoba merasakan kehangatan dan perlindungan dari pelukan Hana.
Pernah sekali Xander menanyakan tentang ayahnya, namun bukannya menjawab, sang ibu justru menangis menatap bocah kecil itu. Dan semenjak itu Xander tidak bertanya lagi karena takut membuat ibunya sedih.
*****
"Tuan, proyek kita yang di kampung X mengalami masalah. Sebagaian penduduk disana tidak mau menjual lahannya," ucap Victor dengan raut wajah cemas.
Angkasa menghentikan pekerjaannya, dan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi sambil merenung.
Kemudian ia menjawab dengan nada tegas, "Tawar lahannya dua kali lipat, kalau sampai mereka menolak, kita akan gusur secara paksa." Wajah Angkasa tergas. Dalam dunia bisnis memang harus kejam, tidak boleh merasa kasihan atau iba kepasa orang lain.
Yang terpenting bagi dia adalah proyek pembangunan pabriknya berjalan dengan lancar, tanpa peduli akan nasib dan perasaan mereka yang terkena dampak.
Victor menelan ludah, ragu sebelum berbicara, "Tapi tuan, bagaimana kalau mereka demo dan menentang kita?"
Mendengar pertanyaan itu, Angkasa tersenyum sinis dan menjawab dengan nada menghina, "Biarkan saja mereka demo. Kita punya kuasa dan uang, mereka tidak akan bisa menghentikan kita."
Victor hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari betapa kejamnya atasan yang dihadapinya. Di dalam hatinya, ia merasa prihatin dengan nasib penduduk kampung X yang akan tergusur demi kepentingan perusahaan Lu.
Sejak Hana meninggalkan dirinya, sifat arogan dan dingin Angkasa semakin terlihat. Lelaki itu tidak lagi peduli dengan perasaan orang lain, bahkan orang terdekat sekalipun. Yang terpenting bagi Angkasa saat ini adalah kesuksesan bisnis dan usaha yang dia jalani.
Di bawah kepemimpinan Angkasa yang tegas dan tanpa kompromi, perusahaan Lu semakin berkembang pesat. Setiap karyawan di perusahaan itu merasakan perubahan sikap Angkasa yang semakin tidak berperasaan dan otoriter.
Tak jarang, mereka mendapatkan teguran keras dari Angkasa saat pekerjaan mereka dianggap tidak memuaskan.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣